Jika aku harus mengucapkan terimakasih dan bersyukur, maka aku akan sangat berterimakasih dan bersyukur atas ikatan darah yang kita miliki.
***
Mobil hitam itu menerobos jalanan ibu kota. Langit malam Jakarta yang dihiasi lampu-lampu jalan dan lampu-lampu gedung pencakar langit. Memang tidak seindah New York, atau Seoul. Tapi setidaknya pemandangan ini bisa melepas penat dua bersaudara itu.
"Sa, kita cari tempat buat makan dulu yuk," saran Aksara sembari menyetir.
"Gak makan di rumah aja?" tanya Angkasa.
"Bundakan lagi gak di rumah, lagi pula sekarang masih jam 7 malam. Jangan malem-malem nanti pulangnya. Setidaknya amarah di hati kamu itu bisa lepas," saran Aksara kembali.
Sejenak Angkasa memikirkan saran dari kakaknya itu, bohong jika Angkasa tidak merasa kesal, dia masih sangat marah dengan kejadian tadi di kampus.
"Hmmm, oke deh," Angkasa mengiyakan ajakan Aksara.
"Emang mau makan dimana kita?" Tanya Angkasa
"Tempat biasa kita kunjungi waktu masih kecil bareng Bunda, udah lama juga gak ke sana."
"Boleh tuh."
Mobil mereka melaju, menyalip beberapa pengendara yang lain, melewati jalan Sudirman. Kurang lebih 20 menit mereka sampai di sebuah restoran sederhana, namun interiornya sangat estetik. Di depan terdapat nama restoran dengan papan kayu, gerbang besi bercat hitam. Tempat duduk outdoor yg dihiasi lampu-lampu bohlam menggantung dan beberapa tumbuhan merambat menjadi penghias. Mobil mereka terparkir, di tempat yang telah disediakan pihak pengelola restoran.
"Kita makan di lantai dua aja ya." Aksara melihat beberapa pengunjung di outdoor, yang harus ia hindari.
"Sebaiknya begitu, pemandangannya gak bagus buat kita yang jones ini," ekspresi Angkasa yang sedikit mengiba membuat Aksara memberikan tatapan aneh kepada saudaranya itu.
"Apa sih?" Gerutu Aksara dalam hati.
Mereka berdua menaiki anak tangga, tangga itu terbuat dari besi bercat hitam, tidak lupa di gagang tangga dihiasi lampu tumbler. Lantai dua tidak kalah indah, dindingnya ditempeli walldecor bernuansa hitam putih dan krem, dibeberapa sudut ada lampu bohlam yang berdiri kokoh dengan tiang penyangga, di sebelah kanan samping kasir terdapat stand band. Keduanya memilih duduk di balkon, yang langsung menghadap jalan.
"Mau makan apa Sa?" Tanya Aksara pada Angkasa.
"Hmmm, nasi goreng aja deh. Minumnya milkshake aja." Setelah bingung memilih menu, pilihan Angkasa jatuh kepada menu itu.
"Hehe gak berubah ya." Aksara tahu bahwa saudaranya itu selalu memilih menu yang sama jika berada di restoran ini.
"Yaudah aku pesenin dulu, kamu tunggu sini."
"Oke."
Aksara meninggalkan Angkasa sendiri di tempat duduknya. Angkasa melihat beberapa kendaraan yang berlalu lalang, melihat beberapa pelanggan yang keluar-masuk restoran. Sesekali memberikan senyum tipisnya melihat beberapa sejoli memadu kasih.
"Ngeliatin apa?" Aksara datang sambil memasukkan dompet yang baru ia keluarkan ke dalam saku celana belakangnya.
"Hahaha, ngak ada. Cuma ngelihat beberapa orang bucin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Angkasa | Renjun & Jeno ✓ [MASA REVISI]
Teen Fiction[ Difollow dulu yuk kak :) ] Ketika semesta mempertemukan dua darah yang seharusnya tidak saling bertemu, hingga membagi lukanya "Jika Angkasa merupakan lembaran hitam legam yg kelam, maka Aksara akan menuliskan sebuah kisah dengan tinta keemasannya...