19. Berdamai dengan luka

832 94 15
                                    

Mengikhlaskanmu adalah jalan terbaik untuk berdamai dengan lukaku sendiri.

***

Beberapa hari setelah kejadian itu, kondisi psikis Senja mulai membaik, gadis itu sudah pergi kuliah seperti biasa. Jika bertanya tentang Alex, tentu Alex dijebloskan ke penjara atas tuduhan kekerasan dan pelecehan seksual, dan dia harus menerima itu semua.

"Kamu yakin?"

"Yakin, kenapa tidak?"

"Tapi Sa-"

"Masih memikirkan tentang hal itu? Senja-" Aksara menggenggam tangan Senja, sebelah tangannya lagi sedang menyetir, "Bunda orang nya tidak seperti itu, beliau akan menerima mu"

"Tapi aku malu"

"Kenapa harus malu? Kamu tidak bersalah. Laki-laki brengsek itu yang bersalah" Senja mengangguk dengan eratnya genggaman Aksara.

Aksara sengaja mengajak Senja ke rumahnya, tidak sendiri, ada Haikal, Jeva, Arumi, Vana dan dua bocah kecil Kainan dan Faheel meski mereka tidak benar-benar kecil. Mereka sengaja berkumpul di rumah Aksara dan Angkasa, karena sudah lama tidak bersuah dengan Bunda. Jadi mereka putuskan untuk berkunjung, membuat pesta kecil-kecilan, ya sekedar barbeque sederhana dan sambil bernyanyi tentunya.

"Ini pertama kalinya kamu ke rumah kan?"

"Iya"

Aksara tersenyum kecil

"Selamat memasuki dunia Aksara yang membosankan Senja" mobil hitam itu sudah masuk ke pelataran rumah berlantai dua. Tidak begitu besar, tapi lebih besar dari rumah Senja. Desain yang minimalis, dan terdapat bunga-bunga cantik bermekaran di halaman depan.

"Ayo" ajak Aksara kepada gadis yang masih mematung, sesekali dia menghembuskan nafasnya.

"Kamu gugup?" Gadis itu mengangguk. Aksara berjalan ke arah gadis itu, lalu memeluknya.

"Tidak perlu gugup, Bunda gak gigit" Aksara mendapatkan cubitan kecil di perutnya, membuatnya sedikit merintih.

Aksara membuka pintu rumahnya, terdengar tawa dan candaan dari taman belakang. Saat memasuki ruang keluarga yang bersebelahan dengan dapur tanpa sekat, langkah Senja terhenti. Gadis itu melihat sosok Angkasa yang sedang menuangkan air ke dalam gelas.

"Senja?" Sapanya saat berbalik.

"Angkasa" jawab Senja ragu.

"Sa, aku ajak Senja gak papa kan?" Tanya Aksara kepada saudaranya.

"Kenapa harus aku larang? Tentu boleh. Lagi pula Senja pacar kamu kan?" Angkasa tersenyum tipis meski hatinya sedikit sakit, saat menyebutkan kata 'pacar'. Pemuda jangkung itu menghampiri gadis yang masih setia menatapnya canggung.

"Senja sudah baikan? Jangan terpuruk lagi ya. Angkasa gak suka senyum Senja hilang" Angkasa sedikit menepuk kepala gadis itu, lalu berlalu dengan sebuah senyuman. Angkasa tersenyum melihat Senja baik-baik saja, setidaknya itu sudah cukup baginya.

Di halaman belakang yang tidak terlalu luas, tapi cukup indah, karena terdapat kolam ikan dengan air yang jernih dan tentunya ditanami tanaman-tanaman dan berbagai jenis bunga. Mereka tampak menikmati, Vana dan Arumi memanggang beberapa daging, Aksara ikut membantu meniup bara api, sedangkan Jeva dan Haikal sedang melakukan solo konser, dengan petikan gitar seadanya. Senja menatap teman-temannya dengan segaris senyum di wajah manisnya sesekali tertawa saat melihat Haikal dan Jeva yang sedikit beradu. Gadis itu duduk tidak jauh, Angkasa duduk di sampingnya.

"Ini buat kamu" pemuda ini memberikan minuman kepada Senja.

"Terimakasih"

"Sama-sama"

Aksara Angkasa | Renjun & Jeno ✓ [MASA REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang