Rencananya hari ini aku akan mengembalikan jaket milik kak Johnny. Saat aku mengatakan terkena air liur, sumpah itu hanya bohong belaka. Sejujurnya aku malu berada begitu dekat dengan kak Johnny, tapi justru aku semakin mempermalukan diriku sendiri.
Tidak tahu ya jika kak Johnny betulan menganggapku ileran. Terserah, asal sekarang balikin dulu nih jaketnya orang ganteng.
Aku memberanikan diri pergi ke fakultas teknik. Bissmillah modal nekat, aku berjalan ragu menyusuri lorong fakultas TI. Jika lorong fakultasku isinya manusia cupu. Banyak berkacamata, buku tebal di mana-mana. Berbeda dengan lorong fakuktas TI. Sejauh mata memandang isinya cogan semua.
"Kak Yutaaaa," teriakku saat melihat sosok Nakamoto Yuta berjalan dengan satu kaleng cola di tangannya.
"Siapa?" katanya.
Astagfirullah hal adzim, ini kak Yuta beneran lupa sama wajahku atau dia bercanda. Tapi jika betulan lupa ya alhamdulillah wa syukurillah. Besar kemungkinan dia melupakan perihal ucapanku yang suka dengan seorang Johnny Alister Mahavir.
"Mau nitip sesuatu buat kak Johnny Alister Mahavir, bisa?" berbicara berdua dengan kak Yuta tuh lumayan serem ya. Tidak tahu kenapa, setiap melihat sosoknya aku sedikit gemeteran.
"Johnny yang tinggi? Yang penyiar?"
Aku mengangguk setuju.
Aku terheran-heran melihat raut sedih kak Yuta. Ada apa dengannya, kenapa tiba-tiba begini. Ada apa dengan kak Johnny. Tolong ini aku sudah yang overthinking karena ekspresi muka kak Yuta.
"Maaf ya, aku mewakili Johnny, juga atas nama keluarga meminta maaf jika selama ini teman kami, saudara kami pernah buat salah sama kamu," dia menjeda kalimatnya. Aku sudah di buat panas dingin, kakiku lemas, wajahku pucat, kepalaku tiba-tiba pusing.
"Johnny sudah di panggil kemarin sore, belum banyak yang tahu kabar ini. Aku juga gak sanggup mau kasih tahu teman yang lain. Sosoknya begitu di segani, orangnya baik, ramah, friendly sekali. Pasti banyak yang ngerasa sedih."
Aku sudah kalut, tidak bisa berpikir apa-apa. Kuasa Tuhan memang nyata adanya, tapi kepergiannya yang begitu tiba-tiba membuatku terkejut. Air mataku sudah luruh berjatuhan. Aku menangis sampai terisak. Kak Yuta hanya memandangku begitu iba.
"Kak, padahal kemarin lusa kak Johnny baru kasih aku pinjam jaket ini. Kami masih ngobrol santai. Astagfirullah kak, ini gimana Adis balikin jaketnya? Adis belum sempet balas budi, Adis belum sempet bilang makasih yang bener. Adis ... Adis," suara tangisku sudah benar-benar sesenggukan seperti anak kecil yang terpisah dengan ibunya di tengah keramaian pasar malam.
"Sabar ya, kalau mau balikin jaketnya Johnny tinggal kasih aja. Orangnya di belakang kamu, lagi kebingungan lihat kita."
"Iya kak." Kemudian aku berbalik, menatap sedih pada sosok tinggi Johnny Alister Mahavir yang tepat berada di hadapanku. Wajahnya di penuhi dengan tanda tanya, terlihat sekali betapa bingungnya dia.
"Kak John, aku mau balikin jaket kamu. Udah aku cuci bersih wangi. Aku gak ngiler waktu itu, cuma bohongan aja. Kak Johnny, kamu orang baik. Semoga tenang di sana. Kami semua sayang sama kakak." Aku menyerahkan paper bag berisi jaket denim miliknya serta bingkisan kecil tanda terimakasih.
Aku berjalan lesu, dengan sisa-sisa air mata yang belum kering jejaknya. Masih sulit mempercayai bahwa kak Johnny telah tiada.
Sebentar, lalu siapa yang tadi menerima jaketnya kak Johnny?
Seketika aku berhenti dan membalikkan badan, melihat ke tempat kak Yuta dan kak Johnny berada."Astagfirullah hal adzim, kak Yutaaaaaa. Kamu ini berdosa banget!!!" kudengar mereka tertawa terbahak-bahak.
"Kak Johnny juga ngeselin, gak mau temenan sama kakak lagi," -maunya jadi yang spesial gitu-.
Aku memberengut pergi meninggalkan area fakultas TI. Untung saja lorong sedang sepi. Entah kemana para mahasiswanya.
Ibuuuuu, lagi-lagi Adis bikin malu. Kenapa sih gak pernah lancar kalau ketemu kak Johnny. Padahal sudah berbekal Bismillah.
Pengen ngutuk kak Yuta biar makin ganteng. Gak tega mau ngutuk yang jelek. Soalnya kak Yuta sudah ganteng dari sananya. Tapi ngeselin. Gak mau ketemu mereka dulu. Malu...
"John ... John, lihat deh dia bocah yang kita kerjain itu kan?" - Yuta
"Eh iya bener, toss dulu lah kita bikin anak orang nangis." - Johnny
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer || Johnny Suh (Completed)
RomanceAku hanya mahasiswa biasa yang mengagumi sosok seorang Johnny Alister Mahavir. Dia adalah semestaku. Katakan aku bucin, karena memang begitu adanya. Bantu aku merahasiakan perasaanku. Jangan sampai Johnny tahu. Untuk sekarang biarkan aku tetap dekat...