BAGIAN 8

80 6 1
                                    

Fandi menghadang Fadia yang baru saja keluar kelas. Gadis itu menggeser mencari jalan lain untuk lewat. Namun Fandi kembali menghadangnya.

"Apaan sih kamu? Aku mau pulang," cibir Fadia sudah lelah mengelak.

"Hari ini temenin aku futsal ya," pinta Fandi.

Fadia memutar bola matanya malas. "Ck, minta temenin aja sana sama Audy," decak Fadia melirik Fandi sinis.

"Dih, kenapa jadi bawa-bawa Audy sih? Dia tuh cuma temen sekelas loh sayang," ujar Fandi.

"Temen sekelas yang sering kemana-mana bareng, ya kan?"

"Ceileh cemburu ya?" ledek Fandi malah jadi kesenangan.

"Jangan sok pede jadi orang! Udah minggir aku mau pulang!" Fadia mendorong Fandi. Berjalan melewatinya. Fandi langsung mengejar dan menahannya.

"Udah sih jangan lebay gitu. Cuma kayak gitu aja marah," ujar Fandi.

"Bodo amat!"

"Ck, ayo temenin bentar doang kok!" ajak Fandi masih kekeh.

"Minta temenin aja sana sama siapa tuh temen kelasnya Lyra, Salima eh Salmia, ck siapalah itu," sahut Fadia sewot.

"Tumben banget kamu kayak gini. Biasanya kalo udah kayak gini artinya udah cemburu ya kan?"

"Apasih?!" Fadia mendelik.

Fandi mengamit lengan Fadia. Menggandengnya menuju lapangan futsal tempatnya berlatih. "Makanya temenin biar aku bisa liat kamu terus."

Gadis itu menghela nafas pasrah. Akhirnya luluh juga. "Jangan lama tapi loh ya," ujar Fadia memperingati.

Fandi menukik senyum senang. "Iya sayang, satu jam doang kok," balas Fandi mencubit pelan pipi gembul Fadia. Lalu pergi menghampiri teman-temannya di lapangan.

Satu jam sudah berlalu. Fadia masih setia menunggu Fandi. Dan Fandi menepatinya. Fandi berjalan santai menuju tempat dimana Fadia berada. Dengan keringat yang bercucuran.

"Nih, minum dulu." Fadia menyodorkan botol minum yang sempat ia beli tadi pada Fandi. Dengan senang hati Fandi mengambilnya dan menenggaknya sampai habis.

"Abis ini temenin aku lari ya kayak biasa," ucap Fandi setelah meneguk botol minum itu hingga tersisa setengah.

Fadia mendengus, menggerutu pelan. "Harus banget ya hari ini?"

"Kan memang ini jadwal aku lari."

Fadia baru ingat kalau ini memang jadwal Fandi untuk lari sore. Karena mereka sekolah pagi sehingga Fandi tidak sempat lari pagi. Jadi diganti dengan lari sore mengitari taman kota.

"Mau langsung?"

"Pulang ke rumah kamu dulu, terus baru ke rumah aku ganti baju sama sepatu. Masa iya mau lari pake sepatu futsal," ujar Fandi.

"Yaudah yuk pulang!"

"Sebentar, aku ngilangin keringet dulu. Masa mau pulang bareng kamu bau keringet gini." Fandi memperlihatkan bajunya yang basah karena keringat.

"Halah biasanya juga gak mandi kamu," cibir Fadia.

Pemuda itu mendelik kecil ke arah Fadia. "Hee enak aja, itu mah kamu!" sahut Fandi.

"Ih mana ada," balas Fadia mengelak.

*****

"Kak Fandi bau ih keringetan," ujar Tere meledek Fandi.

"Biarin aja wle, kan lo yang nyium baunya, hahaha," ucap Fandi lalu tertawa keras.

"Eh, Ter Mama dimana? Belom pulang?"

Ketika Senja Menuju FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang