20. Seseorang tak terduga
Takdir, satu kata enam huruf yang selalu menjadi misteri. Memiliki makna yang begitu luas, dan kadang sulit dimengerti. Takdir, hanya dengan satu kata itu rencana yang tadinya dibuat seindah dan serapi mungkin bisa hancur dalam hitungan detik.
Tidak ada yang tahu pasti, apa yang akan terjadi di kemudian hari. Skenarionya selalu penuh kejutan dan teka-teki. Hanya tinggal mempersiapkan diri, agar mampu dan sediakah kita menghadapinya suatu saat nanti.
Namun, Fanni kini terlalu terbuai oleh harapan yang dia buat sendiri, sampai tidak sadar bahwa manusia tidak bisa mengontrol takdir yang sudah ditentukan sebelum dia menginjakkan kaki di dunia ini.
Hubungan yang tadinya baik-baik saja, tidak ada pertanda bahwa semuanya akan berakhir dengan semenyedihkan ini. Dalam satu malam semuanya seolah dirobohkan begitu saja. Keyakinan, kepercayaan, dan komitmen.
Fanni tidak pernah menyangka, sosok yang begitu ia percaya kini mengkhianatinya. Seharusnya Fanni sadar, sejak awal memang hanya dirinya yang menyukai Haris.
Entah perasaan apa yang seharusnya Fanni gambarkan sekarang. Menangis? Sudah sejak tadi tak henti keluar dari matanya. Kecewa? Itu sudah pasti. Siapapun pasti kecewa ketika orang yang dicintainya kembali setelah dua tahun tidak bertemu, namun bukan untuk melepas rindu tapi memberi pilu.
Kini angin malamlah yang sudi menemaninya, bersama gelapnya malam yang begitu sunyi. Gedung-gedung yang hampir sama tinggi dengan hotel itu seperti menjadi permadani dihiasi lampu-lampu yang didominasi warna kuning keemasan.
Fanni juga merasa bersalah pada Diana, dia sempat membentak gadis itu saat Diana menekannya untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada Fanni. Tapi, biarlah. Karena sekarang Fanni hanya ingin menenangkan diri.
Tadinya Fanni pikir perempuan tadi adalah Adik Haris. Mungkin, seperti di cerita film. Yang salah paham pada Adik si pasangan. Tapi Fanni mendengar jelas, bahkan bukan hanya sekali tapi dua kali. Melihat tatapan terkejut dari Haris juga semakin membuat semuanya terasa jelas tadi.
Ingin marah, ingin menyelesaikan semuanya saat itu juga. Tapi, bibirnya seolah kelu untuk bicara. Tubuhnya kaku tak mampu untuk sekedar mengejar kepergian mereka. Ibarat waktu yang terhenti seketika. Pikiran Fanni pun tak kuasa bekerja secara normal.
Rooftop sepi, yang cukup luas juga tak terawat. Sepertinya jika pikiran Fanni sedang normal, tidak sudi dia datang ke tempat semengerikan ini. Kaki Fanni bergerak naik keatas pembatas yang hanya setinggi pinggang.
Fanni tidak berniat untuk bunuh diri, dia tidak segila itu hanya karena patah hati. Tapi, dia hanya ingin duduk saja, pegal rasanya berdiri hampir satu jam di sana.
Namun, orang dibelakang Fanni punya pemikiran yang berbeda. Segera lelaki berperawakan gagah nan tinggi itu berlari mendekati Fanni, menarik lengan gadis itu sekuat mungkin hingga keduanya jatuh ke lantai rooftop.
"Lo gila?! Gue gak mau kali jadi saksi bunuh diri kek tadi! Sadar bego! Sialan!? Goblok!" Kata-kata umpatan itu terus keluar dari mulut si pria. Jantungnya nyaris pindah dari tempat semula, bahkan masih berdetak begitu cepat sekarang.
Fanni menghapus air matanya, mendongak melihat siapa lelaki yang sekarang masih setia dengan ribuan umpatan yang tertuju untuknya.
"Dika," gumam Fanni.
"Lo stress, hah?! Gila lo, kita tamu, terus lo mau bunuh diri di sini? Kalau mau mati, berdiri sana di depan rel kereta. Langsung modar!"
"Lo masih muda, masa depan lo masih panjang. Punya masalah apa sih lo sampai mau bunuh diri kek gitu?! Sialan! Lo gak mikirin orang tua lo, apa?! Anjing, ngomong!" bentak Dika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilarang saling rindu! (Tamat)
Romance"LDR itu nyakitin Bro, kita di sini cape-cape nungguin, eh di sana dia disuapin cewek lain." Fannisa Dera Luthfina Welcome to LDR Tiap hari liat hp Nunggu dia kagak ngechat kagak nelpon Welcome to LDR Mau marah liat dia sama cewek malah kena sempro...