64|Asrama

225 38 4
                                    

Tik! Tok! Tik! Tok!

Suara jam terdengar di ruangan tersebut. Rasa gugup menghantui orang-orang yang berada di ruangan itu. "Mas Erwin, Apa kau yakin Kou akan baik-baik saja? Apa cukup kita menyuruh Jenny untuk membantunya?" Tanya seorang gadis bernama Rayya. Rayya adalah putri semata wayang dari Pemimpin Gilbert.

"Di sana juga ada Aether. Percayalah mereka pasti akan baik-baik saja." Jawab Erwin sambil menyeruput kopi susunya yang masih hangat. "Kenapa Mas Erwin begitu yakin?" Tanya sekali lagi.

Erwin menghela nafas kasar. Ia lalu menaruh cangkir kopinya di atas piring kecil. "Mereka berdua bisa diandalkan. Saya harus percaya dan yakin kepada mereka bahwa mereka akan berhasil. Saya tidak ingin pendirian mereka tergoyahkan karena tidak ada rasa percaya yang kita berikan kepada mereka."

"Begitu ya..." Rayya memijat pelipisnya sambil duduk di kursi yang ada.

Ckleckk!

Tidak berapa lama pintu ruangan terbuka walaupun tidak terlalu lebar. Kou dan kedua temannya yang sedang di bicarakan tadi telah tiba di ruangan tersebut.

"Kou..." Rayya segera menghampiri Kou dan langsung menanyakan keadaannya. "Aku tidak ada yang terluka. Syukurlah aku masih dapat kembali." Ucapnya datar.

"Dimana Mas Ludwirg? Apa dia menghilang lagi?" Tanya Jenny beberapa saat. "Hm...Biasalah. Nggak usah ditanya lagi itu mah." Sahut Erwin santai.

Erwin teringat sesuatu. "Oh iya ini sudah larut malam. Rayya, bisakah kau mengantarkan Kou kali ini?"

"Baiklah. Tidak masalah." Mereka berempat lalu keluar dari ruangan. Rayya lalu mengambil sapu dari tempat lain. "Erhk...Kau mau menyapu? Malam-malam begini?" Tanyanya polos.

"Aku tidak akan menyapu malam-malam begini. Kita akan menaiki sapu ini untuk pergi ke asrama." Tambahnya.

'Naik sapu terbang? Pertama kali aku mendengarnya. Apakah gunanya sapu terbang disini sebagai pengganti Motor dan Mobil sebagai ojek? Ya ampun, entah kenapa aku menjadi anak yang sangat polos akhir-akhir ini.' Gumamnya masih berkata-kata.

"Sapu terbang? Entah kenapa itu terdengar sedikit aneh bagiku. Mungkin karena aku terbiasa menaiki Hoverboard kemanapun aku pergi."

"Kau naik Hoverboard? Woah kerennya. Kalau disini sih benda itu mah barang mahal." Puji Aether takjub. Kou merasa beruntung bisa memiliki Hoverboard bahkan ia menaikinya setiap hari.

"Jadi kau mau naik Hoverboardmu atau di bonceng dengan sapu terbangku?" Tanya Rayya beberapa saat. "Eh naik Hoverboardku saja deh. Menurutku aku jadi tidak perlu merepotkanmu. Ehehe..." Jawabnya sambil tertawa renyah.

"Hm baiklah kalau itu yang kau mau."

Kou segera mengeluarkan Hoverboardnya lalu menaikinya. "Terus kita naik apa?" Tanya Aether lagi. "Ya jalan kaki lah. Memangnya kalian punya kendaraan apa." Jawab Rayya tanpa rasa bersalah.

"Et dah. Sudah ku duga dia akan berkata seperti itu -_-"

"Terima aja apa yang ada. Ok kalau gitu kami pergi duluan ya. Ayo Kou!"

"I-iya..."

Dengan cepat mereka berdua pergi meninggalkan bangunan yang mereka sebut perkumpulan para Hytanic Excure. "Bagaimana rasanya menaiki sapu terbang?" Ujar Kou yang suaranya hampir tidak terdengar karena hembusan angin yang sangat kencang.

"Dapat dibilang rasanya menyenangkan. Sebagai pengendali Elemen Dendro, Aku merasa sangat beruntung karena biasanya hanya orang-orang yang memiliki Elemen Anemo yang dapat menaikinya."

𝐓𝐡𝐞 𝐄𝐧𝐝 𝐨𝐟 𝐭𝐡𝐞 𝐒𝐞𝐜𝐫𝐞𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang