Aksara, kamu tahu rindu yang sangat mencekat di hati adalah rindu kepada dia yang ditinggal mati.
***
Gundukan tanah yang masih basah, bunga yang masih segar terus bertaburan. Bahkan rumput-rumput kecil pun tak jarang singgah. 10 Juli 2021 sudah sebulan lamanya Aksara pergi. Meski waktu berjalan seperti biasanya, tapi tidak kepada mereka yang kehilangan. Waktu terasa ikut berhenti saat sosoknya tak lagi dapat dijangkau.
Di pagi yang cerah, dengan langit biru dihiasi awan putih yang berarak. Senja duduk di depan makan Aksara, gadis itu menatap nanar gundukan tanah di depannya, mengusap nisannya dengan kelembutan yang diiringi senyum meski air mata senantiasa menetes.
Hatinya yang rapuh diajak untuk tetap kuat, menatap kesayangannya. Bunga mawar ia taburkan di makam Aksara, sesekali Senja mengajak nisan Aksara berbicara, meski hanya dia sendiri yang bercerita. Menceritakan apa saja sejak sebulan sosok itu meninggalkannya. Masih jelas di benak Senja, kenangan yang ia lewati bersama Aksara, bagaimana awal pertemuannya, bagaimana pemuda itu melindunginya, sampai menjadi kekasih yang selalu disampingnya.
Senja berpikir bahwa hatinya sudah seutuhnya dimiliki Aksara, entah sampai kapan. Senja memutuskan untuk sementara waktu untuk menutup hatinya, sampai ia siap membuka hati untuk orang lain. Karena hanya Aksara yang benar-benar dicintainya.
"Aksara, kamu tahu rindu yang sangat mencekat di hati adalah rindu kepada dia yang ditinggal mati. Sa, aku rindu, tapi kemana aku harus menumpahkan rinduku?" Senja menunduk, menggenggam erat tanah untuk menahan rindu dan tangisnya yang sudah membumbung. Jika rindu bisa terobati dengan sebuah pertemuan, lalu bagaimana jika rindu itu ditujukan kepada ia yang sudah mati? Hanya doa yang menyembuhkannya.
Setelah menumpahkan rasa rindunya, Senja meninggal makam Aksara, dengan langkah gontai dengan sisa air mata yang membekas di pipinya.
***
Di balik malam yang temaram, dengan cahaya bulan yang meremang. Angkasa berdiri di depan cermin, pemuda itu menatap cermin dengan tatapan nanar. Menatap bekas jahitan yang berada di dada kirinya, menandakan bahwa jantung Aksara berdetak di tubuhnya. Menyerahkan kehidupannya untuk Angkasa, tanpa sadar air matanya menetes. Sebenernya Angkasa masih tidak percaya bahwa Aksara sudah tiada, tapi dalam waktu sebulan ini sosoknya yang sudah tidak ia lihat memenggal keteguhannya. Angkasa benar-benar kehilangan Aksara, untuk kedua kalinya dia kehilangan, setelah sosok Mama yang meninggalkannya, kini sosok kakak yang meninggalkannya.
Angkasa sadar dari lamunannya dia membuka lemari milik Aksara, mengambil hoodie yang sering dikenakan Aksara, lalu memeluknya. Aroma dari parfum Ja Malone yang menjadi ciri khas aroma Aksara, masih melekat di hoodie itu, seakan sosoknya masih hidup. Malam itu Angkasa kembali terisak, tubuhnya meringkuk di sisi ranjang Aksara. Pemuda itu ingin saja menyalahkan takdir, tapi itu tidak mungkin. Angkasa benar-benar kehilangan sosok kakak dalam hidupnya.
Flashback
Malam ini Angkasa merasa frustasi, bagaimana bisa dosennya meminta menggambarkan sketsa bangunan, yang benar saja, ini jurusan Hubungan Internasional tidak ada hubungannya dengan gambar menggambar, tapi entah mengapa dosen Angkasa dengan seenaknya meminta mahasiswa untuk membuat sketsa, katanya untuk refleksi diri dengan imbuhan kata-kata filosofi yang benar-benar sukar di mengerti.
Sudah beberapa lembar kertas yang Angkasa buang, merutuki hasil karyanya yang seperti gambar anak SD. Dalam hatinya merutuki diri sendiri karena ulahnya yang menghamburkan kertas, sudah berapa pohon yang ditebang, pemuda itu sudah kehilangan kesabaran, dengan terburu-buru ia meninggalkan kamarnya, tidak lupa membawa buku sketsa dan pensil, tujuan ke kamar sebelah kamar kakaknya Aksara, dengan sangat hati-hati dia mengetuk pintu kamar Aksara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Angkasa | Renjun & Jeno ✓ [MASA REVISI]
Teen Fiction[ Difollow dulu yuk kak :) ] Ketika semesta mempertemukan dua darah yang seharusnya tidak saling bertemu, hingga membagi lukanya "Jika Angkasa merupakan lembaran hitam legam yg kelam, maka Aksara akan menuliskan sebuah kisah dengan tinta keemasannya...