23|| Namanya Gestha

309 221 64
                                    

Hujan mengguyur pagi di kota Yogyakarta. Samar-samar suara cicitan burung menambah merdunya suara hujan. Tidak berusaha alay, tapi kalian tahu kan, suara hujan bisa sangat menenangkan bagi sebagian orang. Termasuk aku, jujurly aku sangat suka suara hujan seperti ini.

Dalam damai aku kembali meringkuk di atas kasurku, berselimut tebal sembari memeluk boneka minion kuning yang hanya memiliki mata satu. Kalau Arjuna sih bilangnya ini boneka sesat.
Hingga....

"Mbaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkk!!!!"

Baiklah, acara pagi yang indah ini mari kita sudahi. Karena putera mahkota kita yang tercinta sepertinya hendak mengeluarkan titahnya.

Masuklah Arjuna tanpa permisi ke dalam kamarku, menghamburkan diri ke atas kasur dengan matanya yang tampak memiliki niat terselubung.

"Mba kuliah pagi kan?"

"Hmmmm," gumamku.

"Di luar hujan mba."

"Biarin, yang hujan kan di luar. Kita ada di dalam rumah Jun, masalahnya di mana?"

"Kalau hujan berarti Juna gak bisa naik motor."

"Kenapa gak bisa?" heranku sambil menatap Juna yang sudah menata rapi rambutnya. Tumben sekali anak ini tidak seperti jamet. Rambutnya disisir ke belakang, mempertontonkan dahinya yang lebar seperti alun-alun.

 Rambutnya disisir ke belakang, mempertontonkan dahinya yang lebar seperti alun-alun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Males, becek," jawabnya dengan bibir yang sengaja di manyunkan. Biar apa coba? Ya biar hati kakaknya luluh lah. Itu senjata Juna.

"Jas hujan sudah di ciptakan sejak berpuluh-puluh tahun sebelum kamu lahir. Apa lagi masalahnya?"

"Gak keren mba, anterin Juna dong." Ia memohon dengan duduk bersimpuh.

"Mba kuliah jam sembilan dek, sekarang baru jam enam lewat lima belas."

"Gapapa, Ayah bilang mobilnya boleh di pakai mba Adis, asal mba anterin Juna."

Ucapannya membuatku mengernyit. "Kalau mobilnya di pakai mba, terus Ayah naik apa?"

"Ayah di tebengin om Budi, katanya males nyetir kalau hujan kaya gini."

"Oh pantesan sifatnya nurun ke adek, yaudah tunggu mba mandi dulu."

"Siap boss, Juna tinggal sarapan dulu."

Haaaaahhhh, baiklah mari kita bangun dari kenyamanan dan menghadapi kenyataan. Juna adalah cobaan setiap pagi hari.

Singkat kata, pukul 06.55 menit Juna tiba di sekolahnya. Meski sedikit gamang, akhirnya aku lajukan mobil menuju kampusku berada.

Dari parkiran aku berlari, meminimalisir resiko kebasahan. Aku kira di mobil sudah ada payungnya, ternyata tidak.

"Distaaaaa!!!"

Hampir saja aku terpeleset, astagfirullah hal adzim itu kak Johnny kenapa masih pagi udah ganteng.

Secret Admirer || Johnny Suh (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang