"Hai, Fa!" sapa seorang pemuda tinggi saat melihat Fadia baru saja keluar dari kelasnya. Pemuda itu berjalan mendekati Fadia yang menatapnya sedikit heran.
Sudah sekitar 1 minggu semester genap dimulai dan ini adalah kesempatan Fajar bertemu dengan Fadia.
Padahal keduanya sedang tidak sibuk, tetapi sulit sekali bagi Fajar untuk menemui Fadia.
"Lo mau pulang?"
Fadia mengangguk sambil tersenyum kecil. Tangannya sedang sibuk mencari ponsel di dalam tasnya.
"Mau pulang bareng gue?" tawar Fajar.
"Lo gak sama Imelda?"
Fajar menggeleng. "Gue udah gak sama dia," sahutnya.
"Lo putus?"
Fajar terkekeh kecil. Raut wajahnya berubah menjadi agak keruh. Namun tetap berusaha menormalkannya. "Gue bahkan belom pacaran sama dia," ujar Fajar dengan senyum tipis, "dia lebih pilih balik sama mantannya," tambahnya.
Mendengar hal tersebut membuat alis Fadia merengut. Gadis itu jadi sedikit canggung setelah perkataan Fajar yang seolah memberitahunya tanpa diminta. Padahal menurut Fadia itu adalah masalah pribadi mereka berdua.
Tetapi, karena sudah terlanjur mengetahui, Fadia jadi semakin penasaran dengan kisah Fajar dan Imelda. Terlebih lagi Imelda lebih memilih mantan pacarnya ketimbang Fajar.
"Apa lo ada waktu? Gue butuh lo banget sekarang."
Belum sempat Fadia menjawab, suara Fandi lebih dulu mengintrupsi. Entah dari mana datangnya. Pemuda itu sudah berada di antara Fadia dan Fajar.
"Ayo, pulang!"
Fandi melirik Fajar sekilas dengan tatapan tak suka. Fandi selalu merasa posisinya terancam sejak kehadiran Fajar dalam hidup Fadia.
Kemudian ia menautkan jemarinya pada jemari cantik milik Fadia. Menatap Fadia dengan sebelah alis terangkat tinggi. Gadis itu menghela nafas dan kembali melihat ke arah Fajar yang masih menunggu jawaban darinya.
"Jar, sorry ya. Gue udah janji duluan mau pulang bareng Fandi," ujar Fadia menolak dengan perasaan tak enak.
"It's oke, Fa," katanya maklum.
Fandi langsung menarik Fadia untuk ikut dengannya. Dengan pasrah Fadia mengikuti langkah kaki Fandi yang lebar sambil melihat ke arah Fajar lagi berniat untuk pamit.
"Gue duluan ya, Jar." Fadia melambaikan tangannya.
"Gak usah pake say good bye juga kali," gerutu Fandi mendecak tak suka.
"Sensi banget kamu. Kenapa sih? Berantem lagi sama Audy?" tebak Fadia.
Ya, Audy sudah mengetahui kalau Fadia dan Fandi akan memulai hubungan dari awal lagi. Meski awalnya Audy tidak setuju, tapi lama kelamaan Audy pasrah dengan pilihan Fadia.
Dan sejak saat itu Audy dan Fandi seperti anjing dan kucing yang akan selalu bertengkar ketika bertemu. Audy benar-benar mengawasi Fandi agar tidak menyakiti Fadia lagi.
Audy benar-benar menyayangi Fadia sebagai temannya. Karena hubungan keduanya masih terlalu jauh untuk dikatakan sahabat.
Gadis itu juga yang akan maju paling depan jika Fandi berani menyakiti teman favoritnya ini. Oh tidak lagi, Audy sudah tidak akan termakan rayuan dan akal licik Fandi si buaya. Kali ini Audy sudah melupakan perasaannya pada Fandi dan bersikap seperti teman biasa.
"Gak," jawab Fandi cuek.
"Terus kenapa?"
"Aku gak papa. Udah ayo pulang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Senja Menuju Fajar
Ficção Adolescente(Sequel of ADRIANTY) Ada rindu yang harus aku sampaikan. Namun, ada pula yang harus aku simpan. Dari Senja untuk Fajar. *** "Fadia.." panggil Fajar membuat Fadia kembali menghentikan langkahnya diambang pintu. "Kenapa?" Walau tak bisa melihat Fajar...