17. Agen Jeva dan Haikal

452 83 12
                                    

Berbicara tentang hubungan, haruskah sebuah ikatan terjalin hanya dengan sebuah pengakuan? Atau bisa terjalin hanya dengan sebuah tindakan?

***

Akibat kejadian malam itu, sikap Aksara kepada Senja sedikit lebih dingin. Biasanya Aksara menyapa atau membalas sapaan Senja dengan senyum hangat di bibirnya. Tapi akhir-akhir ini tidak. Aksara membuat jarak antara dirinya dan Senja. Setiap gadis itu menyapanya, Aksara membalas hanya dengan anggukan dan senyum tipis. Senja menyadari itu. Sama seperti saat ini, di kantin. Seperti biasa 8 sahabat karib ini berkumpul di kantin, nongkrong bahasa gaulnya. Entah sejak kapan Senja sudah terbiasa makan bersama mereka. Senja menghampiri mereka, duduk di samping Vana, sebelum duduk sekilas Senja menatap pemuda yang akhir-akhir ini terlihat menghindarinya, dan ya lagi. Saat Senja sudah duduk di kursinya secara bersamaan Aksara meninggalkan kursinya.

"Aku duluan ya" ucap Aksara setelah menggeser kursi yang didudukinya.

"Cepet banget mau ke mana Loe?"

"Ada yang harus gue kerjain Kal"

Aksara melangkah meninggalkan. Langkahnya menjadi perhatian sahabat-sahabatnya, Angkasa seperti merasakan sesuatu yang berbeda dari saudaranya itu. Bagaimana dengan Senja? Tentu saja, Senja menatap punggung Aksara dengan seribu pertanyaan. Alasan apa yang membuat Aksara menghindarinya.

"Si Aksara tumben banget begitu" Vana heran.

"Gue tahu si Aksara dingin, tapi gak kek gini. Dia selalu ramah, apalagi sama kita kan?" Imbuh Arumi.

"Terjadi sesuatu?" Entah mengapa Jeva seperti benar-benar memahami situasi canggung ini. Pertanyaan random-nya di layangkan kepada Senja, tentu dengan tatapannya yang dingin. Akibat tatapan Jeva yang begitu mengintimidasi, Senja menunduk sebentar lalu bersuara.

"Aku gak tahu ini perasaanku aja atau gimana, tapi aku rasa Aksara sedang menghindari ku" jelas Senja

Jeva mendengus mendengarkan jawaban Senja, dia memutar matanya jengah ditambah dengan smirknya dan kembali memasukan sendok yang berisi nasi goreng ke mulutnya.

"Hah? Untuk alasan apa Aksara jauhin kamu Ja? Kalau aku lihat dia selalu merhatiin kamu" Vana menambahkan. Senja menggeleng.

Angkasa yang tepat duduk di depan Senja menatap iba, lalu menatap pintu kantin yang meninggalkan jejak Aksara.

"Gue duluan" Angkasa menggeser tempat duduknya, membawa mangkok bakso dan gelas bekas es jeruk yang ia minum.

Jeva, Haikal, Vana, Arumi, Senja dan dua bocah baru Kainan dan Faheel menghentikan acara makan-makan dan mata mereka mengikuti pergerakan Angkasa. Tidak ada yang memulai pembicaraan sampai siluet Angkasa sirna di balik pintu. Kainan dan Faheel yang kurang paham dengan situasi ini saling memandang, Kainan dengan gerakan bibirnya bertanya dijawab Faheel dengan bahu ke atas mengisyaratkan bahwa dia juga tidak tahu.

Jeva mengeluarkan nafas panjang, menaruh sendok yang ditangan ke dalam mangkuk sedikit kasar hingga menimbulkan suara dentingan. Mereka yang satu meja dengan Jeva, terperanjat. Terlebih Haikal yang duduk di sampingnya.

"Astaghfirullah, kaget gue Jev!" Seru Haikal.

Lagi, Jeva menarik nafas panjang dan membuangnya setelah itu menaruh kedua tangan menyilang di dada, mata tajamnya mengarah kepada gadis yang duduk di samping Vana.

Aksara Angkasa | Renjun & Jeno ✓ [MASA REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang