3.7 Nasihat

60 35 1
                                    

"Lo harus jauhin Raxel atau lo mati. teror macam apa ini?!" seru Heros sembari melihat ponsel adiknya. 

"Sialan" gumam Raxel sembari melihat ponselnya, 

"Mereka juga ngirimin ke gue" ujar Raxel sembari menunjukan ponselnnya,

"Kayaknya bukan lo doang, tapi Laxer." ujar Heros sembari membuka ponselnya. 

"Lo tau ini perbuatan siapa?" tanya Heros sembari memberikan ponsel adiknya, 

Adena menganggukan kepalanya, "Tamara" 

"Maksud?" 

"Dia neror gue juga waktu di mall dengan konsep yang sama, gue harus jauhin Raxel" jawab Adena yang diangguki oleh Raxel, 

"Mereka nyatain perang sama Laxer" ujar Raxel, 

"Kumpulin anak-anak Laxer dan juga Amara, buka rapat terbuka untuk penjelasan waktu dan tempat tempur" ujar Raxel kepada Heros, 

"Gue harus pulang" ujarnya lagi lalu mengambil jaket dan juga kunci mobilnya. 

Raxel melangkah keluar dari rumah Heros di temani oleh Adena, 

"Hati-hati" ujar Adena yang dijawab anggukan kepala oleh Raxel, 

"Lo jangan khawatir, gue engga akan kalah dari dia" ujar Raxel sembari mencium pipi Adena. 

Adena tersenyum dan menganggukan kepalanya, Raxel segera memasuki mobilnya dan menjalankan mobilnya. 

Di perjalanan pulang Raxel segera mengabari bundanya untuk mengabari ayahnya bahwa ada yang ingin di bicarakan dengan ayahnya. Sesampainya dirumah Raxel segera memasuki ruang kerja ayahnya dan disana juga ada Ibunya. 

"Kayaknya ada yang engga beres kalo wajah kamu panik kaya gitu" ujar Ayahnya sembari menyusup tehnya, 

"Laxer lagi-lagi akan ada korban" jawab Raxel sembari mendudukan bokongnya di sofa, 

"Apa Laxer membuat bahaya orang lain atau semacamnya?" tanya ayahnya, 

"Anggota Laxer ada yang kena teror karena aku dan Laxer" ujar Raxel sembari memainkan gelas yang berada di meja, 

"Biar ayah tebak, Adena bukan yang kena teror?" tebak ayahnya yang sangat tepat sasaran. 

"Biar ayah yang urus, kamu urus bagian kamu sebagai Laxer" ujar ayahnya yang dijawab gelengan kepala oleh anaknya, 

"Kenapa gelengin kepala?" 

"Aku mau urus Adena dan Laxer sekaligus" jawab Raxel, 

"Raxel orang yang kamu sayang bermasalah karena kamu bukan?" tanya Ayahnya, 

"Ingat rumput akan selalu tumbuh jika tidak dicabut sampai akarnya?" 

"Sekeras apapun kamu berusaha melindungi Adena kalau kamu engga memusnahkan akar permasalahannya, Adena akan terus seperti ini" 

"Maka dari itu biar ayah yang bantu kamu melindungi Adena dan tugas kamu menyingkirkan akar permasalahannya karena Adena bisa mendapatkan ini semua karena dia kenal dan dekat sama kamu" ujar Ayahnya yang membuat Raxel menganggukan kepalanya, 

"Raxel memecahkan masalah tidak hanya dengan adu tangan namun komunikasi juga diperlukan, itulah kenapa Ayah selalu bilang sama kamu sekeras apapun kamu berusaha kalau tanpa ada komunkasi hasilnya akan zonk begitu juga dengan sistem Laxer yang kakekmu buat dulu jika ingin tarung bukannya kedua kelompok kita kumpulkan dan berkomunikasi sebisa mungkin?" 

"Ya Raxel udah jadwalin kumpul anggota Laxer dan juga Amara" ujar Raxel sembari menatap ayahnya yang membuat ayahnya tersenyum, 

"Apa ini masalah clan Laxer dan Amara?" tanya Ayahnya yang membuat anaknya terdiam, 

"Ini bukan masalah antar Clan Nak, ini masalah pribadimu dengan Tamara. Cobalah temui dia dan bicarakan dengan kepala dingin supaya tidak ada korban baik itu masing - masing clan atau orang yang kamu sayangi" ujar ayahnya sembari menyeruput teh hangatnya, 

"Ayah masih banyak yang harus di kerjakan kamu masuk ke kamar kamu dan hubungi ayah jika kamu butuh bantuan" ujar Ayahnya. 

Raxel segera kelar dari ruang kerja ayahnya lalu segera berlari menuju kamar Adiknya, Lita. 

Raxe segera megetuk pintu kamar Adiknya yang bewarna putih dengan stiker dimana - mana. Lita segera membukakan pintu kamarnya dan melihat Abang satu satunya itu dengan wajah yang kesal karena waktu menghalunya terhambat. 

"Boleh gue masuk?" tanya Raxel yang dijawab anggukan kepala oleh Lita. 

Lita mempersilahkan Abangnya itu masuk dan segera menutup pintu kamarnya lalu mendudukan bokongnya di samping Raxel, 

"Tumben abang ke kamar Lita" ujarnya sembari mengambil ponsel yang ada di meja belajarnya, 

"Engga belajar lo?" tanya Raxel sembari menyenderkan tubuhnya, 

"Engga penting sekarang aku mau tanya kenapa Abang ke kamar Lita?" 

"Kalo Adena kenapa - kenapa gue harus apa dek?" tanya Raxel balik kepada Adiknya yang membuat Lita tertawa. 

"Abang nanya sama bocah smp? serius bang?" tanya Lita sembari menggulingkan badannya di karpet, 

"Cepetan jawab elah" ujar Raxel yang membuat adiknya menghentikan kegiatannya, 

"Lita engga tau, itu masalah abang dan Kak Adena kenapa harus aku ikut campur?" 

"Bang aku inget kata kakek dulu yang kata kakek juga ini dipake sama ayah" ujar Lita sembari melihat abangnya yang sedang muram, 

"Sesakit apapun kamu berusaha, usaha kamu tidak akan sia - sia. " 

"Kejar Kak Adena sebisa abang, lindungi Kak Adena sebagaimana mestinya, Lita percaya Abang pasti bisa" ujar Lita sembari memeluk abangnya. 

"Thanks" ujar Raxel sembari mengacak-acak rambut adiknya lalu berjalan keluar menuju kemarnya. 

Sesampainya dikamar yang bercat abu-abu dan putih, Raxel segera mengeluarkan ponselnya yang sudah bergetar sejak dirinya berada diruang ayahnya dan kebanyakan pesan dari Heros dan juga anggota Laxer. 

Raxel segera menghubungi Heros untuk meminta penjelasan, 

'Lo gue panggilin engga jawab dari tadi!' 

'Sup' 

'Amara minta malam natal' 

'Engga bisa diundur?' 

'Udah gue coba tapi mereka kekeh untuk malam natal' 

'Ok kabarin yang tadi engga bisa dateng. apalagi?' 

'Mereka minta Adena juga hadir disana' 

'Mereka minta Adena juga hadir disana' 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

halo!! 

Ahahha aku ngilang lagi ahahaha.

Adena sama Raxel kira kira karam atau melabuh ya? heumzzzz  

Intinya jangan lupa share ceritaku ke temen temen kamu hohoh 

luv,xx 

pyyong~ 

Adena (END) | Proses RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang