"Emang sayang itu harus diungkapkan dengan kata-kata, ya?" tanya Pak Sakti yang mendadak bego.
Rana melongo, "ya menurut Anda?" tanyanya melotot ke arah Pak Sakti.
Dia sangat sebal dengan pria yang begitu ditanya soal sayang apa tidak tetapi hanya bisa memberikan jawaban yang menggantung. Dan Rana tidak suka itu.
Pak Sakti hanya terdiam. Dia tidak merespon pertanyaan Rana. Hal itu membuat Rana memutar bola mata malas.
"Dasar buaya! suka baperin doang tapi nggak tanggung jawab!" katanya marah lalu beranjak pergi dari sofa meninggalkan pria itu yang langsung protes.
"KAN SAYA CUMA TANYA DOANG? KOK KAMU MARAH, SIH?!" pekik Pak Sakti yang terkejut melihat Rana langsung membereskan tasnya dan berlalu meninggalkan dia. Dia juga sempat melihat lirikan sinis gadis itu. Padahal Pak Sakti kan belum selesai berbicara.
"Rana, heyyyy!!!! kamu mau kemana? Bentar, aduhhh-- saya anterin pulang! Na!" Pak Sakti jadi ikut terburu-buru memakai kaosnya. Dia tidak bisa membiarkan gadis itu pergi dengan kemarahan. Lagipula ini sudah malam, Rana tidak boleh pulang sendirian.
Bisa-bisa bahaya!
Adiknya Rana kan sangat protektif terhadap Rana. Pak Sakti bisa dicincang halus oleh Adrian kalau sampai membuat kakaknya menangis.
Flashback.
"Jadi bisa Anda jelaskan kenapa membawa kakak saya menginap tanpa izin dari saya?" tanya Adrian kembali.
Tapi Adrian yang melihat Kakaknya yang masih saja seperti cacing kepanasan, membuatnya geram.
"Lu masuk sana! Ini pembicaraan man to man. Cewe ga boleh ikut!" usirnya pada Rana.
"Eh, tapi lo---"
"Udah sana! bawel banget laki Lo mau gue interogasi doang," selanya sambil mendorong kakaknya masuk ke dalam rumah. Pak Sakti yang melihat itu sedikit tidak tega tetapi apa boleh buat.
"Udah, Na. Masuk dulu," ucapnya kalem.
Rana yang melihat keduanya jadi pasrah. Dia langsung berbalik menutup pintu rumah dengan cemberut.
Setelah bayangan Rana benar-benar menghilang, Adrian mempersilahkan Pak Sakti untuk duduk terlebih dahulu di kursi teras.
"Sebaiknya kamu jangan terlalu kasar sama kakakmu," katanya memberi petuah pada bocah ingusan yang berani-beraninya manggil dia 'Om'. Bahkan disaat dia tahu, Pak Sakti sudah memperkenalkan diri sebagai calon masa depan kakaknya!
Adrian hanya mengangguk walau harinya mencibir pria di depannya ini.
'Halah, paling dia juga suka ngomelin Mbak Rana kalau buat salah! Secara dia kan bosnya,- batin Adrian menjerit.
"Jadi, Om ini suka sama kakak saya?"
"Tentu. Bagi saya, Rana itu istimewa," jawabnya dengan senyuman.
"Ok, Om masih single kan? Saya harap Om jujur," tanyanya serius. Dia ingin menguji kejujuran pria di depannya ini karena sempat dia mendengar kakaknya mengatakan soal 'anak' pria ini.
"Saya single."
Adrian melotot.
"Single daddy lebih tepatnya. Pernah menikah tetapi istri saya sudah meninggal sejak melahirkan putra saya. Apa kamu keberatan tentang fakta saya ini?"
Adrian menghela nafas.
"Enggak. Bagi saya lebih baik duda daripada suami orang."
"Iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Jo And His Papa
Romanzi rosa / ChickLitDi tengah malam yang mencekam karena hujan turun lebat tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara tangisan anak kecil dari arah teras. Dan karena itu pula aku mendadak memiliki gelar 'Mama' padahal masih perawan! "Mama? huaaaa," tangis anak laki-laki itu...