Happy reading!
Ujian Akhir Semester telah tiba dan Kompetisi Robot tingkat Nasional tengah berlangsung di saat bersamaan. Rasanya konsentrasi Basha dan Parikesit sama-sama terbagi menjadi dua saat ini. Meski keduanya tetap memprioritaskan apa yang saat ini sedang mereka alami, tetapi tetap saja. Masalah hati selalu menghantui pikiran kedua remaja tersebut. Dan, selama itu pula, Parikesit tidak juga membuka blokir pada kontak Basha. Sebenarnya, bisa saja Basha menghubungi laki-laki itu melalui akun Instagramnya. Tetapi, ia tidak mempunyai cukup nyali untuk mengirim pesan seperti dulu.
Goresan pulpen pada kertas komputer ujian berisi kolom-kolom yang kosong membuat Basha kembali mencoba memfokuskan pikirannya pada ujian kali ini. Ditambah lagi, bisikan Dena yang bisa menyadarkan dirinya dalam sekejap.
Basha menoleh sembari setengah berbisik. "Napa, Den?"
"Itu, diisi." Dena menunjuk kertas buram yang merupakan absensi kehadiran para murid.
Basha tersenyum kikuk, ia segera mengisi kertas tersebut tepat dibarisan nomor tujuh. "Nih," katanya menyerahkan absensi itu pada Dena yang berada di sebelah kanannya. Kemudian, kembali mengerjakan soal-soal Bahasa Inggris yang sangat mudah baginya. Tapi, tetap saja, level bahasa Inggrisnya belum seberapa jika dibandingkan dengan Parikesit. Ah, lagi-lagi, laki-laki itu. Sedang apa dia? Mungkin, sedang menikmati suasana Kota Yogyakarta atau bisa saja telah tiba lokasi Lomba Robotika.
Pokoknya, Basha harus fokus! Parikesit itu nanti aja. Yang penting, hasil ujian harus bagus!
Basha menghela napas, mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas. Berbagai macam ekspresi wajah ia temukan dan sebagian besar dari mereka memberi kode padanya agar gadis itu memberikan contekan. Tetapi, Basha mengedikkan bahu. Sesekali egois, pikirnya. Ia tahu betul bagaimana sifat mereka. Ada, ketika ada udang dibalik bakwan. Teman banyak, tetapi sahabatnya hanya sedikit. Itupun rata-rata merupakan sepupunya sendiri.
"Ssstt ... Ca ...," bisik Dena.
Basha menghadap sahabatnya diam-diam, sesekali melirik ke arah Guru Pengawas. "Napa?"
"Nomor sebelas ..."
"C."
"Thanks! Mie ayam and ice tea is coming soon buat lu pokoknya."
"Sa ae lu, Maemunah."
Keduanya terkikik pelan, mengingat posisi mereka berada di barisan paling depan dan yang pasti sangat dekat dengan pengawas yang saat ini menonton video di handphone.
***
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta
"Setelah sekian lama, akhirnya gue bisa ke Jogja! Hadeh," celetuk Dharma menggerakkan tangannya.
Dira memutar bola matanya. "Norak lu!"
"Ck! Diem napa, Mpir. Suka banget lu ngerusak kebahagiaan orang," sindir Dharma mengingat masa-masa Parikesit menjalin hubungan dengan Dira. "Karma is coming soon."
Parikesit yang berada di tengah-tengah mereka itu berdecak setelah sekian lama terdiam. Ia memasang kembali headset wirelessnya dan memilih berjalan mendahului kedua temannya.
Hari ini, mereka bertiga-Parikesit, Dira, dan Dharma-telah tiba di Yogyakarta sejak tadi malam dan sekarang mereka berada di lokasi Kompetisi Robot Nasional berlangsung. Berhubung masih memiliki waktu satu jam sebelum acara di mulai, ketiganya memilih untuk mengisi perut. Sebab, Dira dan Dharma bangun kesiangan dikarenakan kecapaian. Berbeda dengan Parikesit yang jam empat pagi sudah berlari kecil di sekitar hotel.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARIBASHA [TERBIT]
Teen FictionMencintai seseorang dalam diam bukanlah hal yang mudah. Begitupun dengan yang dialami oleh Basha Gouw. Semenjak kematian kedua orang tuanya, gadis bermultitalenta itu terpaksa harus berkomunikasi dengan sang Ketua OSIS SMA Dexterous, Parikesit Mada...