14 - SWEET ESCAPE UNTUK DIRA

25 4 0
                                    

Happy reading!

Parikesit telah selesai membersihkan bagian seluruh rumahnya. Almamater OSIS SMA Dexterous terpasang gagah dan pas di badannya. Postur tubuh yang mendukung membuat kadar ketampanannya meningkat dan menimbulkan kesan tersendiri bagi siapa yang menatapnya. Derap kakinya yang menuruni anak tangga terdengar gagah, belum lagi tatanan rambut bak aktor terkenal cocok untuk dijadikan cuci mata bagi para kaum hawa di luar sana.

"Aku berangkat, Ma, Pa. Bye," katanya mencium tangan kedua orang tuanya kemudian bergegas pergi keluar rumah dan menyalakan motornya.

"Hati-hati," peringat Sarah.

Jalanan yang sepi membuat motor sport yang Parikesit kendarai melaju pesat membelah jalanan kota Surabaya pagi ini. Dibalik helm full-facenya, dua mata elang laki-laki itu menatap tajam ke depan. Dan, entah mengapa, setiap kali wajah Basha muncul dalam ingatannya, rasa bersalah menyelimuti hati Parikesit dan itu terlihat jelas ketika stang motor semakin dipengang erat. Melampiaskannya sebisa mungkin.

Kak Ca..., I'm sorry. Aku janji, setelah aku nyelesain urusan aku sama Dira, aku bakal ngungkapin semuanya ke Kak Basha. Parikesit Mada Alister cuma punyanya Basha Gouw, bukan Ladira Florencia. Dan, maaf, ya, Kak, aku udah bikin Kakak sakit hati. Pasti Kak Ca udah denger dari Nadindra, kalo aku udah pacaran sama Dira. Tapi, sumpah, Kak, Dira cuma pelarian aku aja.

Hanya itu yang bisa Parikesit ucapkan pada Basha, meskipun dari dalam hati. Sebelum tiba di sekolah, ia membeli cokelat batangan dan segelas botol susu di minimarket. Seperti biasa. Lalu melanjutkan perjalanan kembali menuju sekolah.

Hingga akhirnya, gerbang sekolah yang terlihat mewah dari depan rupanya telah dipenuhi beberapa anggota OSIS yang sedang berjejer melakukan pengecekan kelengkapan atribut sekolah. Parikesit tersenyum senang dari balik helm, rupanya anggota OSIS yang berada di bawah masa jabatannya melakukan tugas dengan baik.

"Baru sampe, Ri," kata Dharma melihat Parikesit memarkirkan motor di parkiran motor yang dekat dengan gerbang masuk.

"Gitu," balas Parikesit sekenanya mendekati para anggota OSIS.

"Ri," panggil Ladira tiba-tiba datang bergabung dan menawarkan bantuan.

Parikesit menatap dingin gadis itu. "Kalo lo gak tau sopan santun, jangan coba-coba nginjekkin kaki di rumah gue lagi. Karena, pintu rumah gue bakal tertutup buat orang yang attitudenya nol."

"Uwu, kena skakmat, nih, ye, ceritanya," goda Dharma.

"What do you mean?"

"Apa manfaatnya lo ke rumah gue jam tiga pagi? Bangunin gue? Gak ada gunanya. Yang ada, lo malah dicap anak gak tau diri sama nyokap gue."

Sungguh, kedua pipi Dira memerah saat ini juga. Merasa dipermalukan oleh Parikesit di depan para warga sekolah. Sementara sang empu telah pergi melongos menuju kelasnya smbari melahap cokelat batangannya. Mengingat hari ini jadwalnya untuk berjaga di gerbang sebelum bel berbunyi bersama anak-anak OSIS lainnya.

***

Jam istirahat baru saja dimulai. Parikesit memilih diam di kelas bersama Dharma, memainkan game di handphone mereka. Sebotol susu cokelat dan kata-kata kasar merupakan teman sejati Parikesit selama bermain game. Itu kenikmatan yang tiada tara baginya, menurut laki-laki itu.

"Serang terus, Dhar!" seru laki-laki itu.

Dharma berdecak kesal. "Dhar, Dhar... Lo pikir gue dadar gulung gitu? Lucas, kek, bagusan dikit gitu," gerutunya.

"Emang gue pikirin?"

"Jahad lo, Ri! Serius, eh, dua rius!"

"Jan ngarep bisa gratisan lagi di kafe gue."

PARIBASHA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang