"Ya ampun anak gadis Mama pulang juga akhirnya," seru Rianty menghampiri Fadia yang baru saja masuk ke dalam rumah dengan Fandi.
"Anak gadisnya pulang dengan selamat ya tante," ujar Fandi jemawa.
"Kalian udah pada makan belom?" tanya Rianty, "Mama baru aja mau masak buat makan malem."
"Udah kok, barusan aku sama Fandi mampir ke resto Tante Franda."
"Oh iya, tante titip puding mangga pesenan Mama kamu ya, nanti sekalian bawa pulang."
Fandi mendecih. "Mama minta buatin puding mangga sama tante?" tanya Fandi dengan mata yang melebar tak percaya.
Rianty mengangguk sambil tersenyum.
"Mama ngidamnya nyusahin orang terus," ujar Fandi menggerutu.
"Heh kamu itu kalo ngomong," sahut Rianty menegur. "Mamanya disayang, nanti kalo adiknya udah lahir disayang juga. Mama sama Papa kamu udah nunggu bertahun-tahun kehadiran adik kamu."
Fandi jadi mengatupkan bibir, lalu melengos keras. "Ya masalahnya jadi ngerepotin banyak orang, tan," ujar Fandi mengeluh. "Beberapa hari lalu ngidam sup ayam buatan Om Jevin buat sarapan terus malem-malem ngidam nasi goreng buatan Om Jo," timpal Fandi sambil menghela nafas lelah. Rianty dan Fadia malah terkekeh mendengar keluhan Fandi.
"Terus kemarin Fandi sama Papa disuruh nyobain rujak yang pedesnya luar biasa," lanjutnya kini semakin heboh bercerita.
Rianty berdehem kecil mengalihkan perhatian Fandi. "Kalo hal kayak gitu kamu bilang nyusahin, apa kabar waktu Mama kamu hamil kamu dulu ya?" kata Rianty memancing ingatan masa lalunya.
"Emangnya Mama buat keributan apa, tan?" tanya Fandi.
Rianty terkekeh geli mengingat kejadian beberapa belas tahun lalu. "Waktu hamil kamu dulu Mama kamu ngidam rujak tengah malem. Jadi om-om kamu tengah malem keliling cari buah-buahan karena Mama kamu gak mau buah beli, harus yang masih fresh diambil dari pohonnya."
Fandi termundur kaget mendengar cerita itu. Matanya membelalak tak percaya dengan kening yang berkerut.
"Pantesan sih Ma anaknya juga aneh, pas hamil aja Tante April ngidam yang aneh-aneh," kata Fadia menyeletuk.
Setelah pagi tadi diisi dengan cerita April, maka sore harinya dihiasi dengan cerita Rianty. Ibu-ibu itu memang sangat antusias jika bercerita tentang kenangan masa lalu. Mereka sudah seperti gadis remaja yang sedang bergosip tentang cowok yang mereka taksir.
Fandi yang sudah merasa lelah akhirnya pamit pulang. Cowok itu sepertinya sudah tidak sanggup lagi mendengar hal-hal aneh tentang dirinya di masa lalu.
*****
"Mama liat map warna biru di meja atas gak?" tanya Fadia menghampiri Rianty di dapur. Gadis itu terlihat lebih segar sekarang karena sudah mandi.
Rianty yang sedang mengaduk masakannya jadi terdiam. Kemudian ia menoleh pada anak gadisnya. "Map warna biru ya?" Rianty mencoba mengingat, "kayaknya Mama taruh di ruang kerja Papa deh. Kirain kemarin itu berkas punya Papa."
"Itu data anak OSIS, besok hari terakhir sekolah jadi mau aku selesaiin malam ini."
"Coba cari aja di ruang kerja Papa," kata Rianty kembali mengaduk masakannya.
Fadia berjalan menuju ruang kerja Papanya. Ruangan bernuansa putih dan tidak begitu luas ini adalah ruangan kerja Jovi. Hanya ada meja kerja dan juga kursi putar serta lemari yang digunakan untuk menyimpan berkas setiap klien Papanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Senja Menuju Fajar
Teen Fiction(Sequel of ADRIANTY) Ada rindu yang harus aku sampaikan. Namun, ada pula yang harus aku simpan. Dari Senja untuk Fajar. *** "Fadia.." panggil Fajar membuat Fadia kembali menghentikan langkahnya diambang pintu. "Kenapa?" Walau tak bisa melihat Fajar...