Bab 2 = Beomgyu dan Jendela

465 146 5
                                    

Shin Ryujin
1 hari setelah absen

Bumi dengan air yang realistis, apakah aku akan tenggelam jika melompat?

"Oh, kamu udah bangun?"


Pilih Aku

"Heboh banget pingsan di rumah Beomgyu," ejek Sungchan sembari membawa mobil. Ibu Beomgyu tidak tahu harus menelfon siapa selain teman-teman Beomgyu. Hanya Sungchan lah yang ditelfon oleh orang tua Beomgyu.

Untungnya Sungchan mengenalku sebagai salah satu siswi di sekolah kami.

"A-anu tadi terkejut aja liat Beomgyu," aku berbohong kepada Sungchan. Aku tidak lihat wajah Beomgyu. Aku hanya mengeksplor kamarnya saja.

"Segitunya sampai pingsan?" tanya Sungchan lagi. Memang alasan yang kugunakan tidak begitu valid. Lagian ini pertanyaan dadakan yang tidak bisa aku susun jawabannya secara langsung. Aku tidak bisa merangkai kalimat dengan sekejap. Maka menjawab dari pertanyaan Sungchan...

"Iya, tumben banget Beomgyu ga bangun-bangun,"

Dia memang tidak pernah tidur di kelas karena dia salah satu murid yang pintar di kelasku. Aku jujur mengatakan ini.

"Oke, rumah lu dimana?"

"Eum..."

•••

Arti mimpi melihat planet

Saat anda melihat planet bumi, mimpi ini menunjukkan bahwa anda telah menemukan seseorang dalam hidup anda dengan hobi yang sama. Selain itu, anda juga memiliki motivasi yang sama, masalah serupa, dan harapan serupa untuk masa depan. Meskipun anda menganggap diri anda adalah makhlu unik, namun, selalu ada orang seperti anda dengan pemikiran yang sama.

Apakah aku harus mempercayai omong kosong ini? Tapi kenapa mimpiku berubah menjadi perhutanan. Dan kenapa aku hanya berfokus tentang mahkluk luar angkasa.

Ding dong

Bel pulang pun pertama berbunyi. Aku merapikan buku-buku yang ada di mejaku. Buku matematika sudah kusimpan kembali ke dalam loker. Sejenak aku melirik bangku Beomgyu yang kosong.

Lalu aku teringat kertas itu.

Tolong aku Ryujin.

Aku membuyarkan pikiranku dan berfokus untuk menyapa guru Sejarahku. Pak Minhyuk yang terlihat ganteng hari ini dan seterusnya. Aku membungkukkan badanku seketika aku berada di dekat Pak Minhyuk.

Seketika aku ingin keluar kelas, Pak Minhyuk menahan tanganku.

"Kamu kemarin yang anterin kisi-kisi ke rumah Beomgyu ya? Saya tau dari Sungcheol soalnya jadi jangan tanya saya tau dari mana," ucapnya begitu saja.

Tidak aku tidak terkejut. Aku hanya mengeluh parah setelah mendengar nama Beomgyu. Tapi...

Tolong aku Ryujin

Tulisan itu masih terbayang di benak ku. Seakan aku harus membantu seorang Choi Beomgyu karena tidak wajar dia tidak bangun sampai saat ini. Aku seperti melihatnya di film insidious tapi ini kejadian yang terjadi padaku sebagai tokoh pembantu.

Tokoh pembantu = membantu sang tokoh utama.

"Ryujin? Kamu dengar yang saya bilang?" ucap Pak Minhyuk sekali lagi. Taganku masih di pegang oleh Pak Minhyuk sehingga dengan canggung ku lepaskan genggaman darinya.

"Saya dengar kok pak, memang benar saya yang ngantar kisi-kisi ke tempat Beomgyu, emangnya kenapa pak?" tanyaku.

Pak Minhyuk mengeluarkan buku-buku yang bertuliskan nama Beomgyu disana. Dia memberikan buku itu kepadaku.

"Kamu bisa antar ini ke tempat Beomgyu?" tanya Pak Minhyuk. Aku ingin sekali menggelengkan kepalaku. Tapi seketika aku menoleh sebentar ke arah jendela, aku melihat Sungchan menganggukan kepalanya kepadaku.

Sial, aku tidak punya alasan lain jika aku menolak permintaan Pak Minhyuk.

"Bisa pak, sini bukunya saya ambil." aku mengambil buku Beomgyu yang sudah di letakan di meja tadi. Setelah itu aku tersenyum kepada Pak Minhyuk agar terlihat sopan dimatanya.

"Selamat sore pak," ucapku. Aku memeluk buku-buku Beomgyu keluar dari kelas. Sungchan menemuiku di ujung pintu kelasku. Aku langsung mengabaikannya dan berjalan langsung ke rumah Beomgyu. Kali ini langsung to the point, tidak ada jeda sedikitpun.

Aku akan menolak ajakan dari ibunya. Akan kuberikan alasan yang valid. Kali ini sudah kutata jawabanku.

"Shin Ryujin!" panggilnya dengan lantang. Siapa dia sampai beraninya memanggilku dengan lantang?

"Shin!" panggilnya lagi.

Aku tetap berjalan keluar dari sekolah. Semoga bus cepat datang agar dia tidak menawarkan mobilnya untuk mengajakku pulang. Aku tidak suka di interogasi, dan aku yakin alasan kenapa Sungchan mengejarku karena dia penasaran dengan Beomgyu. Jika dirinya penasaran, kenapa dia tidak memeriksa anak itu sendiri.

"Sial!" umpatnya. Aku tidak bisa berjalan lagi. Aku harus berlari sampai dia tidak bisa mengejarku.

•••

"Beomgyu masih belum sadar tante?" tanyaku di dalam rumah Beomgyu. Kemarin kertas yang berisi tolong aku ryujin menghilang setelah aku sadar dari pingsan. Apakah Ibu Beomgyu yang memgambilnya?

Aku ingin menanyakannya tapi aku terlihat curiga jika aku menanyakannya kepada Ibu Beomgyu.

"Nyonya ada yang mencari nyonya di telfon," teriak salah satu pekerja di rumah Beomgyu. Wajah Ibu Beomgyu menjadi panik seketika. Aku yang tidak tahu harus bagaimana hanya bisa menatapi kepanikan dari Ibu Beomgyu.

"Oh, Shin Ryujin kamu bisa tunggu disini sebentar? Saya jawab telfon dari orang dulu ya," ujarnya. Aku tersenyum kecil menanggapinya. "Gapapa tante, ini Ryujin mau pulang kok,"

"Oh yaudah hati-hati di jalan ya," jelas Ibu Beomgyu. Aku menganggukan kepalaku sebagai jawaban. Kemudian aku keluar dari rumah Beomgyu dengan helaan nafas yang lega.

Aku keluar dari rumah itu tanpa ada misteri sedikitpun.

Aku menoleh kebelakang melihat pohon besar di samping jendela kamar rumah Beomgyu. Jika aku telusuri jendela mana yang dekat dengan pohon, mungkin 87% akan kujawab jendela itu merupakan jendela kamar Beomgyu.

Aku melihat jendela itu sampai aku lihat ada yang bergerak di sana.

Ah, pasti itu ibunya. Tidak ada yang perlu di khawatirkan Ryujin. Lagian kan dia cuma seorang Choi-astaga aku melihatnya lagi.

Berjalan layaknya manusia, berbadan tinggi seperti Beomgyu. Tapi aku yakin itu bukan Beomgyu.

Lantas apa yang kulakukan?

Aku melihat pohon besar yang ada di samping jendelanya. Setelah aku pikir-pikir, aku akan memanjat pohon itu untuk melihat siapa yang berada di dalam kamar Beomgyu. Jika itu ibunya, aku bersumpah tidak akan mencari tahu lagi.

Aku panjat pohon itu dengan hati-hati. Aku harus memeriksa apakah ada ranting yang mulai lapuk. Jika aku pijak ranting tersebut aku bisa jatuh, jadi lebih baik memeriksanya terdahulu. Aku meraih ranting yang lebih tinggi dari ranting yang ku pijaki. Lalu kupindahkan kakiku ke ranting yang lebih tinggi, langkah-langkah ini ku ulangi sampai aku berada di depan jendela kamar Beomgyu.

Aku melihat Beomgyu di kamar tidur dan di pantulan kaca. Beomgyu tertidur di tempat tidurnya persis seperti pertama kali aku menjenguknya.

Tapi di pantulan kaca dia berbeda.

Aku melihatnya tidur di tempat tidurnya seperti pertama kali aku menjenguknya. Namun matanya terbuka disana, dan mata tajam itu melihat ke arahku.

Pilih Aku Beomgyu = War For The Pigs ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang