Jika membicarakan sebuah takdir, itu bukan hanya sekedar kebetulan. Tetapi Tuhan memang sudah menuliskan dan merencanakan kisahnya
***
Pemuda bersurai hitam legam, mencoba membuka matanya, ditutupi matanya yang masih setengah mengantuk agar tidak terkena cahaya matahari yang mencoba menerobos.
"Aksara, sudah pagi Nak." suara lembut dari wanita paruh baya membuyarkan aktifitas pemuda itu.
"Iya Bun, Aksara sudah bangun."
"Sekarang cepat mandi, Bunda sudah menyiapkan sarapan, kita sarapan bersama. Bunda mau membangunkan adikmu dulu."
Titah sang Ibu hanya dibalas anggukan oleh pemuda itu. Ia segera membersihkan diri sesuai perintah. 20 menit berlalu, pemuda pemilik mata terindah ini sudah rapi, kemeja abu-abu dengan dilapisi rompi hitam serta celana jeans yang ia kenakan menambah ketampanannya. Ia menuruni anak tangga, dan menuju ruang makan.
"Angkasa mana Bun?"
"Tadi sudah Bunda bangunkan, dia hanya membalas dengan rengekan, sepertinya adikmu itu masih kalah dengan kantuknya."
"Huft, kebiasaan tidur lewat dini hari," jawab pemuda yang kini duduk di meja makan itu.
"ANGKASA, JIKA KAMU TIDAK BANGUN AKAN AKU TINGGAL!!" teriaknya.
Di ruangan yang berbeda, pemuda dengan wajah tampan, hidung mancung tiba-tiba membelalakkan matanya. Rasa kantuknya kalah dengan suara lengkingan yang hampir saja merobek gendang telinganya.
"Gawat sudah jam berapa ini?" Pemuda itu menoleh ke arah jam dinding yang sudah menunjukan pukul 07.15.
"Haah!! Aku kesiangan." Ia melompat dari tempat tidurnya dan langsung berlari ke kamar mandi.
"ANGKASA!!!" Lengkingan suara yang sama kembali terdengar, pemuda yang merasa namanya dipanggil segera berlari dan menuruni anak tangga.
"Bisakah dirimu tidak berteriak? Suaramu sudah mengalahkan towak masjid sebelah!" gerutunya.
"Ini sudah pukul berapa hah? Kamu tidak lihat?"
Pemuda yang namanya terus diteriakkan hanya komat-kamit sambil menyantap sarapannya.
Wanita paruh baya yang usianya hampir menginjak usia 45 tahun hanya tersenyum melihat kedua putranya. Meski hanya berdua saja, Bu Danang seperti memiliki 5 orang putra. Karena kebiasaan putranya jika sudah berselisih mereka saling meninggikan suara mereka.
"Bunda, Aksara berangkat kuliah dulu ya Bun." pemuda bernama Aksara itu mencium tangan sang Ibu.
"Angkasa juga ya Bun."
"Hati-hati ya sayang," balas sang Ibu dengan senyuman di wajahnya, meski garis-garis halus sudah muncul di sekitar wajahnya, namun wanita itu tetap terlihat cantik.
Aksara dan Angkasa kini menghilang dengan mobil yang dikendarainya.
"Sa?"
"Hmm."
"Kalau dipanggil itu noleh, bukan sibuk sama HP." Aksara yang mulai jengkel dengan adiknya yang masih sibuk berkutat dengan game online, sedangkan dia sedang menyetir mobil yang mereka tumpangi.
"Kalau mau ngomong, ngomong aja Abangku. Adikmu ini akan mendengarkan," sahut pemuda di sebelahnya.
"Oke."
"Terus? Sebenarnya situ mau bicara apaan sih!"
"Ah sampai lupa, nanti sepertinya aku akan pulang telat. Mobil kamu saja yang bawa, aku ada rapat soalnya"
"Lalu kamu pulangnya?"
"Aku bisa naik angkutan umum."
"Kenapa tidak aku tunggu saja? Kita bisa pulang bersama"
"Rapatku sepertinya agak lama, kasihan Bunda jika ditinggal sendiri."
"Ah, Oke."
Angkasa sadar, dia juga khawatir meninggalkan ibunya sampai malam. Terlebih kakaknya ini adalah seorang ketua di himpunannya. Jadi jika sudah hampir akhir semester dia akan sibuk dengan kegiatan kampus, terlebih akan ada penerimaan mahasiswa baru. Bagaimana dengan Angkasa? Angkasa malas, mengikuti kegiatan. Meski sudah sering diajak oleh rekan-rekannya, dia selalu menolak. Karena baginya melihat kakaknya sibuk, dia juga bisa merasakan, pasti melelahkan. Terlebih jika sudah ada kegiatan, kasihan Bunda jika selalu ditinggal. Semenjak Ayah mereka tiada 13 tahun lalu. Aksara dan Angkasa selalu siap siaga untuk Ibunya.
Rajendra Aksara Lakeswara
Putra Pertama dari pasangan Bapak Danang (alm) dan Ibu Amira (sekarang sudah dipanggil Bu Danang)
Mahasiswa semester 6
Jurusan Desain Grafis
Ketua Himpunan
Memiliki wajah yang rupawan dan manis tentunya
Sifatnya lemah lembut, penyayang, pengertian, bertanggungjawab dan dapat diandalkan. Meski kadang begitu tegas, apalagi menyangkut adiknyaRahardian Angkasa Daniswara
Anak Pertama dari pasangan Bapak Danang (alm) dan Ibu Kirana (alm)
Mahasiswa semester 6
Jurusan HI
Usia 1 bulan lebih muda dari Aksara
Memili wajah tampan, dengan garis wajah yang tegas. Terkesan cuek dan cool.
Penyayang, tegas, pengertian, bertanggung jawab, meski hobi maen game online***
Bingung kah kenapa mereka umurnya sama? Dan ternyata ibu mereka berbeda?
Yub, anda benar hehe
Minta tolong vote ya manteman, huhu ini karya pertama yg aku tulis semoga suka, dan semoga tidak mengecewakan hiks :'(
Sebenarnya pengen banget publish dari lama, cuma gak PD (lah curhat)
Terimakasih untuk teman-teman yang sudah baca dan vote cerita ini :)
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Angkasa | Renjun & Jeno ✓ [MASA REVISI]
Teen Fiction[ Difollow dulu yuk kak :) ] Ketika semesta mempertemukan dua darah yang seharusnya tidak saling bertemu, hingga membagi lukanya "Jika Angkasa merupakan lembaran hitam legam yg kelam, maka Aksara akan menuliskan sebuah kisah dengan tinta keemasannya...