Rintikan hujan jatuh membasahi bumi dengan cepat dan intensitas yang tinggi membuat sebagian besar orang lebih memilih bergelung di dalam selimut sambil menyalakan film favorit sampai tertidur pulas atau bahkan sibuk bermesraan bagi yang punya pasangan. Tetapi sebaliknya untukku di malam bercuaca buruk seperti ini.
Lagi-lagi kuregangkan bahuku saat merasakan tubuhku mulai lelah berada di posisi yang sama dalam rentang waktu cukup panjang. Dipikiranku sudah terencana berbagai kegiatan yang harus kulakukan setelah ini. Memasak mi pake telor adalah sajian ajib di kala malam hujan seperti ini. Tetapi, ketika mataku menatap layar laptop kembali, kepalaku rasanya pening seketika.
"Duda sialan! Mentang-mentang jadi bos bisa seenak jidat ngasih lemburan segunung! Arrrrghhh," teriakku frustasi karena tumpukan kertas yang seakan tak ada habisnya.
Malam ini aku terpaksa membawa pulang laporan keuangan penjualan bulan ini sekaligus hari ini karena tidak memungkinkan untuk mengerjakannya di Bakery Shop. Sudah jam 10 malam dan hujan lebat yang masih setia mengguyur kota. Untung saja, tumpukan kertas ini sudah mulai menipis.
Terkadang aku sangat kesal dengan Bosku yang bernama Sakti itu. Pria setengah tua yang sangat menyebalkan apabila berkunjung ke Cafe. Dia akan selalu mencari kesalahan semungil apapun pada anak buahnya itu dan imbasnya selalu aku yang kena getahnya karena sebagai kepala cabang. Ya nggak selalu sih, heheh. Tapi sering!
Seperti saat ini. Aku dihukum atas kesalahan orang lain dengan merekap sendiri semua laporan bulan ini dan hari ini pula yang mana bulan ini pembeli sangat banyak. Otomatis banyak pula datanya. Padahal biasanya ini akan dilakukan oleh pegawai yang shift pada hari itu bersama.
"Gue sumpahin tuh duda kesengsem setengah mati sama gue!" umpatku emosi sambil membanting polpen setelah menyelesaikan semua pekerjaan ini dan mengirimnya langsung ke surel milik pria itu.
Ting!
Bunyi pesan itu semakin membuatku murka saat tahu apa isinya.
Bos
Gitu dong jadi pegawai yang cekatan
Dia membalas pesanku melalui aplikasi pesan alih-alih membalas juga melalui surel. Dan lagipula itu mengapa aku merasa seperti sindiran ya?
Ya Pak
Kulihat dia sedang mengetikkan pesan yang sangat lama bahkan tandanya 'mengetik' muncul berkali-kali. Ciri-ciri orang bingung mau ngomong apa. Aku melihatnya saja sembari menyeringai. Sepertinya balik menjahili bos tidak salah juga kan. Toh, di luar lingkungan kerja ini.
Bos
Kalau sama pembeli juga begini?
Gimana Pak?
Cuek ketika membalas pesan
Oh tidak, pembeli adalah raja
Jadi sudah semestinya kita bersikap ramah agar pembeli tidak kaburKalau pembeli saja raja
Kalau saya apa?Bapak kan bos saya
Sopan dong sama bos
Oh hehe iya pak maaf
Susah ngomong sama orang susah!
Mataku mendelik seketika saat dengan lugasnya dia mengataiku sebagai orang susah. Kalau aku susah memangnya kenapa? Sewot amat jadi bos.

KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Jo And His Papa
ChickLitDi tengah malam yang mencekam karena hujan turun lebat tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara tangisan anak kecil dari arah teras. Dan karena itu pula aku mendadak memiliki gelar 'Mama' padahal masih perawan! "Mama? huaaaa," tangis anak laki-laki itu...