7. Tak pernah terlupakan

70 35 175
                                    

7. Tak pernah terlupakan

Hari rabu ini Fanni dan Diana berencana untuk mengerjakan tugas bersama.

Diana mengajak Rian untuk ikut belajar bersama. Tidak, jangan salah paham dulu. Diana bukan mengajak Rian karena Rian itu kekasihnya. Tapi, salah satu orang yang Diana kenal paling pintar darinya dan Fanni adalah Rian.

Saat ini keduanya tengah berada di rumah Diana. Duduk lesehan di atas karpet berbulu, dengan buku-buku yang berserakan di mana-mana.

Fanni dan Diana sepakat untuk menunggu Rian datang baru mereka akan memulai mengerjakan tugas.

Fanni menyender pada sofa single, memainkan ponselnya begitupun dengan Diana. Jika Diana sedang berselancar di dunia maya. Maka Fanni, gadis itu memangku dagunya. Jika saja ia bisa menghubungi Haris, mungkin dia juga tidak akan ada di sini bersama Diana.

"Diana, kamu ini niat belajar atau mau main handphone?!" teriakan itu membuat Fanni dan Diana terkesiap.

Menyimpan ponsel mereka masing-masing. Diana menggaruk tengkuknya. "Ah, lagi nunggu Rian Mah. Biar belajarnya bener gitu. Bener, kan, Fan?"

Fanni mengangguk cepat, ia meneguk ludahnya. " Iya, Tante. Lagi nunggu Rian dulu."

"Ck, itu tuh Rian udah datang. Kamu ke depan dulu, gih!"

Diana bergegas berdiri. "Kenapa gak bilang daritadi sih, Mah?" gadis itu berlari menuju pintu depan.

"Fanni, Tante ke dapur sebentar, ya," pamit Rasika-Ibu Diana yang dibalas anggukan oleh Fanni.

"Iya, Tan."

Beberapa saat kemudian Diana datang dengan Rian. Tidak hanya Rian saja, di belakangnya ada Dika, Bobi dan Panji. Rian mengajak semua temannya ke sini.

Diana duduk di samping Fanni kemudian berbisik, "Rian ajak temen-temennya, lo gak keberatan, 'kan? "

"Gak, kok. Santai aja." lagipula Bobi dan Panji juga teman sekelasnya saat SMA, kecuali Rian saja yang berbeda sekolah dengan mereka.

Fanni membuka tasnya, ia ingin mendengarkan lagu saja.
Gadis itu mendengus, ia lupa membawa earphonenya. Fanni mendengarkan saja apa yang Rian katakan, lelaki itu mulai membuka sesi tanya jawab untuk memulai tugas mereka.

"Din, gue mau ke toilet nih. Toiletnya di mana?" tanya Dika seraya bangkit berdiri.

"Ah, lo lurus aja. Rumah gue gak gedongan, jadi lo gak akan nyasar kok."

Dika mengangguk ia berjalan lurus sesuai arahan Diana, sengaja ia melewati Fanni, menjatuhkan earphone miliknya dan pura-pura tidak sadar akan hal itu.

Fanni mendongak, dia ingin memberitahu Dika. Tapi, nanti saja jika lelaki itu kembali lagi.

"Fan, kerjain tugas lo!" ucap Rian mengingatkan.

"Iya, gue kerjain."

Fanni mulai menarik laptonya , mengambil buku sumber tugasnya bersiap mengerjakan. Rasika datang membawakan beberapa minuman dan makanan ringan untuk para tamunya.

"Wahh asik nih, makanan!" teriak Bobi yang dihadiahi pukulan dari Panji dan tatapan tajam dari Rian.

"Lo mah liat makanan kek liat cecan lewat aja. Matanya langsung seger!" Panji berkomentar.

"Julid amat lo kek cewek!" balas Bobi yang mendapat pelototan dari dua cewek di depannya.

"Eh, Bobi! Sembarangan banget lo kalau ngomong, gue sama Fanni gak pernah julid ye, bibir lo tuh mau gue potong juga ya!"

Dilarang saling rindu! (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang