Bab 4 = Beomgyu dan Tatapannya

401 141 6
                                    

Shin Ryujin
2 hari setelah absen

Aku berada di tengah hutan. Pria bertopeng itu masih menatapku. Seketika aku melangkah mundur, dia melangkah maju.

Pilih Aku

Tap

Aku menutup pintu lokerku. Ku ambil buku Matematika dikarenakan berberapa hari lagi diadakan ulangan dari Pak Sungcheol. Jika pak Sungcheol yang mengajar, maka sudah dipastikan mencontek bukanlah hal yang baik untuk dilakukan.

Matematika itu susah, dan pelajaran yang payah.

Aku menyimpan buku tersebut ke dalam tas sebelum memasuki jam pelajaran kedua. Disaat itu lah pria ini datang ke mejaku. Pria berambut hitam sebahu yang entah kenapa di bolehkan pihak sekolah dia berambut panjang seperti itu.

Choi Beomgyu.

Dia menaruh satu kotak susu berukuran sedang di mejaku. Tak lupa ia menaruh dua bungkus roti berasa keju sebagai pelengkap.

"Kamu lapar kan?" tanyanya. Suaranya memang berat. Tapi tak pernah ku dengar suara Beomgyu seberat ini. Suaranya seperti suara orang dewasa.

Badanku gemetar. Aku melihat kenarah Somi dan Soojin untuk meminta tolong. Bukan mendapat tatapan empati, tetapi aku mendapatkan sinisan dari mereka. Aku tidak boleh menerima makanan yang dibelikan oleh Beomgyu. Apalagi kulihat gerak-geriknya tidak seperti Beomgyu.

"Maaf gu-"

Belum sempat aku mengucapkan kalimatku, dia sudah duduk di bangkunya. Beomgyu melipatkan kedua tangannya di meja menunggu guru datang untuk menjelaskan pelajaran. Beomgyu memang seperti itu.

Tapi dia tidak pernah memotong penolakan ku.

Ini bukan Beomgyu.

Somi dan Soojin menghampiri Beomgyu setelahnya. Aku masih memperhatikan bagaimana lelaki itu menanggapi teman perempuannya. Biasanya Beomgyu akan tersenyum kepada mereka dan sekalinya melemparkan hinaan kepada Somi dan Soojin.

Namun kali ini tidak ada senyuman dan hinaan, yang ada hanyalah Beomgyu melihat ke depan dengan tangan yang terlipat.

Apakah Somi dan Soojin menyadari ada hal yang janggal dari Beomgyu?

Ting!

Aku reflek terkejut mendengar notifikasi dari ponselku. Sejenak kulirik Beomgyu kembali. Aku melihatnya menatapku disaat Somi dan Soojin mengajaknya berbicara. Saat itu juga aku menolehkan kepalaku agar tak bertatap pandang dengannya.

Lebih baik aku memperhatikan apa isi notifikasi dari ponselku.

000-111-222
| pulang sekolah

You
sungchan? |

Ting!

Itu bukan bunyi dari ponselku. Aku harus melihat siapa yang mengeluarkan bunyi itu dari ponselnya.

"Lo ga usah deketin Ryujin lagi Beom, anaknya udah demen sama Su-"

You
halo? |

Ting!

"Hp lo ada notif tu Beom,"


•••


Jangan menatapku terus brengsek. Aku tidak suka ditatap seperti itu. Biasanya dia juga menatapku dengan senyuman tetapi saat ini tatapannya seakan ingin membunuhku. Dan jujur aku merasa Beomgyu benar-benar ingin membunuhku.

Ding dong!

Bel istirahat kedua sudah di loncengkan. Tanpa merapikan buku yang berantakan di meja, aku berlari keluar kelas. Tidak ada yang perlu diintip. Aku ingin menghampiri orang yang mempercayaiku dan juga teman-temanku.

Aku butuh perlindungan.

"Shin Ryujin!" panggil suara berat itu. Jika aku boleh menangis aku akan menangis saat ini. Dan mungkin hal itu aku gunakan untuk mengatakan Beomgyu bahwa dia melukaiku.

Tapi Beomgyu adalah siswa populer dan berprestasi. Sudah pasti aku yang akan disalahkan jika aku berani menuduhnya. Brengsek! Apa yang harus aku lakukan sekarang.

"Ryujin!" panggil seseorang. Aku bisa menandakan suara itu berasal dari Asahi. Suaranya berada di belakang tepat saat aku mendengar arah suara Beomgyu. Apakah aku harus menoleh ke belakang?

"Ryujin! Ini Beomgyu mau nyamperin!"

Brengsek! Maafkan aku Asahi, aku tidak ingin disentuh, menatap, dan juga bertemu dengan Beomgyu saat ini. Terlalu berbahaya dan juga berkonsekuensi tinggi.

"T-tolong," lirihku pelan kepada diriku sendiri. Aku tetap berjalan menjauhi Beomgyu serta Asahi. Tidak perlu melihat ke belakang, pandanganku harus kedepan mencari Jaehyuk atau tidak Sungchan.

Aku harus-

Bruk!

Badanku terhempas oleh seseorang. Kulihat bentuk rupa seseorang yang menabrak ku ini. Tidak ada panggilan dari Beomgyu serta Asahi. Hanya ada Sungchan yang tak sengaja menabrak ku.

"Lu kenapa-aw," aku langsung memeluk Sungchan seketika itu. Mungkin orang-orang melihat kami dan bergosip yang aneh-aneh tapi aku butuh perlindungan dari Sungchan. Setidaknya hanya dia (Jaehyuk aku tidak tahu dia dimana) yang bisa kupercaya saat ini.

"Beomgyu datang ke sekolah," jelasku.

"A-apa? Shin lu seriusan kalau ngomong," ucapnya meyakinkan diriku bahwa aku bercanda mengucapkan hal itu. Nyatanya tidak Sungchan, aku tidak bercanda. Aku menunjuk ke arah dimana Beomgyu berdiri bersebrangan dengan kami di koridor sekolah.

Semua orang tahu bahwa Beomgyu selalu membelikanku makanan. Jadi orang-orang memberhentikan kegiatan mereka demi menyaksikan kejadian kami atau lebih tepatnya apa yang terjadi kepada Beomgyu dan Sungchan. Padahal kami bertiga tahu bukan itu masalah pentingnya.

Mereka salah paham.

Bahkan dari gerak-gerik Beomgyu melambaikan tangannya kepada kami ditambah dengan senyumannya membuat diriku semakin tak nyaman.

Dan tidak ada satu orang pun yang menyangkal kejadian Beomgyu aneh ini kecuali diriku dan Sungchan.

Pilih Aku Beomgyu = War For The Pigs ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang