22|| PUPUS

325 248 92
                                    

Tok ... tok ... tok....

"Mba Adis? Kuliah pagi apa kuliah siang?"

Ketukan pintu dan suara Juna mengalihkan atensiku dari menata lembaran proposal.

"Mba berangkat siang Jun, kamu duluan aja," jawabku tepat saat membuka pintu.

Melihat adik semata wayangku yang membuat wajah manis membuatku menaruh curiga, Juna yang biasanya tuh pasang muka judes.

Melihat adik semata wayangku yang membuat wajah manis membuatku menaruh curiga, Juna yang biasanya tuh pasang muka judes

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Si judes yang punya banyak fans)

"Apa?" tanyaku.

Dia masih cengengesan bak bocah usia TK. "Mba bagi uang jajan dong, kayaknya Ibu lupa naruh uang jatah Juna di atas kulkas deh. Juna lihat, Juna raba ngga ada sama sekali duitnya."

"Ngga sekalian di terawang?" aku terkikik geli, lalu berjalan ke mengambil satu lembar biru pecahan lima puluh ribu rupiah.

"Hati-hati, jangan kebut-kebutan di jalan."

"Siap komandan," Juna memberiku gestur hormat sebelum menyalami dan mencium punggung tanganku. Gimana, dek Juna idaman kalian banget belum?

Selepas perginya Juna, aku kembali menyibukkan diri. Mengalihkan pikiran dari kak Johnny. Meski separuh rasa penasaran menguasai, tapi ada baiknya aku melindungi imunitas hati sendiri. Takutnya giliran makin di korek informasinya makin sakit pula hatinya. Kalian kalau jadi aku bakalan terus kepo apa diem aja?

Karena malas berkendara, hari ini aku mengandalkan ojek online sebagai sarana transportasi.

Kampus ramai sekali, terlebih sudah jam makan siang. Kantin sudah seperti sarang semut dengan koloni yang berjubal di mana-mana.

"Makan dulu kali ya, masih ada satu jam sebelum kelas." Gumamku pada diri sendiri, karena memang belum sempat makan siang. Tenang, bukan efek patah hati cuma tadi sibuk sama berkas proposal saja.

Berakhirlah aku duduk sendirian dengan satu porsi nasi soto langganan kak Yuta. Dih, jadi ingat dia.

"BONC ... CABE!!!" Suara nyaring memecah keributan di kantin. Aku sampai menjatuhkan sendokku karena kaget. Itu kak Yuta, siapa lagi memangnya.

Astagfirullah hal adzim, tahan Dis, tahan.

"Halo Adis," kak Tyo menyapa.

"Halo Bon ... cel," bisik kak Yuta di sebelah telinga kiriku.

"Halo kak Tyo, mau makan?" basa-basiku sih. Ya kali mau tawuran.

"Iya nih, bentar aku pesen dulu. Tuy kamu biasanya?"

"Yoittt," sahutnya pada kak Tyo.

"Kok makan soto budhe?" tanyanya menatap mangkuk sotoku.

"Iya lagi pengen aja. Bentar aku mau ambil sendok. Gara-gara suara kak Yuta sendokku jadi jatuh."

Secret Admirer || Johnny Suh (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang