Semilir angin pantai menyapu wajah Fadia. Membuat rambut panjang gadis itu sedikit berantakan. Deburan ombak pun memenuhi pendengaran, bahkan terkadang berlari kecil menyentuh kaki Fadia. Ditambah lagi pasir pantai yang sangat lembut dalam pijakan.
Gadis itu menghirup dalam-dalam udara di sekitar seakan tak ingin kehabisan. Lalu ia hembuskan dengan sudut bibir yang kini sudah melengkung indah membentuk senyuman.
"Gue perhatiin dari tadi sepertinya lo sangat menikmati," ujar seseorang tiba-tiba muncul dari balik tubuhnya.
"Hmm," gumam gadis itu singkat sembari mengangguk. "Udah lama banget gue gak ke pantai. Jadi, menurut gue ini weekend yang sangat menyenangkan," lanjutnya berujar.
Fadia terkekeh kecil melihat teman-teman mereka yang lain sudah berhamburan. Ada yang bermain pasir pantai, ada yang kejar-kejaran di pinggir pantai, bahkan ada juga yang berenang menjauhi pantai.
"Fa, ayo naik banana boat!" ajak Audy yang entah dari mana datangnya sudah menggandeng lengannya.
Fadia menggeleng dan menolak. Walau pun ia sangat menyukai pantai bukan berarti Fadia berani untuk menaiki wahana air seperti itu.
"Udah sana ikut dari pada gabut disini," ucap Fajar membujuk. Namun Fadia tetap menggeleng membuat Fajar tersenyum tipis tak menyuruhnya lagi.
Dan Audy pergi dengan sendirinya kembali bergabung dengan yang lain untuk bersiap menaiki wahana air itu.
"Lo yakin gak mau ikut?" tawar Fajar sekali lagi yang masih mendapat respon gelengan Fadia.
"Yaudah, ikut gue aja kalo gitu," ujar Fajar melangkah pergi dengan mengandeng tangan Fadia begitu saja.
Gadis itu jadi menggigit bibirnya menahan senyuman serta letupan di dalam hatinya. Ia sebenarnya heran juga mengapa sedikit sentuhan dari Fajar begitu membuatnya bahagia. Apa mungkin ini tanda bahwa Fadia benar-benar menyukainya?
Keduanya kini berjalan di pinggir pantai sembari menikmati angin pantai yang begitu sejuk menerpa. Sesekali Fajar mencipratkan air laut pada Fadia yang membuat gadis itu mendelik dan tak tinggal diam. Membalas setiap perlakuan Fajar dengan hal yang sama. Keduanya kini sudah saling melempar pasir hingga berlarian di tepi dan tertawa bersama. Persis macam pasangan kekasih yang tengah kasmaran.
Hari ini sudah diawali dengan hal yang baik. Fadia berharap semoga hari ini tetap berjalan dengan baik hingga hari berganti.
"Awww!"
Teriakan itu membuat Fajar langsung terkejut dan mendekati Fadia. Rupanya Fadia tidak sengaja menginjak karang yang tajam di pantai.
"Sini coba gue liat!"
Fajar menuntun Fadia untuk duduk. Lalu pemuda itu memeriksa kaki Fadia yang kini sudah mengeluarkan darah.
"Lukanya gak begitu dalam, tapi lumayan lebar," ujarnya. "Tunggu sebentar!"
Dengan secepat kilat Fajar berlari. Fadia yang ditinggalkan seorang diri jadi diam terheran. Namun, pemuda itu lekas kembali membawa satu botol air mineral dan sapu tangan.
Pemuda itu membasuh luka Fadia dan ia mengikatnya dengan sapu tangan yang ia bawa.
"Untuk sementara begini dulu ya supaya gak kena pasir, biar gak makin lebar juga lukanya," ucap Fajar dengan lembut.
Mendengar perkataan Fajar yang lembut dan penuh perhatian itu membuat hati Fadia berdesir. Desiran yang selama ini Fadia rasakan saat Fajar memberinya perhatian kecil. Sebenarnya perasaan macam apa ini? Apa Fadia sudah benar-benar jatuh cinta dengan pemuda dihadapannya ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Senja Menuju Fajar
Teen Fiction(Sequel of ADRIANTY) Ada rindu yang harus aku sampaikan. Namun, ada pula yang harus aku simpan. Dari Senja untuk Fajar. *** "Fadia.." panggil Fajar membuat Fadia kembali menghentikan langkahnya diambang pintu. "Kenapa?" Walau tak bisa melihat Fajar...