20 - KEJUTAN? LAGI?

23 3 0
                                    

Happy reading!

Sambil memegang segelas air dingin, Parikesit memandangi ribuan bintang di langit sana. Sesekali ia meneguk air tersebut, setidaknya bisa membuat kepalanya sedikit dingin. Helaan napas panjang terdengar dari mulut laki-laki itu, ia nampak pasrah menerima semua ini. Bagaimanapun caranya.

Parikesit segera mengotak-atik handphonennya. Setelah mengirim pesan kepada seseorang, ia menoleh sekilas ke belakang. Memastikan tak ada yang masuk ke dalam kamarnya, apalagi membaca pesan.

Dena SPENTERA


Pokoknya, gw mau semua ini dibatalin
Gimanapun caranya dan
lo harus bantuin gw

Iya, Kak
Gw juga lagi mikir, nih
Lo ada ide, gak, Kak?

Kalo gw punya, udah gw omongin
ke elo daritadi
[Read]

"SHIT!" decak Parikesit mencengkram erat gelas kacanya. Pokoknya, gue harus bisa batalin semua ini. Kak Ca, I'm sorry. I have betrayed you back. But really, this is not what I wanted to do.

Parikesit memanglah Parikesit. Sekali ia mengatakan kata "tidak" akan tetap tidak. Tetapi, ini permintaan Mamanya dan laki-laki itu tidak bisa menolak. Karena, di sini Basha taruhannya.

Tok! Tok!

Parikesit menunduk, menatap gelasnya yang telah kosong. "Masuk," ucapnya mengetuk-ngetukkan jari pada permukaan gelas tersebut.

Pintu kamar berwarna putih itu terbuka, memperlihatkan seorang pria paruh baya berbadan tegak berdiri di ambang pintu kemudian berjalan menghampiri putra semata wayangnya.

"Kamu masih marah, Ri? Kalo marah, marah aja. Gak papa. Itu, kan, hak kamu."

"Gak. Cuma kesel aja, Pa." Parikesit menjawab tanpa menatap Ronald. "Tapi, bukan berarti aku setuju sama semua drama ini."

"Drama?" tanya Ronald.

Parikesit berdecak. "Iya. Drama banget. Demi gini-gitu, kayak sinetron, tahu gak? Balas budi, ya, balas budi. Emang, Papa mau, kisah percintaan Ari miris? Nggak, kan? Ck! Perjodohan, perjodohan, perjodohan. Ini bukan jaman Siti Nurbaya, Pa. Banyak cara buat balas budi. Lagian, perjalanan Dena masih panjang. Ari gak mau, ya, dia kesiksa gegara pernikahan gak masuk akal ini."

"Papa tahu. Tapi, ini kemauan Mama kamu, Ri. Dulu, Mama kamu gak suka sama Paman kamu, Daniel. Tapi, gak tahu kalo sekarang. Kayaknya Mama kamu masih benci, walaupun berkurang, sih, keliatannya. Karena, Paman Daniel itu orang yang kurang mampu dulu sebelum jadi HRD. Sebenarnya orang mampu, sih. Sangat malahan. Tapi, karena, kakaknya lagi ada masalah sama keluarga suaminya. Makannya, Paman Daniel terpaksa memulai semuanya dari nol sampe lost contact segala biar gak kelacak. Soalnya, beliau sama Bibi Shannon gak mau Basha kenapa-napa. Kan, Basha anak kandung kakaknya Paman Daniel."

Parikesit diam. Ia berusaha mencerna baik penjelasan Ronald. "Tapi, kenapa Papa malah kasih lampu hijau ke aku?"

"Iya, Papa setuju kok. Papa pingin kamu bahagia sama pilihan kamu, selagi itu bener dan bukan semata-mata karena bisnis," balas Ronald tersenyum lebar. "Lagian, kamu tahu, kan, kalo Basha anak angkatnya Paman Daniel gara-gara Mama kamu keceplosan tadi?"

Parikesit mengangguk. "Tapi, sampe kapan kita bakal nyembunyiin ini semua?"

"Tunggu waktu yang tepat, aja. Bentar lagi ujian, jadi ... Jangan bilangin Basha dulu tentang hal ini. Papa gak mau, konsentrasi dia keganggu. Gimanapun juga, dia keponakan Papa. So, yeah."

PARIBASHA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang