4. Baby Shop

41.3K 4.4K 57
                                    

Karena hari ini aku ada jadwal libur maka aku menyempatkan waktu untuk belanja bulanan sekaligus belanja kebutuhan dadakan milik balita menggemaskan ini. Satu hari terlewati dengan penuh perjuangan dan penyesuaian karena adanya hal yang belum pernah aku bayangkan akan terjadi.

Untuk Sabrina sendiri, dia sudah aku jelaskan bahwa yang aku maksud itu Jo. Si balita nyasar yang kutemukan di depan pintu rumahku. Dia sendiri tidak percaya bahkan sampai menyantroni rumahku sepulang kerjanya. Beruntungnya aku memiliki sahabat seperti Sabrina. Dia menyetujui untuk membantuku merawat Jo sebelum melapor ke polisi atas kasus bayi hilang.

"Mau yang warna merah atau biru?" tanyaku padanya sambil menjejerkan dua pasang baju yang berbeda warna. Dia seperti tahu dan ikut menimang pilih warna apa.

Gemas sekali.

"Kuning, boyeh?"

"Nggak ada, sayaaang," jawabku sambil mengusulkan hidung ke pipi gembul nya itu. Andaikan dia anakku sendiri, mungkin akan aku bawa pamer ke seluruh dunia kalau punya anak selucu ini!

"Uhhhh, Ndak mao kalo begitu!" rengeknya kesal.

"Yaudah, gausah pakai baju. Jo mau bermain gapakai baju sendiri, ihhh kalau Mama sih malu..." rayuku yang membuat ekspresi Jo kelabakan. Aku terkikik geli melihat tingkah polanya yang kocak abis.

"Ih, Jo ndak mauu. Melah aja deh Mama," putusnya final yang membuat ku terbahak. Gampang sekali merayu Jo ini. Bahkan mbak penjaga toko bayinya sampai ikut terkikik melihat tingkah menggemaskan Jo.

"Anaknya umur berapa Mbak? Lucu banget," ucap karyawati itu sambil mencolek kecil pipi Jo yang berada di gendonganku.

Aku? Ditanya umur Jo? Mana aku tahuuu, dia saja ditanya ga tau sendiri.

"Jalan 3 tahun, Mbak," ucapku asal saja.

"Anaknya aktif ya Bund," sela seorang mama muda yang juga sedang ikut nimbrung.

Aku terkekeh geli mendengar orang-orang mengira aku adalah ibu bayi ini. Tapi sedikit hatiku bangga dengan julukan itu.

"Ah, iya nih, Bund. Sampai pusing kadang saya," timpalku mengikuti alur.

Setelah selesai kami memilih baju, Aku dan Jo langsung bergegas menuju kantor polisi. Niatku sudah bulat. Selucu apapun balita ini tetap saja aku harus memikirkan perasaan kedua orang tuanya yang mungkin saat ini sedang berduka kehilangan anak mereka.

"Jo, nanti kalau ditanya pak polisi harus jawab ya?" pintaku padanya.

"Pak polici yang cuka dor-dor itu?" tanyanya balik dengan memeragakan tangan yang membentuk seolah-olah pistol.

"Hmm, iya."

"Gak mau ah. Nanti Jo di-dorrr lagi. Atutt, Jo masih mau ketemu Papa..." katanya yang membuatku melongo.

"Jo nggak akan ditembak sama Pak Polisi kok. Malah nanti Pak Polisi bantu Jo ketemu sama Papa. Iya? Jo rindu kan sama Papa?"

Jo sendiri hanya mengangguk sekilas dan beralih memeluk leherku erat, "Jo rindu Papa."

"Yasudah yuk, kita ke Pak Polisinya."

Taksi online kami langsung melaju dengan kecepatan sedang di tengah lalu lintas yang cukup lengang ini. Jo terlihat tenggelam memainkan puzzle yang sempat kami beli tadi. Dia sama sekali tidak ingin diganggu. Oleh karenanya aku membiarkan Jo duduk di sampingku agar lebih leluasa dalam bergerak.

Menurutku Jo sudah terbiasa menaiki mobil. Biasanya anak kecil jika tidak biasa menaiki sesuatu akan merasa risih dan mungkin akan mual tetapi Jo enjoy-enjoy saja. Bahkan bergerak aktif seolah sedang duduk di kasur. Apa dia anak orang kaya?

Ding... Ding...

"Ya, hallo?" sapaku langsung menerima sambungan telepon dari bosku itu. Hm, tidak biasanya dia menelpon.

"Rana, kamu bisa ke cafe sebentar?"

"Tapi hari ini saya izin Pak. Ada keperluan."

"Iya, saya tau. Tapi saya boleh minta tolong? Sebentar saja."

Aku menghela nafas lelah. Nggak suka nih ah sama bos yang kayak gini:(

"Memangnya ada apa Pak?"

"Sudah, kamu kesini saja sebentar. Nggak akan lama kok. Saya juga ada urusan ini."

Dih. Bukan cuma situ aja kaleee.

"Tapi, saya juga sedang ada urusan," selaku sambil mengawasi Jo yang masih bermain.

"Please. Kamu pertama kali karyawan yang bisa buat saya memohon seperti ini."

Woah. Aku tersanjung.

"Hmm, ya sudah. Saya akan mampir sebentar," jawabku final dengan menekan kata 'mampir' agar bosku tahu diri nanti tidak memperlama waktu. Karena aku takut kantor polisi akan tutup sebelum urusanku dengan si bos selesai.

Jika itu terjadi, akan sia-sia aku mengajukan cuti khusus seperti ini. Dan Jo akan semakin lama tidak bertemu dengan orang tuanya. Kuusap wajahku kasar saking kesalnya dengan permintaan dadakan atasan.

Shit.

"Pak, bisa tolong putar balik ke Jl. Panjang?"

👼

Buat yang nungguin *pesimis ada nungguin:(, sorry bgtttt lama karena aku benar-benar lagi di fase sibuk-sibuknya. Kerja non-stop 3 mingguan, blm lagi laporan-laporan dadakan yang harus dikerjakan saat itu juga dari atasan yang bikin kzl tp suka gajinya😫

Oh ya, aku mau ngucapin makasih sebanyak banyaknya sama :
NadineLustre821
EchiRowa
saminaurora
Luluk_ST
rahmatikawaza
Nsblastr
delina081
ElisFitriaHartanti

Kalian penyemangat ku💓
Komen yang banyak ya teman-temanku🤗

20 Desember 2020

Baby Jo And His PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang