18. Hallo, Hallo Bandung!

35 8 1
                                    

18. Hallo, hallo Bandung!

Bandung, 2 tahun yang lalu

Pagi itu Haris mendatangi rumah Fanni, dan mengajaknya pergi. Dia tidak memberitahunya mereka akan pergi kemana. Yang jelas Fanni melihat jalanan di sekelilingnya mulai berubah menjadi pedesaan.

Haris mengisi bahan bakar terlebih dahulu sebelum kembali melanjutkan perjalanan.

Sekitar setengah jam lebih berkendara di jalan raya, motor Haris mulai memasuki area pedesaan. Jalan beraspal pun kini berubah menjadi tanah coklat. Kendaraan yang melintas pun mulai berkurang.

Di sebuah sungai beraliran deras, serta jernih di hiasi bebatuan besar mengiringi motor Haris hingga tikungan jalan. Haris memarkirkan motornya di depan sebuah rumah yang cukup elok di banding rumah-rumah lain yang masih terbuat dari bilik bambu.

Fanni turun dengan kernyitan di dahinya. "Rumah siapa? "

"Rumah Nenek, mampir bentar, ya." Haris melepas helmnya. Fanni juga melakukan hal yang sama.

Haris jarang sekali membahas tentang keluarganya, dia benar-benar tak pernah membahasnya sekalipun.

Fanni berjalan mengikuti Haris yang kini tengah mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Namun tak kunjung ada jawaban dari dalam.

"Yudha! " teriakan seorang wanita dengan nada tanya, membuat si pemilik nama menoleh.

Wanita itu menghampiri Haris. "Yudha, sanes? "

(Yudha, bukan?)

"Oh, nya, Teh. Ieu si Emak kamananya? "

(Iya, Kak. Ini Nenek kemana, ya?)

"Itu, di sawah. Nembe sumping? "

(Baru sampai?)

"Muhun, Teh. Sakantenan bari bade nyandak serat-serat kadie , tos lami teu ka si emak."

(Iya, Kak. Sekalian mau ke sini ngambil surat-surat, sudah lama gak ke Nenek. )

"Lami, didiena? "

( lama, di sininya?)

"Kedap deui ge uih, Teh. Ieu weh kadie tea mah bade ningal si Emak heula sakedap. "

(bentar lagi juga pulang, Kak. Kesini mah cuma mau liat Nenek dulu, sebentar)

"Oh, ke atuh antosan. Si Emakna di pilari heula. "

(Oh, bentar tungguin. Neneknya di cari dulu)

"Ci!"

"Naon, Mak? "

(Apa, Mak?)

"Ka sawah jig! Teang si Emak, ieu sakedap deui si A Yudha na bade uih deui."

(Ke sawah sana! Cari si Nenek, ini bentar lagi Kak Yudhanya mau pulang lagi)

"Nya, kedap. "

(Iya, bentar)

Baru gadis itu memakai sendal siluet Nenek Haris sudah terlihat lebih dulu.

Dilarang saling rindu! (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang