8. Rasa Yang Menggebu

34.7K 3.5K 29
                                    

Author PoV

Lagi-lagi Pak Sakti dibuat stress dengan tingkah Jovanno. Semenjak kembali pulang bersama Pak Sakti, tiada hari tanpa merengek mencari keberadaan Rana. Pagi-malam bahkan subuh Pak Sakti sangat hafal dengan pertanyaan anaknya itu.

"Mana Mama?"

Seperti saat ini. Tapi sepatu bahkan belum dipasang rapi, anaknya itu terus saja mencak-mencak memanggil Mama-nya. Padahal hari ini dia akan dibawa Pak Sakti ke day care karena dia akan sibuk bekerja full time.

"Jo tenang dulu ya! Sepatunya biar rapi dulu," bujuknya saat anaknya itu bahkan terlihat tidak mau mengalah.

Dia juga lelah sama seperti anaknya namun apa mau dikata. Pak Sakti juga bingung mencari cara apa untuk menenangkan anaknya yang seperti benar-benar menganggap Rana ibunya yang hilang.

"Jo mau mama! Papa nyebelin!! Mama sekarang hilang lagi kannn..."

"Enggak, Mama nggak hilang."

Ia kehabisan akal menimpali Jo.

"Lalu kenapa mama sekarang ga ada? Mama biasanya nemenin aku bobo terus bikinin aku susu, nyuapin! Tuh kan gara-gara pulang sama Papa aku juga belum sempat nyobain baju yang dibeliin Mama!!! Ihhhhhhh keselll," cerocos Jo yang sepertinya sangat mahir ngomong tanpa cadel sekarang.

Jujur ada sedikit rasa terkesima melihat cara bicara Jo yang sudah lancar  Sungguh perkembangan anaknya pesat juga diasuh Rana.

"Ya terus Papa harus gimana?" tanyanya frustasi.

"Ya nyari Mama dong!!"

Niat hati juga ingin menyambangi Rana dengan dalih permintaan Jo namun ada rasa sungkan untuk meminta itu. Sudah cukup ia dibuat bungkam dengan omongan Rana sewaktu di mobil beberapa saat lalu. Terlebih, wanita seperti Rana mana mau direcoki anak kecil terus menerus. Wanita itu sudah pasti terganggu dan Pak Sakti sangat anti menganggu waktu orang.

Lalu, apa iya harus menekan ego-nya itu demi anak tersayangnya ini?

Rana PoV

"Dek! makan dulu cepet!" teriakku lantang pada adikku yang masih molor di kamarnya setelah kemarin sibuk wara-wiri kampus mengurusi masalah terkait KKN-nya itu. Aku sebenarnya tidak tahu persis akar permasalahannya, karena Adrian yang tidak mau cerita dan juga aku kurang mengerti dengan dunia perkuliahan karena belum sempat merasakannya.

Harapku agar Adrian tidak lupa makan dan istirahat saja disela rutinitas padatnya.

"Iya!!!" balasnya tak kalah lantang.

Dengan demikian aku langsung menyiapinya sepiring nasi dan lauk di meja makan lalu bergegas menyabet tas jinjingku sebelum pergi bekerja.

"Kakak berangkat dulu!" ucapku sebelum pergi meninggalkan rumah kecil itu.

Sesampainya di pelataran cafe, dapat kulihat sebuah mobil yang tak asing parkir. Mataku menyipit ketika melihat dua manusia yang keluar dari mobil itu.

"Jo!" teriakku menghampiri sepasang ayah dan anak itu.

"Mama!!"

"Ya ampun, Jo! Mama kangen tau," ucapku spontan saat Pak Sakti mengoper Jo ke gendonganku.

Jo terlihat kesenangan hingga tertawa, "Jo juga kangen Mama..."

"Jo pengen ketemu kamu terus, Na."

Sepasang rindu yang menggebu membuatku melupakan sosok pria itu. Pak Sakti. Pria yang memiliki kebiasaan diam dan hanya menimpali seminimal mungkin membuatku lupa.

Baby Jo And His PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang