23 - NEGERI TIRAI BAMBU

29 3 0
                                    

Happy reading!

Selepas meninggalkan butik Mama Nadindra, ketiga remaja itu pergi menuju kafe dalam rangka quality time dengan suasana yang sedikit berbeda dikarenakan amanah Basha tadi.

"Halo, epribadeh!" sapa Dharma tiba-tiba datang bersama Ladira dan duduk di sebelah Nadindra.

"Lo!" kaget gadis itu memojok, menunjuk Dharma dengan tatapan melotot.

"Napa? Emang gue gak boleh di sini? Ini, kan, tempat umum."

"Ya ..., Eng-enggak, sih," balas Nadindra merasakan atmosfer kafe ini sedikit panas daripada sebelumnya.

"Oh, ya, kenalin. Dia Ladira, mantannya Parikesit. Jan cemburu, ya, Ca," goda Dharma.

"Jangan didengerin," balas Ladira sewot.

"Paan? Orang gue cuma sepupuan doang sama Parikesit," balas Basha menyangkal lalu menjabat tangan Ladira. "Basha, Kak."

"Btw, salken, ya."

"Salken juga, Kak. Gue Dena."

Nadindra menatap datar Ladira. "Nadindra."

Dharma mengangguk melihat Ladira memperkenalkan diri. "Berhubung ada kalian bertiga, gue sama Ladira mau ngomongin sesuatu. Penting, nih, demi kelanjutan hubungan giraffe couple," terangnya.

Basha tersenyum tipis. Gak ada yang harus dilanjutin, Kak. Gue emang bukan buat dia. Sayangnya, itu hanya dapat diucapkan dalam hati. Ia terlalu takut untuk mengatakannya secara langsung. Nyalinya tak sebesar yang Nadindra miliki.

"Tadi. Pas gue, Parikesit, sama Ladira ikut ujian susulan. Parikesit bilang, dia pingin batalin perjodohan antara dia sama lo," jelas Dharma menunjuk Dena, diangguki Ladira. "Gue yakin, pasti lo udah dikasih tahu sama dia tentang hal ini. Jadi, lo udah nemuin solusinya?"

"Belom, Kak. Lagian, kalo kita pura-pura berantem, pasti beritanya nyebar kemana-mana. Apalagi kalo selingkuh," terang Dena dilanda dilema.

"Udah, gak usah batalin perjodohan ini. Lagian gue juga mau ke Guangzhou, Cina," lerai Basha menatap kosong gelas yang berisi jus alpukat. "Jadi ... Percuma aja."

"Serius?!" tanya Ladira tak percaya.

"Iya."

"Ca ..." panggil Nadindra lemas.

"I'm not kidding."

Terdengar helaan napas panjang dari Dharma. "Ya udah, gue tetep dukung apa yang lo lakuin." Tapi, gue juga bakal usahain perjodohan ini batal. Gue gak mau, orang-orang di sekitar gue tersakiti. Cukup gue aja, jangan kalian.

"Kalo gitu, kita ke mall. Beli pakaian baru. Oh, ya. Emang lo perginya kapan, sih?" tanya Ladira.

"Besok, abis pelepasan," jawab Basha. "Btw, emang buat apa beli pakaian baru, Kak?"

"Biar Parikesit gak bisa ngenalin lo, kalo semisalnya dia nyariin lo lewat CCTV bandara."

"Abis itu, biar gue yang bakal nyuruh orang buat hapus daftar nama lo di penerbangan tujuan Guangzhou. Sekalian nyembunyiin lo. Tahu lah, orang berduit, tuh, kalo nyari orang kek apa. Gimana?" lanjut Dharma yang langsung mendapatkan apresiasi dari Ladira, membuat Nadindra menekuk wajahnya lebih parah lagi.

"Weh, weh, weh ... Pinter juga lo," komentar Ladira.

Dharma menepuk-nepuk dadanya. "Dharma Anjana Danendra gitu, lho. Kalo gak gitu, gue gak mungkin, kan, ikut Lomba Robotika Tingkat Nasional dalam waktu singkat buat persiapannya."

"Hm. Sombong bener," ledek Ladira mengerucutkan bibir.

"Yeeee, kan elu yang muji gue. Makannya kalo gak mau gue kayak gitu, mending jangan muji. Ye kan?"

PARIBASHA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang