18. Lega

18.5K 2.4K 46
                                    

Author PoV

Begitu tersadar, Rana segera melepaskan pangutan liar bibir Pak Sakti. Dia memandang Pak Sakti dengan melongo. Pikirannya belum tertata namun Pak Sakti justru ingin mengulang kembali. Alias nyosor lagi.

Tetapi buru-buru Rana mendorong dada Pak Sakti hingga pria itu mengerang kesakitan. Dia menatap Rana sebentar lalu seperti ikut tersadar. Matanya mengerjap cepat.

"Na..."

Begitu dia akan mendekati Rana, Rana mencegahnya lagi.

"Stop disana!" pintanya marah.

"Maaf, saya---"

"Nggak seharusnya Pak Sakti begini! Ah, salah. Kita."

Kepalanya seketika berdenyut kencang, dia tidak bisa membiarkan hal ini terjadi.

"Aku gamau dikira pelakor yang rebut suami orang!" ungkapnya marah pada Pak Sakti hingga melupakan sikap formal mereka. Rana juga berpikir bahwa hal ini juga bukan suatu kegiatan yang biasa dilakukan antara bos-karyawan juga.

"Hah?"

Sedangkan Pak Sakti justru heran.

"Apanya yang pelakor?" tanyanya kebingungan.

"Pak Sakti masih punya istri kan?! Nggak ya pak, saya nggak mau jadi selingkuhan!"

Pak Sakti mendadak tremor.

"Kamu ini mikir apa sih?"

"Masih aja nggak mau ngaku! Dasar cowok brengsek!!?" dia memukuli Pak Sakti berkali-kali bahkan membuat Pak Sakti mengerang kesakitan.

"Tunggu! Rana kayaknya kamu---Awww! Diem dulu, Rana!"

Dia yang sudah kesakitan ditambah bingung jadi harus menahan Rana dengan kekuatannya. Gadis itu jauh lebih bar-bar dari yang dia ketahui. Maka tidak ada jalan lain.

"Hei, dengerin saya dulu."

Pak Sakti berkata dengan lembut sembari menahan gerakan Rana yang seperti dikuasai emosi setan. Dadanya naik-turun dan mukanya memerah seperti kepiting rebus. Entah karena habis dicipok olehnya atau karena memang marah.

"Lepasin!!!"

"Kamu salah paham. Saya ini duda, Na. Nggak ada istri."

"Yang bener, nih?" sahut Rana serius. Walau dalam hati dia berteriak kegirangan.

"Beneran. Dari sejak Jo lahir saya juga udah duda. Istri saya meninggal waktu melahirkan Jovano," terangnya yang membuat Rana jadi membisu.

-

Begitu mobil berhenti tepat di depan rumah Rana, dia mendadak gusar.

"Saya...ehm... turun dulu," pamitnya terbata. Dia agak malu jika menatap Pak Sakti kali ini.

"Iya, turun aja," sahut Pak Sakti secara tidak sadar.

Hal itu membuat Rana menatapnya aneh. Jadi, dia diusir nih?

"Eh, maksudnya silahkan. Iya silahkan, Rana."

Pria itu mendadak jadi ikut canggung karena tatapan mata Rana membuatnya demikian. Rana juga lebih sensitif jika sedang canggung.

"Yaudah," kata Rana cuek. Dia langsung membuka pintu mobil Pak Sakti dan membuka pagar rumahnya.

Pergerakan Rana masih Pak Sakti awasi. Pria itu belum kunjung beranjak dari tempatnya sampai ketika sosok pria berdiri bersedekap di depan pintu pagar begitu dibuka oleh Rana. Pak Sakti yang melihat itu mengernyit heran. Dalam hatinya dia penasaran setengah mati.

"Boleh minta cowok lo turun dari tuh mobil?" tanya Adrian sinis saat melihat kakaknya barusaja pulang saat nyaris dua hari tidak pulang. Pria itu juga menatap mobil Pak Sakti nyalang.

"Apasih! Dia bos gue!" sahut Rana cepat.

"Jadi kalian belum taken?"

"Adrian, udah deh gausah kepo."

Rana yang takut hal ini akan terdengar oleh Pak Sakti segera mendorong adiknya itu masuk ke dalam rumah. Lebih baik mereka selesaikan masalah ini tanpa orang lain tahu.

"Ya gimana gue nggak kepo. Mbak gue diculik sama dia tanpa ijin sama gue, ngilang gitu aja! Lo mau gue laporin ke Ibu sama Ayah?!" jawab Adrian marah bahkan menepis tangan Rana yang berusaha menghentikannya.

"Iya, nanti gue jelasin. Tapi masuk dulu, okey?" pintanya pada Adrian yang masih kekeuh. Dia mendorong-dorong pria itu agar mau masuk.

"Enggak! Gue mau tau cowok yang deketin seenak jidat Mbak gue!"

"Maaf sebelumnya jika saya sudah lancang membawa kakak kamu menginap di rumah saya tanpa seijin adiknya," ucapan Pak Sakti dari arah belakang membuat suasana makin horor.

Pria itu kini sudah turun dari mobilnya dan melangkah mendekati mereka. Adrian yang tahu, langsung berbalik arah dan menampilkan raut menantang pada Pak Sakti. Rana justru merutuki dirinya sendiri karena membiarkan Pak Sakti menurunkannya di depan rumahnya.

"Oh, jadi anda orangnya," ejek Adrian yang langsung dipukul oleh Rana.

"Adrian, yang sopan ngomongnya!"

Sedekat apapun mereka, status yang ada saat ini adalah hanya atasan-bawahan jadi mereka harusnya tetap di posisi saling menghormati. Tetapi mana ada dua orang rekan kerja yang ciuman mesra.

"Perkenalkan saya Sakti Damara, calon kakak ipar kamu nantinya," kata Pak Sakti yang kelewat percaya diri. Walau dia berhasil membuat kedua adik kakak di depannya ini terkejut setengah mati.

Frontal sekali, ferguso!

"Percaya diri sekali ya, Om!" kata Adrian sambil tersenyum sinis. Dia masih ingin melihat seberapa gentar pria di depannya ini. Sedangkan Pak Sakti yang dipanggil 'Om' oleh anak kuliahan di depannya ini nyaris mendelik matanya. Dia harus menahan emosinya di depan adik Rana. Pak Sakti memahami bahwa Adrian sedang bertindak sebagai adik laki-laki yang melindungi kakaknya dari para lelaki buaya.

"Saya harus percaya diri kalau tidak mau kalah saing dengan pria lain yang coba mendekati kakakmu," sahut Pak Sakti penuh ketenangan. Rana yang melihat itu jadi kebawa baper. Gadis itu kini menunduk untuk menyamarkan pipinya yang memerah malu.

👼

Salam dari Pak Sakti yang otw kasih Rana kepastian 🙈

-

Oh iya buat yang suka cerita teenfict tema love hate relationship bisa dong baca cerita aku 'Antara Langit Dan April'. Tetap ya, ada rate 18+ 🙈 buat yang dibawah itu diskip aja bagiannya, ya sis :-*
-

5 September 2021

KALAU GA NANTI MALAM YA BESOK YA SAYANGGG ❤️❤️❤️

Baby Jo And His PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang