Bab 1 = Beomgyu dan Catatan

635 159 4
                                    

Shin Ryujin
0 hari setelah absen

Aku berada di hutan.

Tidak banyak orang namun bisa kulihat ada berberapa orang berkumpul melingkari sesuatu.

Salah satu dari orang itu menatapku. Pria bertopeng merah, putih, dan hitam membawa lentera yang didesain sama dengan topengnya.

Aku hanya bisa menatapnya kembali.

Pilih Aku


Arti mimpi berada di luar angkasa

Bagi sebagian orang, mimpi adalah bunga tidur. Namun, ada juga yang menganggap itu adalah sebuah petunjuk di masa depan.

Faktanya, mimpi sangat berkaitan dengan alam bawah sadar. Apa yang sedang kita pikirkan biasanya akan mempengaruhi pola bermimpi.

Jika Anda baru-baru ini berpikir tentang benda-benda langit, Anda bisa saja bermimpi tentang itu. Benda langit seperti bintang ataupun awan bergerak di siang hari memang mudah untuk dilihat.

"Ish apaan tu?" Asahi mengambil ponselku tiba-tiba. Aku mencoba untuk mendapatkan ponselku kembali namun percuma, ponselku di oper kepada Jaehyuk. Mereka berdua mempermaikanku dengan mengoper ponselku ke arah satu sama lain.

"Jaehyuk, sini balikin!" bentakku kepada Jaehyuk. Seketika ponselku hampir ku gapai, Asahi dengan cepat mengambil ponselku di tangan Jaehyuk.

Yang kulakukan selanjutnya adalah menginjak kaki Asahi sehingga dirinya kesakitan. Disitulah aku mengambil ponselku kembali. Asahi dan Jaehyuk tertawa melihat aksiku ini. Padahal yang aku cari bukanlah hal yang rahasia. Tapi entah kenapa aku harus menyembunyikannua karena itu mimpi. Dan mimpi tidak boleh diceritakan ke orang lain bukan?

Aku duduk di ikuti dengan Jaehyuk dan Asahi. Mereka tidak sekelas denganku, seharusnya mereka balik ke kelasnya, tidak ngerumpi denganku. Tapi aku tahu kenapa mereka berdua di kelasku ini.

"Ryu, kok tumben searching mimpi. Biasanya gak perduli kalau mimpiin sesuatu," ujar Asahi. Benar juga, aku tidak pernah penasaran dengan mimpiku selain mimpi ini.

"Ga tau juga sih, entah kenapa pikiran gua selalu kebayang mimpi itu aja." jawabku. Seketika Asahi dan aku berbicara, aku melirik Jaehyuk yang melirik semua teman kelasku. Oh aku tahu dia mengincar Winter si primadona di kelasku.

"Pangeran lu kaga datang Ryu?" tanya Jaehyuk tiba-tiba. Aku melihat bangku dimana Beomgyu duduk.

Dia tidak datang. Biasanya di saat seperti ini, Beomgyu akan menghentikan kegiatan mereka.

"Iya juga ya," sahutku. Aku masih melirik bangku Beomgyu yang kosong. Ingin bertanya kepada Somi atau Soojin, aku takut dibilang aku suka dengan Beomgyu. Siapa orang yang dekat dengan Beomgyu selain mereka berdua?

Sungchan? Tidak, aku tidak mengenalnya sama sekali. Tidak mungkin aku langsung bertanya kepadanya.

Ding dong!

Bel masuk pun berbunyi. Aku menyuruh Jaehyuk dan Asahi masuk ke kelas mereka agar mereka berdua tidak terlambat masuk ke kelas. Hari ini sudah dijadwalkan untuk ulangan. Tadinya aku mengajak Asahi untuk menanyakan hal yang masih tak kupahami. Tapi karena ponselku di tarik oleh Asahi, kegiatan study group ku hancur.

Pak Sungcheol juga sudah datang membawakan banyak kertas putih yang masih bersih.

Sial, soalnya pasti soal baru.

Aku mengeluarkan keringat dingin. Sudah pasti yang keluar bukanlah bagian yang aku pelajari. Dan bagaimana Beomgyu jika dirinya tidak ikut ulangan? Aku tahu dia pintar tapi ayolah, ulangan sendiri itu juga tidak seru.

Pak Sungcheol tak sengaja membanting setumpuk kertas itu. Jantungku sedikit terkejut mendengar suara bantingannya. Dilihat dari wajahnya, Pak Suncgheol tidak kesal sama sekali. Lebih tepatnya tatapannya seperti yang biasa di paparkan saat dia menjelaskan pelajarannya.

Pak Sungcheol duduk di kursinya. Lalu dia mengeluarkan pernyataan yang membuat kami bahagia.

"Hari ini kita ga jadi ulangan, ini saya kasih kisi-kisi buat ulangan besok. Jangan lupa minggu depan dipelajari ya, ada yang absen hari ini?" tanya Pak Sungcheol.

"Beomgyu ga hadir pak, dia sakit." Soojin menjawab pertanyaan dari Pak Sungcheol.

"Okelah, siapa yang tau rumah Beomgyu?"

"Ryujin pak,"

Seumur hidupku, hari ini aku ingin memukul wanita ini. Tidak bisa kah dia tidak mengkaitkanku dengan Beomgyu. Aku memang pernah kerja kelompok di rumah Beomgyu, tapi bukankah Somi ataupun Soojin lebih mengetahui seluk beluk Beomgyu? Kenapa aku yang ditugaskan brengsek!

"Ryujin bisa anterin kisi-kisinya ke rumah Beomgyu?"

Tidak bisa, aku tidak bisa pak!

"Bisa pak,"

•••

Tuk tuk tuk

Satu kali ketukan pintu itu terbuka. Aku memaparkan senyumku sebagai sopan santun terhadap orang tua Beomgyu. Aku membungkuk sembari memberikan kisi-kisi dari Pak Sungcheol. Seharusnya kegiatan ini mudah dilakukan. Bersalaman dengan orang tua Beomgyu, memberikan kisi-kisinya dan pulang ke rumah.

"Waduh, kamu ga jenguk Beomgyu sekalian. Siapa tau Beomgyu langsung bangun dari tidurnya," ujar sang Ibu.

"Beomgyu sakit apa tante?" tanyaku langsung.

"Ga tau juga nak, hari ini badan Beomgyu panas jadi tadi rencananya mau ke rumah sakit. Cuma Beomgyu gak bangun-bangun. Mana tau kalau kamu datang Beomgyunya langsung bangun," ucap Ibunya. Kalau begini aku tidak bisa menolak.

Aku masuk sekaligus membungkuk melewati Ibu Beomgyu. Ibunya menuntunku ke kamar si brengsek itu.

Aku melihat kamar yang diwarnai hitam bertitik bintang seperti di luar angkasa.

Kamarnya sangat indah.

"Kamu mau saya ambilkan minum?" tanya Ibu Beomgyu. Aku menoleh ke arah Ibu Beomgyu. Tatapannya sendu namun dia berusaha untuk tersenyum melihatku. Aku tidak bisa menolak tawaran dari Ibu yang terlihat baik hati ini.

"Boleh bu, saya juga bentar aja kok disini,"

"Yaudah tunggu disini aja ya," ucapnya. Ibu Beomgyu keluar dari kamar sang anak meninggalkan aku dan Beomgyu yang belum sadarkan diri. Aku melirik kamarnya di setiap sudut.

Terlalu banyak luar angkasa di kamar ini. Aku tak menyangka ada banyak sekali benda luar angkasa persis seperti di mimpiku. Tapi tidak ada batu kerikil, bumi dengan air yang realistis, serpihan planet saturnus yang hancur, dan juga tiga bintang yang sedang mengejar satu sama lain.

Hanya bumi dan teman planetnya.

Aku melihat banyak sekali barang yang terletak di lantai kamarnya. Aku tahu dia anak laki-laki jadi aku tidak bisa memaharinya terlebih lagi ini bukan kamarku. Dia juga punya hak terhadap kamarnya bukan? Selagi anak itu pingsan ada baiknya aku membereskan kamar ini.

Ku raih barang yang ada di lantai itu. Ku letak ke tempat dimana masih ada kapasitas yang kosong. Lalu ku pungut berberapa robekan kertas dan membuangnya ke tong sampah.

Aku memunguti kertas itu sampai aku menemukan kertas yang masih bersih seperti kisi-kisi dari Pak Sungcheol. Awalnya aku kira kertas itu merupakan kertas kisi-kisi. Namun aku ingat aku sudah memberikan kertas kisi-kisi itu ke Ibu Beomgyu.

Aku memungutnya. Kertas itu berisi tulisan. Dan tulisan itu berisi...



Tolong aku Ryujin

Pilih Aku Beomgyu = War For The Pigs ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang