2. Punishment, Baby and Rain

44.6K 4.9K 57
                                        

Rintikan hujan jatuh membasahi bumi dengan cepat dan intensitas yang tinggi membuat sebagian besar orang lebih memilih bergelung di dalam selimut sambil menyalakan film favorit sampai tertidur pulas atau bahkan sibuk bermesraan bagi yang punya pasangan. Tetapi sebaliknya untukku di malam bercuaca buruk seperti ini.

Lagi-lagi kuregangkan bahuku saat merasakan tubuhku mulai lelah berada di posisi yang sama dalam rentang waktu cukup panjang. Dipikiranku sudah terencana berbagai kegiatan yang harus kulakukan setelah ini. Memasak mi pake telor adalah sajian ajib di kala malam hujan seperti ini. Tetapi, ketika mataku menatap layar laptop kembali, kepalaku rasanya pening seketika.

"Duda sialan! Mentang-mentang jadi bos bisa seenak jidat ngasih lemburan segunung! Arrrrghhh," teriakku frustasi karena tumpukan kertas yang seakan tak ada habisnya.

Malam ini aku terpaksa membawa pulang laporan keuangan penjualan bulan ini sekaligus hari ini karena tidak memungkinkan untuk mengerjakannya di Bakery Shop. Sudah jam 10 malam dan hujan lebat yang masih setia mengguyur kota. Untung saja, tumpukan kertas ini sudah mulai menipis.

Terkadang aku sangat kesal dengan Bosku yang bernama Sakti itu. Pria setengah tua yang sangat menyebalkan apabila berkunjung ke Cafe. Dia akan selalu mencari kesalahan semungil apapun pada anak buahnya itu dan imbasnya selalu aku yang kena getahnya karena sebagai kepala cabang. Ya nggak selalu sih, heheh. Tapi sering!

Seperti saat ini. Aku dihukum atas kesalahan orang lain dengan merekap sendiri semua laporan bulan ini dan hari ini pula yang mana bulan ini pembeli sangat banyak. Otomatis banyak pula datanya. Padahal biasanya ini akan dilakukan oleh pegawai yang shift pada hari itu bersama.

"Gue sumpahin tuh duda kesengsem setengah mati sama gue!" umpatku emosi sambil membanting polpen setelah menyelesaikan semua pekerjaan ini dan mengirimnya langsung ke surel milik pria itu.

Ting!

Bunyi pesan itu semakin membuatku murka saat tahu apa isinya.

Bos

Gitu dong jadi pegawai yang cekatan

Dia membalas pesanku melalui aplikasi pesan alih-alih membalas juga melalui surel. Dan lagipula itu mengapa aku merasa seperti sindiran ya?

Ya Pak

Kulihat dia sedang mengetikkan pesan yang sangat lama bahkan tandanya 'mengetik' muncul berkali-kali. Ciri-ciri orang bingung mau ngomong apa. Aku melihatnya saja sembari menyeringai. Sepertinya balik menjahili bos tidak salah juga kan. Toh, di luar lingkungan kerja ini.

Bos

Kalau sama pembeli juga begini?

Gimana Pak?

Cuek ketika membalas pesan

Oh tidak, pembeli adalah raja
Jadi sudah semestinya kita bersikap ramah agar pembeli tidak kabur

Kalau pembeli saja raja
Kalau saya apa?

Bapak kan bos saya

Sopan dong sama bos

Oh hehe iya pak maaf

Susah ngomong sama orang susah!

Mataku mendelik seketika saat dengan lugasnya dia mengataiku sebagai orang susah. Kalau aku susah memangnya kenapa? Sewot amat jadi bos.

Baby Jo And His PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang