19. Mini Castle By Jo

19K 2.3K 100
                                    

Karena sudah mendapat kepastian tentang status Pak Sakti membuat pikiran kalut Rana sebelumnya jadi lebih lega.

Mulutnya tidak berhenti bersenandung sedari tadi. Hari ini Rana mood banget untuk melakukan apapun. Dan dia berdoa supaya tidak ada hal yang membuat moodnya anjlok seketika.

"Widih, Nggak biasanya Mbak Rana senyum-senyum sambil mantengin laporan," kata Dini yang heran melihat eskpresi Rana hari ini.

Rana yang mendengar itu hanya menyengir.

"Ada apa nih? Cerita dong cerita, Dini kepo nih," pinta Dini manja. Gadis itu merapatkan diri padanya untuk mendengar hal apa yang membuat gadis yang biasanya serius menatap laporan kini berbanding terbalik.

"Nggak ada apa-apa kok, Din," sahut Rana lembut.

"Ah, Dini nggak percaya. Masa tiba-tiba Mbak Rana senyam-senyum sendiri depan laporan? padahal biasanya Mbak Rana serius banget takut salah nanti dimarahin Pak Bos," jelas Dini.

Rana yang mendengar itu justru tertawa, "keliatan banget ya gue beda hari ini?"

Dini mengangguk semangat. Dan saat itu pula, Mbak Mira datang menghampiri mereka.

"Biasanya yang tiba-tiba senyum sendiri gini lagi jatuh cinta, Din," sahutnya ikut menggoda Rana.

Dini yang sadar akan hal itu jadi semakin menggoda Rana. Dia sangat excited tentang masalah percintaan.

"Kayaknya gara-gara kemarin deh."

"Apa?" tanya Rana.

"Yang kemarin Pak Bos dateng dikira mau inspeksi eh ternyata ada yang mau dijemput tuchhh," godanya terang-terangan pada Rana.

"Cieeeee," Mbak Mira ikut menggodanya. Mencolek-colek lengan Rana. Rana sendiri karena dibuat malu jadi hanya bisa tersenyum.

Ting ... Ting ....

Sampai ketika suara dering dari handphone Rana mengalihkan segalanya. Sontak mereka semua tertuju pada id caller yang langsung membuat keduanya kompak menggoda Rana semakin menjadi-jadi.

"Pucuk dicinta, ulam pun tiba," sindir Mbak Mira.

"Eh, udah-udah. Gue mau angkat dulu," pamitnya.

Rana segera mengangkat telepon dari Pak Sakti.

"Halo?"

"Na, laporannya nanti forward ke email ya, saya lagi sibuk hari ini," kata Pak Sakti to the point.

Rana sedikit kecewa. Dia mengira Pak Sakti akan menanyakan kabarnya.

"Iya, Pak."

"Yaudah, saya tutup ya?"

Rana mendelik.

"Eh, bentar!"

"Kenapa?"

"Anu--- itu, Jo...udah di rumah?" tanyanya random padahal dia sudah tahu bahwa anaknya itu memang sudah pulang.

"Iya, udah."

"Saya boleh ke rumah nggak? Saya lagi kangen sama Jo."

"Ya bolehlah, Na. Rumah kami selalu terbuka buat kamu."

"Heheh iya, Pak.."

"Iya, Na," sahut Pak Sakti lembut namun membuat hati Rana sanggup meleleh. Entah sejak kapan dia mulai menyukai pria yang dulunya dia sumpahin terus itu.

"Pak..."

"Apa?"

"Kok, balasnya singkat mulu sih?" tanyanya yang sudah penasaran. Hatinya gusar saat Pak Sakti membalas teleponnya secara singkat. Padahal dia tahu, dari dulu Pak Sakti memang seperti itu.

Di sisi lain, Pak Sakti tertawa mendengar protes dari Rana, "Eh? Maaf, Na. Lagi sambil ngetik soalnya. Nggak fokus."

"Oh, maaf kalau gitu. Saya ganggu banget jadinya nih."

"Hah? Ya enggaklah. Santai aja," sahut Pak Sakti.

"Kalau begitu saya tutup ya teleponnya. Semangat kerjanya!"

"Thanks, Jo's Mom. Maaf ya nggak bisa nemenin. Lagi sibuk di kantor soalnya."

Ketika sambungan telepon ditutup, sebuah notifikasi pesan dari Pak Sakti muncul.

Pak Bos
Sekalian tolong jemput Jo di day care biasanya ya

-

Rana menghampiri Jo yang sedang sibuk membangun sesuatu di Lego-nya. Dia berjalan mengendap-endap untuk mengejutkan Jo.

"Dor!"

Jo langsung terkejut. Dia secepat kilat menoleh ke arah belakang dan terkejut ketika tahu yang mengangetkan ya adalah Rana.

"Mama!" pekiknya senang. Dia langsung meninggalkan mainannya dan memeluk Rana erat.

"Jo sedang apa?" tanya Rana yang penasaran tentang kegiatan Jo.

"Jo sedang buat Castle, Ma," jawabnya sambil memamerkan susunan Lego yang dibentuk menyerupai sebuah kastil kerajaan.

"Wah, bagus banget," pujinya agar Jo semakin bersemangat untuk berkreasi. Rana juga mengusap lembut rambut Jo penuh sayang. Dalam hatinya bangga melihat balita yang sudah dia anggap sebagai anaknya itu semakin berkembang.

"Terima kasih, Mama," ucap Jo dengan nada yang lucu. Rana yang semakin gemas langsung mengecup pipi anaknya itu.

"Jo kenapa buat Castle? kenapa tidak yang lain?" pancingnya pada Jo untuk berani mengungkapkan yang dia rasa.

"Hehe, sebenarnya Jo ingin gambar rumah Jo tapi susah jadi Jo buat Castle ajaaa, kan mirip rumah ya, Ma?"

"Iya, Castle itu rumahnya Raja dan Ratu bersama Pangeran mereka," jelasnya pada Jo.

"Berarti di Castle ini Jo adalah pangerannya ya Ma?" tanya Jo sambil mengangkat kedua sisi Lego-nya.

"Iya, Jo. Papa Raja-nya di sini," jawab Rana menunjuk ke Lego-nya. Di pikirannya terbesit bayangan Pak Sakti yang tersenyum menggunakan jubah kerajaan. Nampak gagah.

"Jo punya harapan di Castle ini."

Perkataan Jo membuat dahi Rana mengenyit, "Apa itu, Jo?"

"Jo ingin tinggal di rumah yang ada Mama Papanya bukan hanya Papa," jawab Jo lugas yang membuat Rana tersenyum pedih. Dia sedih melihat anak sekecil Jo kebingungan tentang keadaan orang tuanya.

"Tunggu ya, nak..." hanya itu yang bisa dia katakan pada Jo. Dia harap anak itu dapat mengerti.

"Kita makan yuk? Jo lapar kan, sayang? Mama lapar banget nih," katanya mengalihkan pembicaraan.

👼

 
130 VOTE 80 KOMENTAR
GASSSSSSSSSSSS

06 September 2021

Baby Jo And His PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang