16. Sesaat seperti ini

498 94 3
                                    

"Jika Tuhan benar-benar mengijinkan waktu ku bersamamu mungkin kita akan tetap bersama, tetapi jika Tuhan tidak mengijinkan ku bersama mu, setidaknya saat ini detik ini aku ingin bersama mu, meski sepersekian detik saja"

***

(biar feel-nya dapet aku sarankan sambil dengerin lagunya Ailee-Breaking Down)

Sepertinya matahari memang selalu ingin menyambut, memberikan awal dan mengisyaratkan untuk segera memulai. Memulai waktu yang baru, tanpa mengulang kejadian yang lalu. Dua pemuda yang saat ini sedang melakukan kegiatan paginya seperti biasanya. Berkutat dengan sendok dan garpu dan akhirnya akan berangkat kuliah.

"Aksara, hari ini aku ke kampus naek motor ya" pinta Angkasa di sela-sela sarapannya bersama Bunda dan saudaranya.

"Kenapa?"

"Pulang dari kampus aku mau mampir ke makam Mama"

"Gak bareng aja?"

"Ngak usah"

"Tapi-" belum selesai ucapan Aksara bunda mengangguk, mengisyaratkan kepada Aksara untuk membiarkan Angkasa melakukan keinginannya.

"Oke"

Hal yang menjadi sebuah rutinitas sehari-hari layaknya Mahasiswa pada umumnya, mereka harus pergi ke kampus mempelajari hal-hal baru tentunya, mendengar penjelasan-penjelasan dari dosen sampai waktu siang nanti. Melelahkan memang, tapi itu sudah menjadi kewajiban bukan?

"Gue cabut dulu ya Jev!" Pamit Angkasa dan langsung berlari keluar dari kelas.

"Woy! Buru-buru amat" setelah merapikan buku-bukunya Jeva berjalan santai keluar dari kelasnya.

Langkah Angkasa menyusuri lorong-lorong di kampus, kakinya menuntunnya ke Fakultas Sastra. Bukan tanpa alasan pemuda itu jauh-jauh dari fakultasnya berjalan ke fakultas sastra. Untuk apa lagi jika tidak ingin menemui gadis yang saat ini sangat dipujanya.

"Senja!" Panggil Angkasa

"Angkasa?"

"Kamu gak lupa janji kamu kan?"

Gadis itu memiringkan kepalanya.

"Ke makam Mama Angkasa?"

"Iya! Yuk!"

"Sekarang?!"

"Iya. Kamu ada acara?"

"Gak ada sih"

"Yaudah yuk" tangan Angkasa menuntun tangan Senja.

Keduanya menuju parkiran kampus. Motor Ninja hitam sedang terparkir.

"Senja naek motor gak papa kan?"

"Naek sepeda ontel pun aku gak masalah Sa"

"Yaudah sekarang pake ini ya" Angkasa memakaikan helm di kepala Senja. Senja termangu, gadis itu hanya terdiam akibat perlakuan tiba-tiba Angkasa.

"Kenapa ngelamun? Ayo naek!"

"Hah?! Ah i-iya"

Mesin motor sudah dinyalakan, Angkasa membawa motornya keluar dari pelataran kampus. Melewati jalan raya. Sekilas pemuda itu melihat gadis yang diboncengnya dari pantulan kaca spion. Lampu merah yang menyala memberikan keduanya ruang.

Aksara Angkasa | Renjun & Jeno ✓ [MASA REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang