Sepertinya Fajar masih belum puas mengganggu hidupnya. Dilihat dari hubungan keduanya yang akhir-akhir ini bisa dikatakan tidak begitu baik.
Beberapa hari lalu Fajar bersikap seolah ia tak mengenal Fadia. Saat rapat mingguan pun tak ada tawaran untuk pulang bersama. Tiba-tiba malam ini Fajar malah mengajak Fadia untuk mencari angin di luar. Katanya sedang suntuk dan butuh hiburan.
Wow, siapa lagi yang bisa melakukan hal itu selain Fajar Arunika?
Jujur saja Fadia sudah lelah menghadapi Fajar. Menghadapi segala sikap aneh dan semaunya itu. Fadia menyukai Fajar bukan berarti ia harus menyerahkan seluruh hidupnya untuk pemuda tak tau diri itu kan? Entahlah, rasanya pemuda tak tau diri begitu mewakili Fajar kali ini.
Lebih sial lagi saat Fadia masih belum bisa memastikan perasaan suka apa yang ada di hatinya ini untuk Fajar. Tak ada yang lebih menyebalkan dari perasaan itu.
"Kok gue gak tau ada pasar malem disini?" tanya Fadia yang sudah berdiri di pintu masuk pasar malam.
Kerlap-kerlip lampu disetiap wahana menghiasi pasar malam. Banyak orang yang berlalu lalang dengan bahagia. Bahkan jeritan histeris pengunjung yang menaiki wahana ekstrim disana.
"Memang baru buka kemarin," jawab Fajar kemudian melangkah masuk lebih dulu membuat Fadia mengikuti langkahnya.
"Mau naik wahana apa?"
Fadia mengangkat alis dan melirik Fajar. "Eh? Boleh emangnya?"
Fajar terkekeh kecil. "Ya bolehlah, kalo gak boleh ngapain gue ngajak lo kesini?"
"Dulu gue kalo ke pasar malem suka banget naik komedi putar," ujar Fadia bercerita.
"Mau naik komedi putar?"
Fadia mendelik kecil. "Ih ya kali," elaknya mendengus, melayangkan pukulan kecil pada lengan kokoh Fajar. "Liat tuh yang naik anak kecil semua."
"Emangnya lo udah gede?"
"Gue udah mau 17 tahun tau!" sahut Fadia dan memanyunkan bibirnya.
"Sekarang belom kan?" Fajar mengangkat alis tinggi.
Fadia mendengus, "emangnya lo udah 17 tahun?"
"Yahhh kurang lebih..." ujarnya seraya berpikir, "8 bulan lagi gue genap 17 tahun," lanjutnya dengan yakin.
Fadia mendelik kecil. Menatap Fajar tak percaya. Dengan postur tubuh yang tinggi dan sebesar ini tidak membuat Fajar lebih tua darinya. Gadis itu terkekeh kecil. Menggeleng dan berdecak meremehkan.
"Lo bahkan lebih muda dari gue," cibirnya.
"Udah yuk, mau naik apa? Capek nih gue berdiri terus disini dari tadi," ujar Fajar mengeluh.
"Naik bianglala aja, yuk? Gue mau liat pemandangan kota dari atas," usul Fadia.
Fajar menurut. Kini keduanya sudah mengantri tiket untuk wahana yang Fadia inginkan. Wahana yang cukup ramai, tapi Fajar dan Fadia beruntung tidak harus menunggu terlalu lama untuk menaiki wahana bianglala.
Fajar dan Fadia duduk berhadapan di dalam bianglala yang mereka naiki. Sejujurnya ada rasa canggung saat Fadia harus berhadapan dengan pemuda itu.
Perlahan bianglala bergerak. Membuat mereka juga ikut bergerak maju dan saling berbenturan antara lutut keduanya. Sempat hening sesaat. Sampai Fajar membenarkan letak duduknya dan mengalihkan pandangnnya menatap ke arah luar.
"Apa yang lo liat sekarang?"
Pertanyaan itu yang lolos dari mulut Fajar. Fadia yang semula hanya diam jadi tersentak ikut memandang ke arah luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Senja Menuju Fajar
Ficção Adolescente(Sequel of ADRIANTY) Ada rindu yang harus aku sampaikan. Namun, ada pula yang harus aku simpan. Dari Senja untuk Fajar. *** "Fadia.." panggil Fajar membuat Fadia kembali menghentikan langkahnya diambang pintu. "Kenapa?" Walau tak bisa melihat Fajar...