Fadia sedang menyantap makan siangnya. Walaupun sedari tadi diganggu oleh Fajar yang merengek padanya. Seperti anak kecil yang minta sesuatu pada ibunya.
"Ayo dong, Ja!" ucapnya masih merengek. Menggoyangkan lengan Fadia pelan.
Fadia sedikit geram dan merasa terganggu. "Gak mau ah, Jar," sahutnya menggeleng dengan wajah memelas.
Pagi tadi Fajar melihat Fadia tak seperti biasanya. Senyuman yang biasanya terlontar tulus kini hanyalah sebuah kiasan. Senyuman itu tak bernyawa untuk membuat orang lain ikut tersenyum. Pemuda manis itu menyadari perubahan itu. Bahkan hal kecil pun ia tau.
Alhasil ia memiliki ide untuk mengajak Fadia ikut dalam organisasi sekolah, OSIS. Untuk membantunya melupakan segala masalah hidupnya. Terutama tentang Fandi. Namun Fadia menolak, gadis itu tidak terbiasa dengan organisasi ataupun ekstrakulikuler lain.
Hingga Fajar merengek, memintanya untuk mencoba sesuatu yang baru.
Lyra yang baru datang jadi mengernyit heran. Melihat kakak kelas tampannya masih memohon pada kakaknya itu.
"Aduh kak, percuma deh ngajakin Kak Fadia. Dia gak bakalan mau," celetuk Lyra yang kini duduk di depan keduanya.
Fadia mendelik kecil ke arah Lyra. Yang dibalas gedikan bahu acuh Lyra.
"Lo juga ikut yuk, Ra!" seru Fajar kini berganti pada Lyra.
Lyra tersedak. Segera meraih botol minumnya. Sedangkan Fadia jadi tersenyum kecil menahan tawa. Lalu Fajar dibuat bingung oleh keduanya. Kenapa mereka anti dengan kegiatan seperti itu?
Lyra berdecih pelan, "ck, gue mah anti sma yang begituan, kak. Ribet."
"Kenapa sih kok lo berdua pada anti sama OSIS?"
"Ribet!" sahut keduanya bersamaan.
"Senja..." lirih Fajar dengan bola mata mengerling.
Fadia menghela nafas. Agak tak enak hati dengan Fajar yang terus saja memohon itu. "Nanti gue pikirin lagi deh," katanya masih ragu. Namun Fajar sudah merekah. Seakan harapan itu benar-benar ada.
Setelah mendapatkan jawaban, Fajar beranjak pergi dengan senyum yang masih mengembang. Lyra dan Fadia hanya bisa geleng kepala melihat pemuda manis itu.
"Yakin lo mau ikut OSIS, kak?"
Fadia menggedikan bahu. "Kan gue cuma bilang mau gue pikirin lagi."
Lyra menautkan alis. Diam sejenak. "Eh, tapi menurut gue lo mendingan ikut deh, kak. Gue tau kenapa Kak Fajar nyuruh lo buat ikut," ucapnya yang kini mengerti kenapa Fajar bersihkeras mengajak Fadia bergabung dalam organisasi.
"Dari pada lo galau mulu mikirin si Fandi itu, mending lo ikut kegiatan biar di rumah gak nangis terus."
Fadia mendelik kecil. Tak terima dibilang cengeng oleh Lyra. Gadis itu pun hanya cengengesan gak jelas.
*****
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam," sahut Rianty dari dalam rumah.
Mendengar suara Mamanya itu Fadia langsung menghampiri dan mencium tangan Rianty.
"Mama pulang jam berapa?" tanya Fadia sambil menuangkan air minum ke dalam gelas.
"Abis dzuhur tadi," jawab Rianty. "Kamu pulang sama Fandi?"
Fadia menggeleng kecil. "Gak, Ma," ucap Fadia jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Senja Menuju Fajar
Teen Fiction(Sequel of ADRIANTY) Ada rindu yang harus aku sampaikan. Namun, ada pula yang harus aku simpan. Dari Senja untuk Fajar. *** "Fadia.." panggil Fajar membuat Fadia kembali menghentikan langkahnya diambang pintu. "Kenapa?" Walau tak bisa melihat Fajar...