Author's PoV
Ketika masuk gerbang kompleks perumahannya, Pak Sakti sudah tidak menemukan satupun manusia yang masih berkeliaran. Lampu-lampu di setiap rumah sudah padam.
Hingga sampai dia memarkirkan mobil di garasi rumahnya sendiri, dia melihat sebuah flat shoes yang tidak asing.
"Rana belum pulang?" gumamnya menatap sepatu itu. Namun, dia melihat lampu rumahnya juga sama padamnya. Bahkan tak ada gelak tawa Jo maupun Rana sendiri.
Buru-buru, Pak Sakti masuk ke dalam rumah dan mencari di setiap sudut rumahnya. Nihil.
"Apa dia di kamar Jo?"
Saat mencoba memutar kenop pintu kamar Jo secara perlahan barulah dia tahu bahwa gadis itu memang benar masing di dalam rumahnya. Menjaga anaknya.
Sudut bibirnya melengkung ke atas melihat posisi Rana yang memeluk tubuh Jo dari samping sedangkan Jo bergelung di dalam dada dan selimutnya. Persis ketika ibu-anak tidur bersama.
Entahlah, seperti ada sebuah titik kelegaan besar dalam dirinya saat ini.
"Na..."
Pak Sakti mengelus lembut pundak Rana. Dia bukan berusahalah membangunkan Rana, tetapi untuk mengecek sudah tidur beneran apa tidak.
"Tidur di kamar tamu ya? biar lebih leluasa..."
Diangkatnya tubuh Rana perlahan. Penuh kehati-hatian seakan mengangkut guci bernilai tinggi. Bahkan ketika direbahkannnya Rana di kamar tamu, Pak Sakti menurunkan Rana sama hati-hatinya.
"Terima kasih, Rana. Sleep well, cantik..." bisiknya sebelum beranjak meninggalkan Rana yang sepertinya masih nyaman dalam tidurnya.
Padahal setelah Pak Sakti menutup pintu kamar ini, sepasang mata terbuka lebar.
Rana sebenarnya sudah terbangun semenjak merasakan guncangan di tidurnya saat digendong Pak Sakti namun dia terlalu malu jika ketahuan bangun.
"Demi apa tadi?!!!!"
Senyuman manis terbit di bibir Rana. Dia mendengar semua yang dikatakan pria itu. Terdengar manis dan sangat manly.
"Anjiiiiir, cantik?! sleep well???!" dia berguling-guling di kasur untuk meredam perasaan membuncah dalam dadanya. Ah, kalau begini mana mungkin dia tidak naksir sama Pak Sakti?
-
Tadi malam Rana benar-benar tidur nyenyak setelah itu. Bahkan dalam keadaan tersenyum. Suatu efek besar dalam diri Rana yang baru kali ini gadis itu rasakan. Alhasil pagi ini dia terlalu bersemangat.
Tring... tring... tring
Namun, dia melupakan sesuatu.
Adrian menelponnya. Dan ya, pantas saja. Rana menginap tanpa mengabari orang rumah. Pasti adiknya itu khawatir bukan main sejak semalam.
"Halo?"
"LO DIMANA SEMALEMAN GA PULANG?!" tanya Adrian yang sepertinya ingin menelan Rana saat itu juga.
"Ish, gue lagi ada urusan."
"Urusan apa?"
Rana membasahi bibirnya pelan. Dia sangat kebingungan harus mulai darimana untuk menjelaskan ke adiknya tanpa menimbulkan salah paham.
"Oh, gue tau. Lo nginep di rumah cowo itu?"
shoot!
Adrian menebak lebih dahulu.
"Ini ga seperti yang Lo bayangin."
"Emang yang gue bayangin apa? Lo emang tau?"
"Yaa---anu, ituu.."
"Apa?"
"Ya itu... pokoknya ga gitu," cicitnya pelan.
Jeda beberapa detik.
"Ck. Gini ya caranya orang dewasa pacaran."
"Anjir! ga ya! kan gue bilang bukan itu."
"Terus apaan?"
"Gue ketiduran setelah jagain anaknya. Kita juga gak sekamar kali. Lo santai aja, Mbak Lo masih aman di sini."
"Anak?"
"Udah ya, bye!" dia menutup call bersama adiknya sebelum lelaki itu bertanya lebih jauh lagi. Lebih baik dia menjelaskan di rumah. Tanpa lama-lama dia bergegas menuju kamar Jo.
"Pagi, Jo!" sapanya sembari membangunkan Jo yang masih bergelung lembut di selimutnya. Dia mengecup pipi Jo berulang kali supaya pria kecil itu bangun.
Bahkan sepertinya Jo tidak sadar bahwa Rana masih di sini bersamanya sejak semalam.
"Mama di sini loh sayang? Masih gamau bangun nih?"
"..."
"Yaudah Mama pergi aja ya?"
Rana berpura-pura bangkit dari ranjang tetapi sasarannya tepat. Dia merasakan tangan kecil Jo menahan bajunya. Balita itu mengerjapkan matanya perlahan sambil memastikan bahwa apakah benar ini Mama yang semalam bersamanya atau hanyalah sekedar mimpi belaka.
Namun, sekali lagi. Ketika Rana mengusap kedua mata Jo, saat itu juga Jo tersadar. Senyumnya mengembang.
"Ma?"
"Pagi, sayang..." Rana terkekeh melihat ekspresi Jo yang antara sadar dan tidak.
"Jo kira lagi mimpi..."
"Enggak sayang yaudah yuk mandi abis tuh makan. Mama udah siapin lauk enak di bawah."
-
Kini giliran Rana memanggil Pak Sakti turun. Pria itu belum menampakkan batang hidungnya sekalipun. Apa belum bangun?
Saat Rana baru mengetuk pintu kamar Pak Sakti dua kali, pria itu sudah menyahut.
"Masuk aja, Na!"
Dia melihat interior kamar Pak Sakti yang terlihat dingin sama seperti orangnya. Namun ranjangnya masih berantakan. Rana berpikir mungkin pria itu belum sempat membereskannya. Rana jadi berinisiatif untuk merapikannya. Bahkan sampai dia tidak sadar Pak Sakti sudah keluar dari kamar mandi dan menemukan Rana yang merapikan kamarnya. Dia tersenyum geli. Di otaknya tiba-tiba terpikir ide jahil.
Dia melangkah mendekati Rana perlahan. Meniupkan udara di sekitar telinganya yang seketika membuat Rana terkejut setengah mati.
"AKKKKKKKKHHH!!" Rana menjerit bukaan main. Bahkan Pak Sakti sendiri dibuat kaget oleh reaksinya.
Pria itu langsung membekap mulutnya.
"Hey, hustttt. Ini saya, ini saya!"
Rana berbalik dan melotot pada pria itu.
"Nyebelin banget sih, Pak! saya kira hantu!"
Pak Sakti terkekeh, "sengaja. Biar ga serius banget pagi-pagi, Bu!"
Rana memberengut sebal karena Pak Sakti sepertinya suka sekali membuatnya jantungan.
"Lagian kenapa keluar cuma pake anduk doang?!" semprot Rana.
"Lah, kan abis mandi."
Rana mencibirnya, "udah ah saya keluar aja kalau gitu."
Tapi lagi-lagi dia terpekik saat melihat kecoa yang lewat di depan kakinya. Dia berlari mundur tapi malah langsung memeluk Pak Sakti erat. Pak Sakti ikut terkejut. Dia otomatis melingkarkan kedua tangannya di paha Rana karena gadis itu malah memanjat badannya minta gendong.
"KECOA SIALAN!" umpat Rana kencang yang membuat Pak Sakti terkejut. Tidak menyangka gadis itu bisa bar-bar juga.
"Na..."
Rana tersadar. Dia menatap Pak Sakti yang ada di hadapannya. Pak Sakti sendiri berdiri kaku di posisi berbahaya seperti ini.
Awkward moment pun dimulai.
👼
31 Agustus 2021Next or not????
70 VOTE 40 KOMEN
BISMILLAH
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Jo And His Papa
ChickLitDi tengah malam yang mencekam karena hujan turun lebat tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara tangisan anak kecil dari arah teras. Dan karena itu pula aku mendadak memiliki gelar 'Mama' padahal masih perawan! "Mama? huaaaa," tangis anak laki-laki itu...