17. Banyak Tanya

21.2K 2.4K 66
                                    

Karena kejadian tadi, baik antara Rana maupun Pak Sakti kini saling diam. Melirik saja pun tidak. Mereka berdua dipenuhi rasa kecanggungan karena itu merupakan kontak fisik paling intim yang pernah mereka lakukan.

"Na, ayo berangkat," ajak Pak Sakti pada Rana. Pria itu nampaknya berusaha untuk membuat keadaan menjadi seperti semula kembali. Tak ambil pusing, Pak Sakti langsung menyambar tas ransel kantornya. Dia juga menggandeng tangan Jo yang sudah selesai makan.

"eh?"

"Ayo, keburu telat," ajaknya kembali pada Rana. Dia buru-buru menggandeng tangan Rana. Jadi, Pak Sakti menggandeng Rana dan Jo bersamaan di kedua tangannya.

"Pak tangannya?"

"Apa?"

"Tangannya..." sahut Rana malas.

"Memangnya tangan saya kenapa?" tanyanya sambil tersenyum jahil. Pak Sakti justru meremas tangan Rana yang dalam genggamannya.

"Lepasin napa!" kata Rana sewot karena dia merasa merinding ketika Pak Sakti meremas tangannya itu.

Pak Sakti langsung terbahak. Dia mendekatkan diri pada Rana. Membisikkan sesuatu yang membuat Rana berang, "Jangan. Enak gini, anget."

Rana melotot seketika.

"Tadi saya mau minta maaf soal tadi, eh tapi Pak Sakti malah bikin saya males buat minta maaf!"

Melihat tingkah Rana seperti bocah yang baru jatuh cinta membuatnya terhibur. Bukan malah tersinggung atau apa, justru Pak Sakti akan lebih sering menjahili gadis itu. Ekspresi wajah yang suka berubah membuatnya tertarik.

-

Semakin lama mengenal lebih dekat Pak Sakti membuat Rana mengerti sifat pria itu. Dibalik sifatnya yang kadang suka galak dalam berbisnis, dia memiliki sifat jahil dan suka menggodanya yang mampu membuatnya ingin mencekik pria itu. Rana tak mau makan hati apabila hatinya beralih pada tempat yang salah.

Seperti saat ini.

Pria itu sudah duduk manis menunggunya di kursi depan kafe. Katanya dia ingin menjemputnya saja bukan karena ingin inspeksi dadakan.

"Kenapa Bapak repot-repot jemput saya?" tanyanya penasaran.

"Ya karena saya mau."

Jawabannya itu membuat kening Rana berkerut.

Nggak jelas banget kayak orangnya, -batin Rana

"Pak Sakti memangnya ga ada urusan mendesak?"

"Enggak ada," sahutnya kembali secara singkat yang membuat Rana menghela nafas panjang.

"Jo emang dimana?"

"Di rumah neneknya."

Rana mengangguk tanda mengerti. Tetapi dia langsung terdiam karena tak tahu harus berkata apa. Pak Sakti yang melihat ketidakjelasan Rana membuatnya memutar bola mata.

"Udahlah ayo! daripada kamu banyak nanya."

Dia kembali menyambar tangan Rana dan mengajaknya ke arah mobil.

Sesudahnya di dalam mobil, Rana hanya berdiam diri dan duduk anteng. Sedangkan Pak Sakti tidak, pria itu sesekali melirik gadis yang ada di sampingnya. Walau gerakannya halus tetap saja pria itu bisa ketahuan oleh Rana.

"Lho, ini mau kemana? Kan rumah saya bukan jalan ke sini..." tanya Rana begitu dia menyadari Pak Sakti mengambil jalan lain yang bukan menuju rumahnya.

"Saya mau ajak kamu ke suatu tempat," jawab Pak Sakti.

"Kemana ya, Pak? berdua aja nih?"

Pak Sakti tersedak ludah sendiri saat Rana tanya sefrontal itu.

Baby Jo And His PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang