KOMEN RAME-RAME, SHARE CERITA INI RAME-RAME YA GUYS 🤣
Rana PoV
Weekend pagi adalah waktu emasku untuk beristirahat. Tidur sepuas hati, membersihkan rumah lalu tidur sambil nonton tv kemudian tidur lagi.
Seperti saat ini. Aku masih saja bergelung selimut padahal sudah tau jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Rasanya sangat malas beranjak dari kasur.
Ting Ting Ting...
Sebuah deringan dari ponsel membuatku berdecak.
"Sialan! siapa sih ganggu orang tidur!"
Dengan kasar aku meraih ponsel yang kusimpan di nakas. Id caller menunjukkan sebuah panggilan video dari Pak Sakti.
"Tidur aja lagi ah, ngantuk."
Namun baru aja mau menutup mata, mataku kembali terbelalak.
"Itu Pak Sakti?!"
Nyawaku yang belum terkumpul sepenuhnya membuat tubuhku oleng ketika mencoba duduk tegap di atas kasur sambil merapikan rambut yang acak-acakan khas bangun tidur. Setidaknya aku harus sedikit rapi soalnya dia bosku. Jaimlahh.
"Ya, halo Pak?" sapaku ketika layar ponsel sudah menampilkan wajah Pak Sakti yang sedikit ngebur efek jaringan sinyal.
"Hi!" sapanya ramah yang membuat dadaku berdesir seketika. Aneh, padahal dia hanya berkata 'hi' namun sanggup membuat jiwa jomblo ku meronta-ronta minta dihalalkan!
"Kamu baru bangun banget?" tanyanya sambil menelitiku.
Aku menggaruk rambutku yang sebenernya sama sekali tidak gatal, "enggak lahhh, ini saya cuma baring aja di kasur kalo bangun mah ya udah dari tadi ha ha ha ha ha," alibiku mengelak kenyataan.
"Oh, kirain. Soalnya masih ada iler tuh!"
Mataku mendelik seketika. Buru buru tanganku meraba bagian pipi dan sudut bibir untuk menghilangkan iler yang tertinggal. Aduh, tengsin!
Di ujung sana bergema suara tawa yang renyah dari Pak Sakti, "bercanda. Kamu keliatan banget paniknya!"
"Ihhh si bapak mah!" cibirku kesal.
"Lagian mau baru bangun pun kamu masih keliatan cantik kok, Ran," sahutnya tenang sambil menopang dagunya menatapku dari layar hp.
SIAL!
Damage-nga ituloh BUKAN MAIN!
Seketika lagu terpesona yang sempat viral beberapa saat lalu menggema di otakku.
Pipiku bersemu lalu kutatap wajahnya malu-malu.
Eh, belum sempat aku membalas pujiannya sebuah suara menganggu momen kami.
"Eh, Papa telpon Mama kok ga bilang aku? sini sini, Jo juga mau lihat Mama!"
Layarnya langsung berubah jadi tak beraturan karena hp yang sebelumnya dipegang Pak Sakti jadi berpindah tangan dengan cara yang tidak elegan oleh bocah kecil yang sayangnya teramat menggemaskan ini.
"Eh, Jo!" teriakku dan Pak Sakti hampir bersamaan.
"Lain kali gaboleh dibiasain merebut dari orang kayak gitu ya?" tutur Pak Sakti pada Jo.
"Iya Papa, maaf.."
Kemudian terlihat Pak Sakti yang mengusap rambut anaknya lembut dan kemudian memangku Jo agar mereka berdua bisa sama sama nampak di kamera.
"Mama apa kabar? Jo kangen nih. Main yuk ke rumah Jo?"
"Eh?"
Aduh, aku belum siap sedekat itu sampai berkunjung ke rumah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Jo And His Papa
Chick-LitDi tengah malam yang mencekam karena hujan turun lebat tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara tangisan anak kecil dari arah teras. Dan karena itu pula aku mendadak memiliki gelar 'Mama' padahal masih perawan! "Mama? huaaaa," tangis anak laki-laki itu...