Ujian semester ganjil telah selesai dilaksanakan. Beberapa hari ini Fadia dan juga anggota OSIS yang lain sedang sibuk mengadakan rapat untuk classmeeting. Sama halnya dengan sekarang, gadis itu sedang menyampaikan pendapatnya dengan tenang.
"Menurut gue, kalo memang futsal gak di acc kali ini ya kita harus cari perlombaan utama yang juga menarik banyak peminat," ujar gadis itu sambil menatap sekeliling.
Sheka mengangkat tangan. Fajar yang memimpin rapat mempersilakan Sheka untuk menyampaikan pendapatnya juga.
"Gue setuju sama Fadia. Tahun ini kita harus punya terobosan baru dan harus meyakinkan sekolah kalo gak akan ada kericuhan lagi kayak tahun kemarin," ujar Sheka menyampaikan dukungannya. Fadia jadi tersenyum mengucap terima kasih tanpa suara yang dibalas anggukan singkat Sheka.
"Perlombaan utama apa yang menarik selain futsal? Kita tau sendiri kan hampir seluruh siswa laki-laki di sekolah ini bisa main futsal walaupun bukan anggota futsal sekolah," ucap Fajar dengan gaya tenangnya.
"Kenapa kita gak coba volly aja?" celetuk Audy tanpa sadar. "Eh, gue belom instruksi ya?" katanya jadi meringis meminta maaf.
Pasalnya saat sedang rapat begini memang mengangkat tangan untuk instruksi menyampaikan pendapat sangat penting.
Sheka mengangguk setuju kali ini. "Tapi, bener juga sih usul Audy. Secara ekskul volly ini kan baru dibentuk di masa jabatan baru kita, ya sekalian mempromosikan gitu biar banyak peminatnya."
Sheka begitu tenang menyampaikan pendapatnya. Beberapa anggota juga menganggukan kepala dan menyetujui rencana classmeeting kali ini.
"Dibandingkan sama basket menurut gue memang lebih pro ke volly sih. Karena gak semua orang jago basket, kalo untuk volly sendiri kayaknya dalam pertandingan ini yang lebih penting tenaga kan?" ujar Audy kembali berbicara.
Fadia berdehem mengalihkan perhatian mereka kembali. "Tapi, kita juga harus adain perlombaan kecil untuk penghibur. Semacam lomba tujuh belasan gitu, ya itung-itung nostalgia, kan?"
Fajar menghela nafas berat. Rapat kali ini begitu melelahkan baginya. "Oke, kita bagi kelompok untuk tentuin perlombaan hiburan apa yang cocok untuk anak sekolahan kayak kita gini. Sekalian aturan mainnya. Gue kasih waktu 30 menit setelah itu kalian presentasi satu persatu."
Rapat berjalan lebih lama hari ini. Karena memang dimulai dari jam 1 siang hingga jam 5 sore. Saat Fajar menutup rapat ini banyak yang menghela nafas lega seakan ia terbebas dari kurungan bertahun lamanya.
*****
Hari pertama classmeeting dimulai. Pertandingan volly yang awalnya diragukan sekolah kini benar-benar berjalan sesuai rencana mereka. Pertandingan yang dibagi antara murid laki-laki dan perempuan itu ternyata memang cukup banyak peminatnya.
Bahkan lomba hiburan pun sudah mulai dilaksanakan di lapangan atas. Dan perlombaan yang membutuhkan kekuatan lari diadakan di lapangan bawah yang berumput untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan dan terluka.
Fadia kini berdiri di pinggir pintu masuk GSG menyaksikan pertandingan volly yang memang diadakan disana. Sheka dan Audy sudah menguasai speaker untuk menjadi komentator yang begitu heboh. Terlihat makin cocok sekali mereka berdua.
Fadia melihat Fajar yang baru saja masuk jadi menundukkan pandangan. Pemuda itu dari tadi hanya berkeliling, mengecek semua perlombaan berjalan dengan lancar.
Tapi, Fadia bisa merasakan hal berbeda. Fajar seperti sedang gelisah. Ia memperhatikan Fajar yang mondar-mandir dengan raut wajah muram. Ada apa dengan pemuda itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Senja Menuju Fajar
Teen Fiction(Sequel of ADRIANTY) Ada rindu yang harus aku sampaikan. Namun, ada pula yang harus aku simpan. Dari Senja untuk Fajar. *** "Fadia.." panggil Fajar membuat Fadia kembali menghentikan langkahnya diambang pintu. "Kenapa?" Walau tak bisa melihat Fajar...