Aku masih berkutat dengan laptop bersama beberapa rekanku. Kami sedang membahas beberapa analisa dari materi yang kami pelajari hari ini. Mahasiswa psikologi benar-benar bukan kategori yang bisa leha-leha.
"Adis, kemarin aku lihat kamu di samperin cowok. Siapa?" temanku yang bernama Andre bertanya.
"Oh, itu temanku anak TI," tidak salah kan jawabanku. Aku sudah menjadi teman Johnny Alister Mahavir.
"Siapa? Kaya pernah lihat deh perasaan."
"Tentu saja kamu pernah lihat. Dia terlalu famous untuk tidak diketahui oleh mahasiswa UGM," ucapku dalam hati.
Aku hanya cengengesan tidak tahu lagi ingin merespon bagaimana. Dan aku juga tidak ingin jika Andre bertanya lebih jauh tentang 'temanku' yang satu itu.
"Kita udahan dulu ya, lanjut bahas online. Udah sore nih, aku mau pulang. Barusan dapet chat dari Ibu," pamitku pada semua orang. Yang berakhir pada bubar masing-masing. Dasar Butterfly Squad. Kuliah pulang, kuliah pulang.
Menuju parkiran, otakku masih sibuk memikirkan bagaimana bisa kak Johnny tiba-tiba berdiri di samping motorku pagi tadi. Setahuku dia pengendara mobil dan bukannya sepeda motor.
"Hayoloh nglamun sambil jalan. Itu tali sepatunya lepas."
Aku sontak memperhatikan sepatuku, ah sial aku di kerjai. Hari ini aku memakai sepatu santai tanpa tali. Baru ketika akan protes, tapi aku dibuat kicep terlebih dahulu.
"Sore kak." Pengen nangis, ketemu kak Johnny lagi. Masih malu sama kejadian tadi pagi. Ketemu dia saat ini antara anugrah atau musibah rasanya terlalu ambigu.
"Kamu gak fokus ya, di kibulin gitu doang udah kena," sabar istighfar. Kalau bukan Johnny Alister Mahavir orangnya, pasti aku berani marah-marah. Tapi ini kak Johnny, aduh sayang banget.
"Nah kan bengong lagi." Kak Johnny berhenti tepat di depanku. Matanya menatap lurus ke arah mataku. Fakta baru lagi untukku, ternyata iris mata kak Johnny bukan berwarna hitam. Tapi cokelat, memang samar sih. Kalau di perhatikan sungguh-sungguh baru kelihatan.
"Kak Johnny matanya cantik sekali." Aku segera membekap mulutku sendiri. Tiba-tiba rasa hati ingin cosplay jadi butiran debu, terima kasih untuk bibir yang susah di kendalikan.
Tidak di sangka kak Johnny justru tertawa karenanya. Bikin aku makin gagal fokus. Nanti beli Aqua dulu lah di Indomaret depan kampus.
"Kamu kelelahan ya, apa kurang kadar gula? Lemes banget baru jam 4. Nyetir motornya hati-hati. Fokus di jalan. Jangan nyalain sen kiri tapi beloknya ke kanan."
Astagfirullah, bisa-bisanya dia menyamakanku dengan ibu-ibu yang viral di internet.
"Aman kak, cuma capek dikit sama agak ngantuk," jelasku. Iya aku ngantuk, pengen cepet pulang rebahan.
Kak Johnny mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Kemudian memakaikannya pada leherku. Meski hanya di loloskan lewat atas kepala. Tapi damagenya bikin jantungku berontak menggila karena posisi kak Johnny yang terlalu dekat.
Subhanallah Ayah Ibu, ini Adis di kasih hadiah kalung sama kak Johnny lhoh.
"Kalau ngantuk buka satu. Lumayan loh buat jaga mata biar melek, hati-hati ya Dista," kemudian kak Johnny berlalu sambil melambaikan tangannya.
Gemes banget sih, badan doang yang bongsor. Lucu banget kalungnya. Sayang banget sama orangnya, cieeeeee dapat hadiah dari teman.
"Kalau ngantuk buka satu lalu di makan. Lumayan loh buat jaga mata biar melek, hati-hati ya Dista."Hadiah dari teman berupa kalung dari permen. Ya Allah Bu, nanti kalau Adis pulang udah abstrak bentuknya. Ibu boleh tuntut kak Johnny ya, dia yang bikin aku meleyot.
(Oknum yang bikin mleyot)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer || Johnny Suh (Completed)
RomanceAku hanya mahasiswa biasa yang mengagumi sosok seorang Johnny Alister Mahavir. Dia adalah semestaku. Katakan aku bucin, karena memang begitu adanya. Bantu aku merahasiakan perasaanku. Jangan sampai Johnny tahu. Untuk sekarang biarkan aku tetap dekat...