26|| Kosong

316 178 73
                                    

Hari berganti kian terasa lambat tanpa kak Johnny. Tak pernah sekalipun ia memberi kabar padaku. Setelah pertemuan terakhir kami, dan perkataannya yang sedikit ambigu dan membingungkanku, dirinya bagai hilang dari lingkup radarku.

Tak jarang aku mengirimkan pesan yang menanyakan tentang kabarnya. Tapi nihil. Tak satupun dari rentetan pesan yang aku kirimkan mendapati balasan.

Aku mencoba berpikiran positif, barangkali kak Johnny sibuk. Namun hati kecilku enggan memaklumi, tidak mungkin mahasiswa magang sibuknya sampai 24 jam.

Pernah satu kali aku memberanikan diri untuk mengirimkan pesan pada kak Yuta. Di luar dugaan, pemuda asal Osaka itu sangat cepat menanggapi. Dan dari situlah aku tahu bahwa meskipun Trisula cs itu magang dalam satu perusahaan, ternyata mereka berbeda divisi. Kak Yuta masih sering bertemu dengan kak Tyo. Namun tidak dengan kak Johnny, begitu akunya.

"Kalau pakai metode ini memang sedikit ribet, tapi keakuratannya mencapai 90 persen."

Saat ini seseorang sedang menjelaskan kepadaku tentang bab yang tidak aku mengerti.

"Kalau cuma mau buang-buang waktuku buat ngliat kamu nglamun, udahan aja deh. Besok-besok males ngajarin kamu!" suaranya meninggi, aku tahu aku salah. Aku tidak fokus.

Kak Gestha bangkit dari duduknya setelah meringkas beberapa bukunya yang berserakan di meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kak Gestha bangkit dari duduknya setelah meringkas beberapa bukunya yang berserakan di meja.

Reflek, aku menggenggam tangannya. "Maaf kak, ayo kita lanjut. Janji gak nglamun lagi," ucapku sungguh-sungguh karena rasa bersalahku. Aku telah menyita waktu luang kak Gestha sebelum jadwal siarannya tiba.

"Lepas dulu tangannya, belum muhrim," perkataan kak Gestha membuatku terhenyak, mengingatkanku akan perkataan kak Johnny di kali terakhir pertemuan kami.

"Maaf lagi kalau gitu kak."

Tanpa menanggapi permintaan maafku, kak Gestha kembali membuka buku-bukunya. Memberi beberapa tanda pada bagian-bagian yang ia rasa perlu untuk aku salin.

"Tulisan kamu jelek sekali Dis."

Mendengar ucapannya, aku pun mendongak. Mendapati mata bulat kak Gestha yang kini fokus pada barisan tulisan tanganku.

 Mendapati mata bulat kak Gestha yang kini fokus pada barisan tulisan tanganku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Secret Admirer || Johnny Suh (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang