"Masih aja kakak suka liatin fajar," ujar Tere memasuki kamar Fadia. Setelah sebelumnya mengetuk pintu itu.
Fadia tersenyum. Moodnya pagi ini sedang baik karena fajar. "Fajar itu buat kakak tenang."
Tere berdiri di samping kakaknya dan ikut memandangi matahari yang siap membuka hari. Begitulah rutinitas kakak beradik ini di pagi hari selain membantu ibunya.
Berbicara tentang fajar Fadia jadi teringat dengan Fajar yang bisa bernafas dan berjalan. Gadis itu menarik sudut bibirnya membentuk senyuman. Mengingat Fajar yang satu itu membuat dirinya seperti ini. Sudah sebesar inikah efek yang dibawa oleh Fajar padanya?
"Oh iya, Tere kan disuruh Mama untuk panggilin kakak." Tere teringat alasan ia diutus kemari oleh Rianty.
"Kenapa Mama manggil?"
"Suruh mandi kali, kakak kan kebiasaan gak mandi," ujar Tere bercanda.
"Enak aja kalo ngomong," sahut Fadia mengelak terima. Tere malah tertawa menanggapi.
Fadia beranjak dari tempatnya. Menghampiri Rianty di dapur. Tere mengekor di belakang Fadia.
"Kenapa, Ma?"
"Loh kakak belom mandi?" tanya Rianty melihat anak gadisnya belum mandi. Padahal sudah pukul 6 pagi. Fadia meringis kecil.
"Mandi dulu sana. Cepetan, nanti kesiangan," ujar Rianty.
"Iya iya Ma," ujar Fadia menurut.
"Kakak mau bareng Mama sama adek sekalian apa sama Fandi?" tanya Rianty saat sarapan.
"Sama Fan.." ucapannya terpotong saat ponselnya bergetar. Fadia lebih dulu membuka ponselnya sebelum melanjutkan ucapannya. "Sama Mama aja deh," ujar Fadia sambil meletakan kembali ponselnya.
Rianty mengerutkan dahi. "Kamu nggak papa kan sama Fandi?"
"Nggak papa kok Ma, aku sama Fandi baik-baik aja."
"Gak lagi berantem kan, kak?"
"Gak Mama, aku sama Fandi baik-baik aja. Cuma emang lagi sibuk aja sih jadi jarang bareng lagi," jelas Fadia. Rianty mengangguk mengerti. Wajar saja. Memang masa SMA adalah masa dimana remaja menyibukan diri dengan berbagai kegiatan.
*****
"Fandi!" panggil Audy saat melihat Fandi datang bersama seorang gadis. Sepertinya masih kelas 10. Gadis itu berpamitan dengan Fandi menuju kelasnya duluan. Fandi mengangguk. Dan kini pemuda itu berjalan menghampiri Audy.
"Kemarin lo ninggalin gue terus sekarang lo dateng sama cewek lain," ujar Audy sangat kesal.
"Ya terus?" sahut Fandi tenang.
"Lo pacaran sama Fadia, tapi deketin gue, terus sekarang lo berangkat bareng sama Salma, maksudnya apa coba?" kata Audy jadi sewot karena Fandi menyahut tenang merasa tak bersalah.
"Ya emang kenapa? Salahnya dimana?" tanya Fandi tak paham.
"Lo sebenernya pilih siapa sih?" tanya Audy jadi kesal.
"Apa urusannya sama lo? Gue jalan sama siapa aja ya terserah gue, Fadia yang statusnya pacar gue aja gak pernah ngelarang gue," ujar Fandi dengan santai.
Wajah Audy berubah masam. Emang dia siapanya Fandi? Benar juga. Emang dia siapa ngatur-ngatur hidup Fandi? Pacar bukan. Saudara bukan. Ibunya juga bukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Senja Menuju Fajar
Teen Fiction(Sequel of ADRIANTY) Ada rindu yang harus aku sampaikan. Namun, ada pula yang harus aku simpan. Dari Senja untuk Fajar. *** "Fadia.." panggil Fajar membuat Fadia kembali menghentikan langkahnya diambang pintu. "Kenapa?" Walau tak bisa melihat Fajar...