5. Dia yang peduli
Bandung, 4 tahun yang lalu
"Tiara," ucap seorang gadis menyebutkan namanya seraya mengulurkan tangan.
Lelaki itu menoleh sekilas seraya menggeleng."Saya tahu nama kamu Fanni, kenapa berbohong?"
Gadis bernama Fanni itu menarik lengannya, lalu mengulum bibirnya. "Kenapa Kakak bisa tahu? Kita 'kan gak pernah kenalan."
"Memangnya harus saya beri tahu?"
"Gak harus sih, tapi wajib." Fanni menampilkan deretan giginya yang rapi.
Haris menggeleng seraya berdecak."Dasar bocah!"
"Kok bocah? Kak Haris!" Fanni berusaha mengejar Kakak kelasnya itu, terlalu cepat hingga tidak menyadari Haris menghentikan langkahnya membuat Fanni menabrak punggung laki-laki itu.
Fanni menoleh ke samping, hujan mulai turun dengan deras."Yah, hujan."
Haris membuka payungnya membuat gadis di belakangnya melirik.
"Kak Haris pasti mau pinjemin payung itu buat gue 'kan? Baik banget sih calon pacar."
Lelaki berbaju SMA itu menoleh, melihat Fanni dengan baju seragam SMP yang tengah menyengir. "Geer kamu! Ngapain saya harus pinjemin payung ini buat kamu, gak ada kerjaan."
Haris mulai melangkahkan kakinya cepat, dia sadar Fanni kini tengah mengejarnya tak lupa dengan teriakan menyebalkan itu, dasar bocah!
"Kak Haris! Kak Haris tungguin Fanni dong." Fanni terus berlari tidak memperdulikan jalanan yang mulai licin, hingga akhirnya ia terperosok masuk kedalam selokan kecil di pinggir jalan.
"Sial banget sih gue?! Ahk nyebelin!" Fanni berteriak kesal tak lupa kakinya yang ia gesekkan pada tanah.
"Apa lo! Bantuin kek malah diketawain!" Fanni memaki para teman-temannya yang justru menertawakan dirinya.
"Makanya Fan, jangan sabar mulu lo umbar kali-kali sadar kek. Lo deketin Kak Haris yang jelas-jelas pangeran batu gitu. Bandel sih kalau dibilangin! Sini gue bantuin."
Fanni menarik lengan temannya itu agar ikut masuk kedalam selokkan. Perempuan itu berteriak karena baju seragamnya kotor tertimpa lumpur.
"Rasain tuh! Enak 'kan masuk selokkan." Fanni menjulurkan lidahnya mengejek setelahnya dia mencoba berdiri namun justru ditarik oleh temannya hingga ia kembali keposisi duduk.
"Biar gue duluan yang naik." Perempuan itu naik lebih dulu lalu setelahnya ia hendak mengulurkan tangannya untuk membantu Fanni naik, namun ada tangan lain yang kini juga tengah terulur. Itu tangan Haris.
Tanpa pikir panjang Fanni memilih bantuan dari Haris yang sangat amat langka ini. Tidak pernah sekalipun lelaki berwajah dingin ini peduli padanya. "M-makasih Kak."
"Besok jam tiga sore di kafenya Adam." Haris berlalu dari sana tanpa membawa payungnya.
"Hah? Dia ngomongin apaan sih? Gak ngarti gue. Dia tuh kalau ngomong pak cepak jeder gitu, lama-lama puyeng gue ngobrol sama dia."
Fanni tertawa seraya mengambil payung yang tergeletak di dekat kakinya, hatinya benar-benar senang, sangat senang. Kemudian dia menepuk lengan temannya. "Kalau lo udah dapatin hatinya, gak perlu ribuan detik untuk paham apa yang dia maksud. Gila, gue seneng banget."
"Dih stress ni anak!"
"Bodo gue rela masuk selokan tiap hari kalau gini caranya."
Bandung, 1 tahun yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilarang saling rindu! (Tamat)
Romansa"LDR itu nyakitin Bro, kita di sini cape-cape nungguin, eh di sana dia disuapin cewek lain." Fannisa Dera Luthfina Welcome to LDR Tiap hari liat hp Nunggu dia kagak ngechat kagak nelpon Welcome to LDR Mau marah liat dia sama cewek malah kena sempro...