23. Tamu Pagi Buta

19.5K 2.3K 115
                                    

Author PoV
*kemarin-kemarin kayaknya aku lupa bubuhin sudut pandangnya wkwkw harap maklum ya sayanggg

Dering alarm dari ponsel membuat Rana terganggu. Rana melenguh pelan karena merasa terganggu dengan hal itu. Dengan segala upaya dia harus meraba nakas samping tempat tidurnya untuk mematikan alarm berisik itu. Walau dengan mata yang masih tertutup.

"Ck! cepet amat udah pagi lagi!" gerutunya kesal saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Rasanya mata Rana masih berat. Udara dingin di pagi hari ini cukup membuat Rana semakin malas untuk beranjak dari ranjangnya. Terlebih hari ini weekend. Rasanya dia ingin tidur seharian di kamar tanpa melakukan apapun.

Tetapi itu hanya sebuah angan yang tidak pernah bisa terjadi. Bagaimana pun juga dia harus bersiap sholat, memasak dan membersihkan rumah. Alhasil dengan berat hati di harus bangun dari singgasananya.

"Lo begadang?" tanya Rana heran saat melihat adiknya yang pagi buta sudah mantengin laptop. Walau ekspresi ngantuk dan lelah terlihat jelas di matanya.

"Heem, tugas dari dosen numpuk banget," jawab Adrian lesu.

"Hahaha, semangat ya, adik! nikmatin tuh tugas!"

Adrian mencibir Rana.

"Bikinin gue sarapan kek! laper nih!"

"Iye, bentar! gue mau mandi dulu!" teriak Rana dari dalam kamar mandi.

"Punya sodara satu gitu amat..." ocehnya sambil tetap mengetik lanjutan makalah di laptop.

Namun sebuah ketukan di pintu mengejutkannya. Dia mengernyitkan dahi saat melihat jam masih menunjukkan pukul 5 pagi.

"Anjir, siapa nih pagi buta udah bertamu," tanyanya pada diri sendiri. Tak ayal dia tetap beranjak dari sofa ruang tamu dan membuka daun pintunya.

Seketika Adrian terkejut. Di depannya kini ada dua orang pria berbeda usia sedang berdiri tegap.

"Lho, Om?"

"Pagi, Adrian," sapa Pak Sakti yang tersenyum sopan pada adik kekasihnya itu.

"Ehm...Pagi. Om mau ngapain?" sahut Adrian yang kebingungan. Dalam hatinya dia juga penasaran sama sosok anak kecil yang digandeng Pak Sakti ini. Berulang kali dia melirik anak itu yang masih saja memamerkan senyumannya.

"Saya mau ketemu Rana, ada kan?"

"Iya, ada. Tapi Mbak lagi mandi. Masuk aja, Om," kata Adrian mempersilahkan mereka masuk. Pak Sakti yang melihat respon positif Adrian jadi tersenyum.

"Maaf ya, pagi-pagi udah ganggu."

"Iya, Om. Terlanjur, masa Om saya suruh pulang? bisa-bisa Mbak Rana nggak kasih saya makan dua hari dua malam," celoteh Adrian yang membuat Pak Sakti dan Jo tertawa.

"Hahah, om ini siapanya Mama aku?" tanya Jo pada akhirnya.

"Ma-ma?" Adrian cengo.

"Mama Rana."

"Oh... jadi kamu udah manggil Mama," sahutnya mulai mengerti. Dia sedikit menahan tawa tatkala ada anak yang tiba-tiba memanggil kakaknya dengan sebutan 'Mama'. Tidak menyangka, kakaknya itu sudah sedekat itu dengan pria di depannya ini.

"Nama Om, Adrian. Om ini adiknya Mama Rana," katanya memperkenalkan diri. Jo langsung menjabat tangan Adrian sambil tersenyum lucu.

"Om Adlrina?"

Adrian mengerjapkan mata. Dia menatap Jo yang kesusahan menyebutkan namanya. Biasa, lidah anak kecil.

"Adrian. Kamu manggil Om Ian aja biar gampang."

Baby Jo And His PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang