Seribu satu cara kita lewati tuk dapatkan semua jawaban ini.
***
Matahari baru saja menampakkan cahaya, masih berwarna kemasan, dan seolah-olah bersembunyi, malu menyapa bumi. Aroma embun juga masih terasa, kristal-kristalnya masih bertengger di dedaunan. Pagi ini, keluarga Bu Danang sudah terjaga. Jam masih menunjukkan pukul 05.30 pagi.
"Angkasa sarapan dulu!"
"Ngak Bun, masih pagi banget. Entaran aja sarapannya Bun sama yang lain"
"Bunda siapin bekal ya"
Wanita paruh baya ini berkutat di dapur, memotong beberapa roti yang di beri selai coklat yang tidak terlalu banyak, karena putra bungsunya ini tidak begitu suka manis.
Angkasa memasukan beberapa perlengkapan yang hendak ia bawa ke dalam ransel.
"Huuwaaaamm" seorang pemuda manis saat ini berdiri sambil menguap dan meregangkan otot-otot tubuhnya. Aksara masuk ke dalam kamar saudaranya itu, lalu kembali merebahkan tubuhnya. Dia memperhatikan gerak gerik Angkasa yang mondar sana sini, mengambil beberapa barang lalu dimasukan ke dalam tasnya.
"Udah siap semua Sa? Pagi banget"
"Iya Sa, setengah tujuh harus pada ngumpul di sana. Breaving kecil-kecilan"
Aksara beranjak dari tempat tidur Angkasa, melipir ke kamar mandi yang ada di dalam kamar itu, sesaat dia kembali dengan wajah yang sudah sedikit lebih segar. Beberapa tetes air menetes dari pucuk rambutnya.
"Aku turun ya"
"Iya, aku juga bentar lagi turun kok"
Aksara meninggalkan Angkasa di dalam kamarnya yang masih berkutat.
"Pagi Bunda" sapa Aksara kepada wanita yang sudah memasukan kotak bekal lengkap dengan minumnya ke dalam paper bag.
"Pagi juga sayang"
Aksara duduk di salah satu kursi meja makan, direbahkan kepalanya di atas meja. Matanya tertuju kepada saudaranya yang turun dari tangga, dengan pakaian Jersey yang sudah berbalut jaket, dan sepatu basketnya.
"Udah mau berangkat Sa?"
"Iya nih"
"Angkasa, ini bekal kamu. Ingat sebelum bertanding makan dulu meski sedikit ya sayang"
"Siap Bunda" Angkasa mengambil paper bag yang sudah bundanya berikan.
"Angkasa berangkat ya Bunda" pemuda itu memeluk wanita yang ada di depannya.
"Hati-hati ya"
"Iya Bunda, doain Angkasa ya Bunda"
"Pasti Nak, nanti Bunda ke sana. Pengen lihat anak Bunda yang ganteng ini"
"Bener Bunda? Makasih Bunda" pemuda itu kembali memeluk wanita di hadapannya makin erat.
"Perlu aku anter gak?" Aksara memberikan tawaran
"Ngak usah, aku naek motor aja. Bukan anak kecil pake dianter-anter segala"
"Oke" Aksara mengiyakan dengan menyimpulkan jarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Angkasa | Renjun & Jeno ✓ [MASA REVISI]
Teen Fiction[ Difollow dulu yuk kak :) ] Ketika semesta mempertemukan dua darah yang seharusnya tidak saling bertemu, hingga membagi lukanya "Jika Angkasa merupakan lembaran hitam legam yg kelam, maka Aksara akan menuliskan sebuah kisah dengan tinta keemasannya...