BAGIAN 38

33 3 0
                                    

"Menurut lo, kesempatan kedua itu gimana?"

"Ha?" Fadia termenung di tempatnya berdiri.

Gadis itu mundur perlahan. Lalu berbalik menghampiri Fajar kembali. Tanpa kata, Fadia duduk di samping Fajar yang kini sudah lebih dulu mendudukkan diri. Matanya menyendu, beberapa kali pemuda itu menghela nafas lelah.

"Kenapa? Lagi ada masalah?" tanya Fadia dengan hati-hati.

Pemuda itu menghela nafas lagi. Hari ini begitu berat baginya untuk dijalani.

"Imelda ternyata punya pacar selama ini dan dia gak bilang apapun sama gue," katanya dengan suara lirih. "Gue... harus gimana, Fa?"

Pemuda itu mengacak rambut. Kemudian mengerang frustasi. Fadia jadi teringat ucapan Lyra beberapa waktu lalu. Ucapan Lyra memang benar, Fajar tidak tau kalau Imelda masih berhubungan dengan Rama.

"Mereka lagi renggang, Imelda siap putus dari cowok itu kalo gue mau kasih dia kesempatan untuk perbaiki semuanya," ujar pemuda itu lagi kembali mengingat percakapannya kemarin dengan Imelda.

Fadia mengangguk mengerti. Gadis itu memperbaiki posisi duduknya agar dapat menghadap Fajar. "Jadi, lo mau kasih dia kesempatan?"

"Gue mau mundur, Fa," jawab Fajar, "tapi gue udah terlanjur sayang sama dia. Dan keadaan nyuruh gue buat kasih dia kesempatan," lanjutnya.

Fadia melengos, berusaha menutupi perasaan kecewanya. Gadis itu tersenyum getir di belakang Fajar. Merasa tertohok dengan ucapan pemuda itu.

"Jadi cowok harus tegas, Jar. Lo pilih yang mana? Jangan jadi bingung sendiri kayak gini. Kalo memang lo yakin untuk kasih dia kesempatan ya lo harus maju dan siap sama segala konsekuensinya. Begitu juga kalo lo mutusin buat mundur," ucap Fadia mencoba menasehati. Walau dalam hati berharap Fajar undur diri saja dalam mengejar cinta Imelda.

"Gue kecewa sama dia. Mungkin kalo dia gak bohong dari awal sama gue, gue bakal lebih mudah kasih dia kesempatan," jelas Fajar.

"Kalo gitu kasih dia kesempatan. Karena kita gak pernah tau dikesempatan keberapa seseorang akan berubah," sahut Fadia kembali memberi saran dengan berat hati.

Saran yang Fadia beri adalah hal yang sering gadis itu lakukan pada Fandi dulu. Memaafkan kesalahan, melupakan rasa sakit, dan memberi kesempatan baru.

Gadis itu terkekeh dengan suara tertahan. Rasanya Fadia ingin tertawa sekarang juga. Bagaimana bisa ia menjadi semunafik itu sekarang?

Dan mengusulkan saran yang mungkin nantinya akan menyakiti Fajar untuk kedua kalinya.

Tapi, Fadia juga tidak bisa menyalahkan Imelda sepenuhnya. Dulu saat Fandi memutuskan hubungan dengannya, rasanya bagi Fadia tidak berefek apapun. Itu karena Fadia sudah mengenal Fajar. Dan cukup dekat dengan pemuda itu.

Wajar bila Imelda melakukan hal yang sama saat ini. Ia hanya ingin memastikan kalau Fajar tidak akan meninggalkannya jika ia memilih pemuda itu.

Katakan saja kedua gadis itu egois.

Dalam hati Fadia merasa kasihan pada Fajar. Lagi-lagi ia mengingat obrolannya dengan Lyra dan juga Audy beberapa waktu lalu. Fajar, orang nomor satu di sekolah yang ternyata selalu menjadi pilihan kedua dalam urusan asmara.

"Selesaiin masalah lo secepetnya. Gue selalu dukung apapun keputusan lo nantinya," ujar Fadia kembali membuka keheningan beberapa saat lalu.

Fajar mengangkat dagu, lalu kepalanya sedikit di miringkan agar dapat menatap jelas Fadia di sampingnya. Tangannya terulur meraih jemari Fadia. Lalu menautkan tanpa rasa canggung seakan meminta kekuatan untuk kembali diyakinkan.

Ketika Senja Menuju FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang