BAGIAN 21

84 3 0
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tadi. Namun gadis itu masih berada di kelas menunggu keadaan sedikit sepi. Tidak, lebih tepatnya menghindari bertemu Fandi. Makanya ia masih terjebak di dalam kelas seperti ini.

Fadia melongok dan melihat sekeliling, sudah agak sepi sekarang dan ia akan pulang dengan tenang tanpa bertemu dengan Fandi.

Fadia melangkahkan kakinya pelan sembari bersenandung kecil.

"Coklat gue mana?"

Langkah gadis itu terhenti begitu saja. Matanya melotot kecil, tersentak mendengar suara yang tiba-tiba berdengung di telinga. Fadia menolehkan kepalanya pelan. Memastikan siapa yang baru saja bersuara.

Ia menghela nafas lega, "gue kira siang-siang ada hantu coklat ya ampun," katanya dengan santai membuat Fajar mendelik.

Pemuda itu melengos pelan, "jahat bener gue disamain sama setan," katanya memerotes.

"Ya elo sih pake ngagetin gue segala," sahutnya membela diri. "Kok lo tau gue belom pulang?"

"Ya taulah, apa yang gue gak tau," kata Fajar dengan percaya diri. "Gue mau nagih coklat gue semalem."

Fadia tersenyum kecil, "yaudah ayo!"

Fadia mengajak Fajar ke mini market terdekat. Membelikan Fajar coklat sesuai dengan keinginannya. Orang yang melihatnya mungkin menganggap Fajar cowok gak modal, tapi ini keinginan Fadia sebagai ucapan terima kasihnya untuk yang semalam. Fajar pun tak masalah untuk itu. Lagi pula Fajar cuma mau pulang bareng Fadia dengan alibi menagih coklat.

"Janji gue udah lunas ya," kata Fadia sembari memberikan plastik kecil khas mini market itu.

"Padahal gue bercanda."

Fadia melengos, "udah gue beliin juga," katanya, "kalo lo gak mau buat adek lo deh di rumah," lanjutnya.

Fajar tertawa kecil melihat kelakuan Fadia yang begitu menggemaskan di matanya. "Yaudah iya gue ambil buat gue sama adek gue di rumah," ujar Fajar pada akhirnya.

"Yaudah ayo pulang, nanti kesorean. Lo mau pulang kemana hari ini?"

"Pulang ke rumah gue lah, nyokap sama bokap gue udah balik kemarin."

*****

Waktu sore memang sangat cocok untuk bersantai. Apalagi sambil berkumpul dengan keluarga seperti ini. Merasakan hangatnya di tengah keluarga seperti ini sangat jarang Fadia rasakan. Papanya sangat sibuk dan harus bolak-balik keluar kota. Begitu pula dengan sang Mama yang bekerja di rumah sakit serta memiliki beberapa apotek yang harus ia kontrol tiap bulannya.

Tapi Fadia sungguh tidak pernah merasa kesepian. Ia dan adiknya malah senang jika kedua orang tuanya pergi untuk urusan pekerjaan selama beberapa hari. Karena saat itu adalah waktu bebas mereka. Entahlah, disaat anak lain merasa kurang perhatian dengan orang tua yang sangat sibuk, tapi Fadia dan Teresa tidak merasakan itu. Papa dan Mamanya sangat mengerti mereka sehingga Fadia dan Teresa tak kekurangan kasih sayang seperti anak-anak di luar sana.

"Pa, abis sholat magrib nanti anterin aku ke rumah Bang Ego ya," pintanya pada sang Papa, Jovi.

"Mau ngapain kesana?" tanya Jovi sebelum mengiyakan permintaan anak sulungnya.

"Ya mau kumpul aja, udah lama gak kumpul."

Papanya mengangguk-anggukkan kepala pelan, "mau pulang nanti malem apa nginep?"

"Mungkin pulang, Pa."

"Mau dijemput sekalian?"

Ketika Senja Menuju FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang