6|| Setelah Berteman

602 437 63
                                    

"Dista, mulai hari ini kamu temanku."

Subhanallah Bu, baru kali ini kata teman bisa semembahagiakan seperti sekarang. Kata-kata kak Johnny terngiang-ngiang di kepalaku.

Jika sebelumnya aku hanya berandai-andai menjadi seseorang yang Johnny kenal. Berkat Tuhan yang kelewat baik, juga semesta yang mendukungku hingga hari ini aku menjadi teman Johnny. Boleh berbangga hati gak sih, sekarang aku berteman dengan Johnny Alister Mahavir.

Hari selanjutnya, aku semakin semangat untuk pergi ke kampus. Aku ini mahasiswa sibuk, jurusanku membuatku jarang memiliki waktu untuk bergabung dengan teman-temanku dari lain jurusan. Jika teman satu jurusan sih sama sibuknya.

"Halo Dista," suara ramah Johnny memberi sapa.

"Halo Dista," suara ramah Johnny memberi sapa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Halo Dista" - Johnny

Aku. Disapa. Duluan. Sama. Johnny Alister Mahavir. Subhanallah mana kak Johnny udah shining shimmering and splendid gitu bawaannya. Nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan?

Gerakanku yang semula ingin melepas helm justru aku tutup kembali kacanya. Salah tingkah, takut ketahuan blushing.

"Ppagi kak Johnny," aku balik menyapanya seperti orang gagu.
Kak Johnny menertawakan kegugupanku. Tolonglah, jangan tertawa seperti itu. Ini jantung rasanya udah mau jatuh kelambung.

"Helmnya susah dibuka ya? Sini coba aku lihat."

Aigoo kamjagiyaaaaa, sedekat ini sama kak Johnny. Untung saja kaca helm ini warnanya sedikit gelap dan masih tertutup. Kalau tidak, barangkali wajahku yang serupa tomat ini sudah dilihat oleh kak Johnny. Ini helm sebenarnya tidak ada kendala apapun. Tapi tanganku saja yang tiba-tiba kebanyakan gaya dan jariku jadi salah tingkah.

Percaya tidak kalau aku sedang tahan napas? Takut suara napasku yang kaya kuda nil ini kedengeran kak Johnny. Mau taruh muka di mana.

"Nih simpan helmnya."

Astagfirullah aku sampai tidak sadar kalau helmku sudah terlepas dari kepala. Sontak aku menunduk, pasti wajahku sedang merah.

Johnny Alister Mahavir baru saja membantuku melepas helm. Ini masih pagi, dan aku sudah kehabisan energi rasanya.

"Mukamu merah, demam?" kak Johnny meletakkan telapak tangannya pada dahiku. Allah Hu Akbar, Ibuuuuu ini gimana kalau Adis ambruk.

"Gak panas, tapi telingamu merah. Ada yang sakit?" kak Johnny semakin mendekatkan wajahnya guna mengamati telingaku.

Aku mundur teratur sebanyak tiga langkah kemudian berlari meninggalkannya.

"Kak Johnny jangan dekat-dekat, aku gak sakit. Aku lagi maluuuuu," teriakku sambil berlari.

Ini sih namanya bukan malu lagi, tapi malu-maluin diri sendiri. Tapi daripada jantungku benar-benar jatuh kelambung, lebih bahaya.

 Tapi daripada jantungku benar-benar jatuh kelambung, lebih bahaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Lucu banget sih tuh anak" - Johnny

Secret Admirer || Johnny Suh (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang