"Dista, mau lihat kupu-kupu?" sebuah tanya yang keluar dari bibir seorang Johnny Alister Mahavir begitu mengagetkanku.
Kak Johnny bukan sedang demam tersongkang-songkang kan? Aku sudah membeku di tempat karena pertanyaannya.
"Eh, anu Dista jangan salah paham dulu. Maksud aku kupu-kupu beneran." Lucu banget kak Johnny kalau lagi gugup.
"Di mana lihatnya kak?" balasku setelah bisa mengatur ekspresi wajahku.
"Di rumahku." Ini kak Johnny serius bukan kena efek samping drama korea yang lagi ramai itu kan?
"Panik gitu mukanya. Astaga Dista, aku bercanda. Mana ada kupu-kupu di rumahku, kalau mau lihat burung sih ada. Aku mau ngajakin kamu lihat kupu-kupu di taman bunga, hunting gambar lah. Mumpung musimnya bagus."
"Astagfirullah hal adzim, kak Johnny bikin aku kaget aja. Kirain beneran mau ngajakin lihat kupu-kupu ke rumah. Lagian di rumah ada burung punya siapa kak?"
"Burungku, mau lihat?" godanya padaku, astagfirullah hal adzim ini pria setinggi tiang iseng juga rupanya. Jernihkan otak hamba duh Gusti.
"Mau gak?"
"Boleh, kapan kak?"
"Besok aku siaran pagi sampai jam 11. Ada kelas jam 1 sampai jam 3. Udah gitu free. Dista besok ada kelas?" tanya kak Johnny memastikan.
Subhanallah, ini semesta dukung banget apa gimana sih.
"Besok cuma ada satu kelas kak, jam satu sampai jam setengah empat," kataku yang sudah yakin akan jadwal esok hari.
"Besok aku jemput ke kelas kamu deh baru kita jalan, sekarang mana?"
"Hah?" Yang benar saja kak Johnny mau jemput ke kelas. Bisa jadi lahan gosip lah.
"Siniin!"
"Apanya?"
"Sadar gak kita belum ada nomor satu sama lain, jadi aku mau minta nomor kamu Dista, boleh tidak?"
Jantungku sudah berdisko di dalam sana, ini kalau udah saling tukar nomor handphone selanjutnya PDKT bukan sih, Allah Hu Akbar Adis jangan mikir kejauhan. Jangan biarkan eskpektasimu jatuh karena dirimu sendiri.
"Boleh kak, mana?"
"Apanya?" kini giliran kak Johnny yang cengo. Lucu banget sih, buu pengen bawa kak Johnny pulang.
"HP kakak mana, biar aku masukin nomorku."
"Oh itu ... nih," kak Johnny tertawa setelahnya. Serius ya, baru lihat ada manusia setinggi 187 cm dan segemas ini. Rasa hati ingin membawanya pulang semakin tinggi.
"Kok malah nglamun, jadi ngasih gak? Itu handphone aku udah kamu pegang dari tadi tapi gak di tulis-tulis nomornya. Jangan bilang gak hapal nomor sendiri ya?"
"Eh maaf kak, kebetulan ada yang aku pikirin." Beneran ya, padahal orangnya ada di depanku. Tapi masih juga bersliweran di dalam pikiran. Sakti banget pelet kak Johnny.
Setelah adegan tukar nomor selesai, kak Johnny pamit undur diri. Mau nyusulin kak Yuta sama kak Tyo ke warung pojok. Dasar trisula, harus banget ya selalu bertiga, padahal aku masih mau kalau berlama-lama ngobrol sama dia.
Dulu aku berharap jadi salah satu orang yang di kenal kak Johnny, dan sudah terwujud.
Aku juga pernah bilang ingin jadi orang yang di sapa kak Johnny, juga sudah kesampaian. Kak Johnny sudah sering menyapaku kalau ketemu. Dan aku masih belum terbiasa karenanya. Masih berdamage banget gitu.
Ingin jadi temannya, juga udah terkabul. Pengen punya nomornya, hari ini Tuhan baik banget ngabulin keinginanku. Lewat kak Johnny sendiri tanpa perantara pihak ketiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer || Johnny Suh (Completed)
RomanceAku hanya mahasiswa biasa yang mengagumi sosok seorang Johnny Alister Mahavir. Dia adalah semestaku. Katakan aku bucin, karena memang begitu adanya. Bantu aku merahasiakan perasaanku. Jangan sampai Johnny tahu. Untuk sekarang biarkan aku tetap dekat...