0.8 Another pain again and again

82 33 0
                                    

"Lo gila ya?!" Seru defna sembari memlepaskan tangan Adena dengan kasar yang membuat gadis itu tersungkur,

"Defna sayang tahan ini di luar jangan sampai nama Daddy kamu tercemar karena kelakuan kamu," perintah Adair yang membuat Defna terdiam,

"Malam ini gue pastiin hari terakhir lo disini Adena!" tegas Defno yang membuat Adena terdiam menahan tangisannya.

Beberapa jam kemudian dan Adena sudah sampai dirumahnya dan saatnya tiba. ia akan disiksa oleh keluarganya mungkin juga akan menghabisi nyawanya jika bisa.

"Duduk kamu" perintah Adrie sembari mengambil cambuk di lemari koleksi memburunya,

Tanpa sepatah katapun Adrie mulai mencabuki Adena dengan membabi buta tanpa rasa kasihan sama sekali membuat istrinya beserta kedua anaknya tersenyum senang,

"Kan udah gue kasih tau untuk jauh jauh dari Laxer ngerti bahasa manusia gak sih lo?!" Tanya Defno tajam sembari menampar pipi Adena yang membuat air mata Adena terus mengalir,

"Cupu amat gitu doang nangis" seru Defna sembari menjambak rambut Adena

Sudah sekitar 20 menit setelah penyiksaan Adena, gadis itu masih tersungkur di lantai rumahnya dengan luka cabuk serta tamparan yang tentunya memerah bahkan berdarah di sekujur tubuhnya. Defno yang tidak tega melihat Adena segera membawanya ke kamar Adena tanpa di ketahui oleh keluarganya.

"Gue baik cuman hari ini aja selanjutnya jangan harap gue bisa kaya gini lagi ke lo" ujar Defno sembari membaringkan Adena di tempat tidur lalu pergi dari hadapan adik tirinya itu,

Namun saat dirinya membalikan badan dan hendak pergi, tangannya di cekal oleh Adena. Gadis itu tersenyum sembari berkata, "Terima kasih Abang" lalu melepaskan cekalan itu dan menutup matanya.

Dua hari kemudian, dan hari ini adalah hari senin. Adena masih terbaring di tempat tidurnya dikarenakan penyiksaan dua hari yang lalu mengakibatkan dirinya menjadi jatuh sakit karena tidak di beri makan selama dua hari. Namun dengan demikian Adena tetaplah Adena, ia memaksakan dirinya untuk berangkat sekolah dengan sarapan roti bekas keluarganya. Adena mengambil tas dan memesan ojek online, dirinya tidak akan sanggup untuk berjalan kaki ke halte bus.

Sesampainya di sekolah Adena menduduki tempat duduknya dan menenggelamkan kepalanya untuk melanjutkan tidur.

Di lain tempat tentunya taman belakang sekolah markasnya Laxer berada. saat ini di markas hanya ada tiga orang yang sedang membangunkan Heros karena diriya mengigau serta tubuhnya demam tinggi entah kenapa.

"Ros bangun cuk jangan mati disini" ujar Galen sembari membangunkan Heros yang malah di beri jitakan oleh Alfon

"Buset dah kalo ngomong suka gak ngotak" Cetuk Alfon

"Ya begimana dong Al, coba lo telepon Raxel atau Defno gue kaga punya nomor bunda Belen nih" ujar Galen sembari mengelap keringat yang terus menglir di dahi Heros.

Tanpa angina dan hujan tiba – tiba pintu gudang tersebut terbuka dan muncullah sesosok Raxel yang bersama dengan Defno sembari membawa dua bungkus cemilan hasil jajan di kantin.

"Kenapa?" tanya Raxel sembari melihat Heros yang terus mengiggau,

"Gak ngerti tadi pas gue kesini Heros udah panas dingin" ujar Galen sembari terus mengelap keringat Heros,

"Telepon Citra coba. terus lo juga Xel kenapa lo disini? bukannya lo ada mapel penjas ya?" tanya Alfon bertubi-tubi mengingat Raxel adalah adik kelasnya,

"Males, Panas" ujarnya sembari mengeluarkan ponselnya dan mencari nomor Citra lalu memanggilnya,

Nada panggilan ketiga Citra mengangkat teleponnya dan segera iya meloud speaker panggilan itu,

Adena (END) | Proses RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang