12. Tersampaikan

456 89 4
                                    

"Senja memang indah, tapi Senja yang ada di hadapanku jauh lebih Indah"

***

Aksara masih fokus dengan pandangannya di depan. Menyetir mobil di jalanan ibu kota yang terbilang ramai lancar bukan perkara mudah.

"Senja sudah sarapan?"

"Sudah, tadi sebelum kamu datang aku sudah makan roti dan susu"

"Kalau begitu, kita langsung ke toko alat lukis aja ya"

"He'em"

Suasana kembali hening, kecanggungan diantara keduanya masih terasa. Disepanjang jalan diam mungkin menjadi sebuah percakapan diantara keduanya, sibuk dengan beberapa pernyataan yang tak terucap. Aksara memarkirkan mobilnya di pelataran toko. Toko alat lukis ini begitu besar, gadis yang duduk di sebelah kursi kemudi merasa takjub, kenapa dia baru tahu jika ada toko lukis yang sebagus ini. Letaknya tidak jauh dari kota tua.

"Ayo Senja"

Tanpa sadar pemuda yang tadi masih ada di kursi kemudi, sudah membukakan pintu.

"Ah iya, terimakasih Aksara"

Keduanya masuk ke dalam toko itu, saat masuk pengunjung disambut dengan suara lonceng yang sengaja dipasang di belakang pintu, dan akan berbunyi saat pintu terbuka.

Aksara mencari beberapa cat dan kuas yang ingin dia beli. Peralatan lukis tertata dengan rapi di rak, berjejer seperti prajurit dan ada yang menggantung. Gadis yang menemani pemuda itu berkeliling melihat beberapa alat lukis. Meski sudah sering dijumpai, gadis itu masih merasa takjub.

Setelah beberapa lama, berkutat dan memilih beberapa alat lukis, kini di tangan Aksara sudah ada satu box cat dengan warna lengkap, satu set kuas, dan dibelinya beberapa kanvas. Tangannya penuh.

"Sini bagian biar aku yang bawa"

"Tidak usah Senja, aku bisa. Aku mengajakmu bukan untuk membawa barang-barang ku"

"Jika begitu, aku akan kurang berguna ikut denganmu"

"Hehe baiklah, terimakasih"

Aksara dan Senja mengantri di kasir, dibayarnya beberapa alat lukisnya menggunakan kartu.

"Sudah yuk" ucap Aksara. Gadis itu hanya mengangguk dan mengekor.

"Senja kalau aku ajak jalan-jalan tidak apa-apa?"

"Hehe tidak akan ada yang melarang ku, ibuku sudah memberikan ijin kepada mu"

"Hmmm kalau gitu kita main ke kota tua yuk. Lagi pula lokasinya tidak jauh dari sini" saran Aksara

"Boleh" terima gadis itu dengan senyuman mengembang.

Mobil hitam itu meninggal area toko lukis, menerobos jalan melaju menuju kota tua.

"Aksara?"

"Hm?"

"Terimakasih sudah mengajakku"

"Sama-sama" Aksara sekilas menoleh ke arah gadis itu dan kembali memfokuskan pandangannya ke depan.

Sekitar kurang lebih 15 menit, mobil itu terparkir.

"Mobilnya aku parkir dulu ya, kita jalan-jalan jalan kaki saja" gadis di sampingnya hanya mengangguk.

Keduanya kini berjalan di trotoar, menikmati anak-anak yang bersepeda, beberapa bercengkrama dengan kedua orangtuanya, dan tidak sedikit para remaja yang memadu kasih dan beberapa pedagang menjajakan dagangannya.

"Sewaktu aku kecil aku jarang berlibur bersama Ayah dan Bunda"

Aksara mulai memecah keheningan. Gadis itu hanya menoleh kepada pemuda yang saat ini mungkin ingin bercerita. Senja tidak bertanya, sampai Aksara melanjutkan.

Aksara Angkasa | Renjun & Jeno ✓ [MASA REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang