Bab 11 = Beomgyu dan Cenayang

285 108 2
                                    

Shin Ryujin
8 hari setelah absen

Kami tidak sekolah karena berita tewasnya Somi dan Soojin. Kami satu kelas juga berinisiatif untuk mengunjungi makam mereka berdua ditambah makam Sungchan.

Aku tidak menyangka Beomgyu menghabisi teman terdekatnya.

Dengan baju yang serentak berwarna hitam, aku melihat Beomgyu tersenyum menatap kedua makam itu.


Pilih Aku Beomgyu


Kring!

"Selamat datang-oh ini yang kemarin-kemarin datang kesini kan," ucap Noel. Tak salah namanya Noel bukan?

Aku melihat arah lampu kerlap-kerlip apakah ada warna yang menyala saat ini. Ternyata lampu itu tidak menyala sama sekali. Apa tandanya itu?

"Bang, bisa minta tolong panggilin Om Benji ga?" mohonku kepada orang yang awalnya senyum menjadi ketus. Aku tidak tahu tapi aku merasa tidak ada yang salah dengan penuturan kataku, atau ada yang salah dengan Om Benji saat ini?

Noel menghela nafasnya terdahulu, "setelah kamu dan teman kamu pergi, lampu-lampunya mati. Benji heran dong jadi dia telusuri kenapa lampu kerlap-kerlipnya mati dan sampai sekarang orangnya belom balik,"

"Kalau gitu saya pergi aja de-" sebelum aku pergi berbalik arah, tanganku diraih oleh Noel. Rencana aku pergi keluar karena aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan selanjutnya. Karena aku sudah tidak punya petunjuk lagi. Satu-satunya yang bisa menunjukan cara untuk selamat dari Beomgyu adalah dengan mengikuti pesan dari Om Benji.

Tapi orang itu menghilang, apakah aku memang ditakdirkan untuk berjuang sendiri?

"K-kenapa bang?"

"Kata Benji gua harus ceritain semuanya ke elu, ah gila ini besar banget masalahnya. Lu bawa orang kaga?" tanya Noel. Pertanyaannya seperti pertama kali aku berbicara dengan Om Benji. Dia menanyakan apakah aku membawa orang. Waktu itu iya aku membawa Sungchan, sekarang aku benar-benar sendiri.

"Enggak bang, saya sendirian." jelasku.

"Ooh berarti ga ada yang bisa masuk ke sini selain elu ya," ucap Noel. Dia membuka pintu pembatas antara penjaga toko dan tamu toko. Sebelumnya dia menundukan kepalanya sembari berbisik kepada sepatunya. Aku tidak mengerti tapi aku mencoba untuk masuk ke ruangan itu.

Namun gerakanku ditahan sebelum bisikan sepatu Noel berhenti dan menatapku kembali, barulah dia mempersilahkanku untuk masuk ke dalam ruangannya.

Hal yang pertama aku lihat adalah lampu kerlap-kerlip yang warnanya bercampur sama seperti pertama kali aku melihat toko ini. Aku kemudian melihat ada tiga orang lainnya yang sedang bermain kartu namun bukan kartu remi. Ukuran kartu itu lebih besar dua kali lipat bahkan covernya bukan ikan melainkan lukisan zaman dahulu.

"Ini Shin Ryujin yang dibilang Benji kemarin," Noel memperkenalkanku kepada orang-orang ini. Aku hanya bisa tersenyum paksa membalas sapaan orang-orang ini.

"Saya Giri,"

"Saya Dabin,"

"Saya Verbal Jint," ucap orang yang kelihatannya sangat maskulin namun lembut itu. Aku menyalami tangan mereka satu persatu, saat itu aku melirik lampu kerlap-kerlip yang masih nyala semua warna.

Apakah itu tandanya aku masih aman?

"Masih nak, kamu masih aman." gerutu Verbal Jint didepanku setelah aku memikirkan hal itu. "Pilih salah satu kartu," orang itu memberikan kartu besar lukisan kuno itu kepadaku. Aku memgambil satu kartu itu dan ku baca isinya.

Aku tidak mengerti sama sekali.

"Kok satu? Ambil dua lagi!" perintahnya. Aku langsung mengambil dua kartu lainnya. Lalu ketika aku melihat isi kartu itu, yang ada dari tiga kartu adalah gambar pedang, api, dan juga lima tengkorak berbaju hitam satu di atas satu lagi terbalik.

Aku tidak mengerti kartu-kartu ini.

"Kok disembunyiin, kasih ke saya dulu kartunya,"

"In-"

"SHHHTTTT," sebelum aku menjawab pertanyaan dari Verbal Jint, semua orang yang ada di ruangan itu menyuruhku untuk diam. Sejenak kulirik lagi lampu kerlap-kerlip tersebut. Lampu itu awalnya sedikit berkedip namun tak lama kemudian mereka kembali normal.

Keempat orang itu menghela nafasnya lega setelah melihat lampu kerlap-kerlip.

"Kamu jangan bicara dulu, sini kartunya." sebenarnya tanganku sudah ingin memberi kartu itu kepada Verbal Jint, namun karena titah untuk diam itu aku jadi gugup untuk memberikan kartu tersebut. Tapi tak perlu pikir dua kali, Verbal Jint meraih ketiga kartuku dan melihat isi kartu tersebut, jika dia bermain kartu dengan Winter, mungkin Winter akan mengatainya curang. Berbeda dengan Jaehyuk dan Asahi yang mengatai Verbal Jint ini jenius.

Jika aku yang mendefinisikannya, aku akan memilih untuk tidur membaca rumus matematika yang sangat susah itu dibanding bermain kartu.

"Oke kita punya tiga kartu yang pertama kartu pedang, oh sebelumnya kartu ini saya yang buat jadi kartu tarot ini berbeda dengan yang lain. Dari berberapa kartu tarot yang saya gunain, hanya kartu punya saya yang paling akurat,"

"Pak Verbal next lah, kasian anak sekolah nanti dicariin orang tuanya," keluh Noel yang kurasa umurnya jauh lebih muda dibanding mereka semua terlihat dari wajahnya yang kelihatan imut.

"Oh iya, pokoknya kamu jangan bicara ya, saya peringatkan kamu. Kalau mau tanya tulis aja di kertas," Verbal Jint menunjukan kertas serta pena yang ada di samping Giri(?)

"Kartu pertama yang kamu pilih itu kartu pedang yang artinya kamu itu seorang pejuang, mungkin pedang di tarot lainnya punya artian yang berbeda. Kartu pedang saya ada dua, satu yang diatas satu lagi terbalik. Kartu pedang kamu itu terbalik yang artinya kamu bakal menang dalam suatu pertarungan," jelas Verbal Jint kepadaku.

"Gak taulah pertarungan apa yang jelas kamu bakal menang, yang kedua ada api, kartu saya tentang api ada tiga. Api kecil, api yang sedang membakar seluruh tangan, dan api yang membakar seluruh rumah, kamu pilih api yang membakar seluruh tangan, itu artinya perjuangan kamu dibantu sama orang,"

"Hah?"

"SHHHHTT," gertak mereka semua lagi. Otomatis kami melirik ke arah lampu kerlap-kerlip tersebut. Tentunya lampu itu berkedip kembali namun seperti yang terjadi sebelumnya, lampunya tidak berkedip setelah menit kemudian terakhir lampu itu berkedib.

"Pokoknya perjuangan kamu bakal di bantu sama orang, dah lanjut yang ketiga. Ada lima gream reapers di kartu kamu. Dua yang berbalik arah tiga sembunyi. Itu tandanya ada lima orang yang harus kamu hadapi demi mendapatkan kesuksesan itu."

Lima orang yang harus aku hadapi demi mendapatkan kesuksesan itu, aku rasa penuturan katanya salah. Bukan lima orang yang harus kuhadapi melainkan lima jiwa yang terletak dalam satu tubuh temanku yang super brengsek ini.

Choi Beomgyu.

Pilih Aku Beomgyu = War For The Pigs ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang